Menilik Pulau Cingkuak, Jejak Peninggalan Portugis dalam Geliat Perdagangan Rempah di Pantai Barat Sumatera
Pulau yang terletak di Teluk Painan ini dulunya merupakan benteng pertahanan Portugis yang digunakan sebagai loji Belanda untuk perdagangan lada.
Pulau yang terletak di Teluk Painan ini dulunya merupakan benteng pertahanan Portugis yang digunakan sebagai loji Belanda untuk perdagangan lada.
Menilik Pulau Cingkuak, Jejak Peninggalan Portugis dalam Geliat Perdagangan Rempah di Pantai Barat Sumatera
Dinamika perdagangan lada dan rempah-rempah lainnya sudah berlangsung ketika Kompeni Belanda tiba di Nusantara. Melalui jalur laut, rempah-rempah tadi kemudian dibawa menggunakan kapal-kapal besar menuju Eropa untuk diperdagangkan.
Pulau Sumatera merupakan salah satu wilayah yang menjadi basis besar perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Tak heran jika Belanda serta Portugis banyak mendirikan sebuah loji yang difungsikan sebagai pendukung perdagangan rempah serta emas. (Foto: Wikipedia)
-
Bagaimana perdagangan rempah dilakukan di Palembang? Melalui Sungai Musi inilah perdagangan mulai terjalin, bahkan hingga terjadi percampuran budaya dengan masyarakat setempat.
-
Mengapa Portugis datang ke Nusantara? Mereka datang ke Nusantara demi menguasai pulau-pulau penghasil rempah.
-
Kenapa Pulau Selayar penting dalam perdagangan rempah? Sejak kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara, Pulau Selayar menjadi salah satu wilayah yang menjadi titik penting perdagangan rempah-rempah di wilayah Timur.
-
Kapan VOC mulai berdagang di Pariaman? Memasuki abad ke-17, seluruh wilayah Pariaman berada di bawah kedaulatan Kesultanan Aceh. Sampai akhirnya pada tahun 1663 kongsi dagang Belanda yaitu VOC tiba dan mendirikan kantor di Kota Padang.
-
Apa kerja sama Pajajaran dan Portugis? Bentuk kerja sama itu antara lain, Portugis diizinkan membangun benteng di wilayah Kalapa. Pajajaran memberikan 1.000 karung lada, yang harus ditukar dengan barang-barang keperluan yang dibawa oleh kapal-kapal Portugis dari luar negeri.
-
Rempah apa yang paling dicari pedagang asing di Sumatra? Salah satu komoditas unggulan yang begitu dicari oleh pedagang asing adalah lada.
Melansir dari situs jalurrempah.kemdikbud.go.id, tahun 1663 sebuah Loji yang berada di Pulau Cingkuak sudah hampir selesai dibangun dan meminta VOC untuk memberi izin melanjutkan perdagangan emas dan lada dari pulau tersebut.
Pulau Cingkuak ini menjadi gerbang utama dalam perdagangan emas maupun lada. Selain itu, peran dari pulau ini menjadi gudang rempah-rempah milik VOC sebelum melakukan pelayaran menuju Batavia.
Kawasan Benteng Portugis
Melansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, Pulau Cingkuak berada di Teluk Painan, Pesisir Selatan. Dulunya pulau ini digunakan sebagai benteng bagi tentara Portugis. Namun, seiring berjalannya waktu pulau ini digunakan sebagai gudang lada VOC.
Pulau Cingkuak sendiri memiliki beberapa nama lain, di antaranya: Chinco, Poulo Chinco, Poulo Chinko (Dalam bahasa Portugis) Poeloe Tjinko, Poelau Tjingkoek, Pulu Tjinkuk (Dalam bahasa Belanda).
Hanya perlu waktu beberapa tahun saja VOC berhasil mengalihkan fungsi Pulau Cingkuak sebagai satelit perdagangan di bagian Pesisir Selatan pantai Barat Sumatera.
Ketika di bawah pimpinan Thomas Van Kempen, benteng Portugis di Pulau Cingkuak ini sudah seperti rumah tuan tanah layaknya di Eropa. Tata ruangnya didesain sedemikian rupa layaknya pemukiman yang dikelilingi benteng dengan tembok batu.
Membangun Benteng
Pada tahun 1709, Batavia mengeluarkan master plan untuk Pulau Cingkuak. van Poele Chinco memperlihatkan gambaran peta rencana VOC. Sisi Selatan pulau tersebut akan didirikan benteng bertembok, sementara bagian landai dan lapang di sebelah Utara mencakup bangunan permanen untuk mendukung aktivitas loji.
VOC sudah mulai membangun benteng kokoh dengan tembok beton yang dilengkapi dengan meriam, gudang senjata, dan gudang lada. Kemudian, gudang lada beserta fasilitas perkantoran serta kamp prajurit serta penjara tahanan.
Pada bagian luar benteng, banyak dibangun rumah-rumah pemukiman Eropa yang bisa menampung kurang lebih 50 keluarga, lalu ada gereja, tempat pemandian dan juga fasilitas publik seperti rumah sakit, serta taman-taman.
Selain menjadi satelit perdagangan, pihak VOC juga sempat mewacanakan jika Cingkuak didirikan kantor pusat untuk wilayah Sumatera dan membuka perdagangan bebas serta dikenakan pembayaran bea masuk dan keluar. (Foto: Jadesta Kemenparekraf)
Pusat Perdagangan VOC
Singkat cerita, Cingkuak berubah menjadi pusat dagang VOC untuk mendapatkan lada serta menjadi pemukiman utama bagi orang-orang Belanda di Pesisir Minangkabau
Di ujung abad 18, loji di Pulau Cingkuak sudah menjadi poros inti dari perdagangan ekspor maupun impor yang membawa berbagai macam komoditas, mulai dari emas, kamper, gading gajah, budak, koin perak, kain dan sebagainya.
Melalui loji ini juga dijalankan politik dagang VOC untuk mengamankan pasokan lada, mengirim serdadu beserta senjata menggunakan kapal-kapal besar untuk membantu suatu pihak dalam berperang melawan musuh lokal.
Peninggalan Sejarah
Kini, Pulau Cingkuak sudah bagian dari Cagar Budaya di Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumatera Barat. Banyak sekali jejak-jejak peninggalan yang tersisa di pulau ini dan masih bisa dilihat wujudnya.
Mulai dari bagian pintu masuk pulau, masih menyisakan bentuk-bentuk maupun sisa dari dermaga yang berada di sebelah Timur. Dermaga ini berupa susunan dari batu andesit.