Koalisi Pajajaran-Portugis Versus Armada Gabungan Cirebon-Demak
Koalisi Demak dan Cirebon mencemaskan Sri Baduga di Pakuan.
Koalisi Demak dan Cirebon mencemaskan Sri Baduga di Pakuan.
Koalisi Pajajaran-Portugis Versus Armada Gabungan Cirebon-Demak
Penulis: Arsya Muhammad
Pangeran muda dari Pakuan Pajajaran itu akhirnya mendarat di Pelabuhan Malaka yang ramai. Namanya Surawisesa, putera mahkota Pakuan Pajajaran. Putra Sri Baduga Maharaja, penguasa wilayah Jawa bagian barat.
Surawisesa membawa misi penting dari ayahnya. Menjajaki kerja sama militer dan perdagangan antara Pakuan Pajajaran dengan Kerajaan Portugis.
-
Di mana Kerajaan Pajajaran berpusat? Kerajaan Pakuan Pajajaran berdiri di Jawa Barat dan berpusat di Bogor.
-
Siapa yang memimpin Pajajaran di masa kejayaan? Kerajaan Pakuan Pajajaran berdiri di Jawa Barat dan berpusat di Bogor. Mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja yang memerintah tahun 1482-1521. Orang Sunda memanggilnya Prabu Siliwangi.
-
Apa nama pasukan elite Kerajaan Pajajaran? Surawisesa memiliki pasukan elite dari Kerajaan Pakuan Pajajaran.Pasukan itu bernama Balamati.
-
Dimana pusat Kerajaan Pajajaran? Pusat kerajaannya ada di wilayah perbatasan antara Kecamatan Tamansari dan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, persisnya di kaki Gunung Salak.
-
Siapa yang memimpin Cirebon saat melawan Portugis? Ketika itu, Kerajaan Cirebon dipimpin oleh ulama karismatik Tu Bagus Pasei atau Fadilah Khan atau Fatahillah atau Faletehan bersama pasukan Cirebon.
-
Siapa raja yang memerintah Pajajaran tahun 1521? Surawisesa mengantikan ayahnya, Sri Baduga Maharaja menjadi Raja di Pakuan Pajajaran tahun 1521.
Dalam catatan Portugis, Surawisesa disebut sebagai Ratu Sangiang. Di Malaka dia bertemu dengan Laksamana Alfonso d’Albuquerque, yang mewakili otoritas Kerajaan Portugis tahun 1512.
Apa alasan Pakuan Pajajaran mengirim putera mahkotanya jauh-jauh ke Malaka, dari ibu kota kerajaan Sunda di wilayah Bogor saat ini?
Saat itu Cirebon, wilayah vasal Pajajaran telah memisahkan diri dan menjadi negara merdeka. Mereka menjalin aliansi militer dengan Demak. Angkatan Laut Demak telah merapat ke pelabuhan Cirebon, siap membantu untuk melawan Pajajaran.
“Persekutuan Demak dan Cirebon inilah yang mencemaskan Sri Baduga di Pakuan,”
Seperti ditulis Sejarawan Saleh Danasasmita dalam buku Sejarah Bogor.
Saleh menjelaskan, Pajajaran memiliki pasukan darat yang kuat. Namun di laut, angkatan lautnya terbilang lemah. Saat itu Sri Baduga mendengar kabar jika Portugis baru saja merebut Malaka. Angkatan Laut Portugis pun terbilang kuat, maka Pajajaran menjajaki persekutuan dengan Portugis.
Kunjungan Surawisesa dibalas kunjungan balasan oleh Kerajaan Portugis. Mereka mengirim empat buah kapal ke wilayah Pakuan Pajajaran. Hubungan diplomatik mulai terjalin antara kedua kerajaan.
Dalam Suma Oriental, Tome Pires mencatat Kerajaan Sunda adalah kerajaan yang makmur. Mereka dipimpin oleh seorang raja yang adil. Orang-orang Sunda juga sudah biasa melakukan perdagangan internasional seperti ke Malaka.
Tugu Padrao & 1.000 Karung Lada
Surawisesa mengunjungi Malaka dua kali. Tahun 1512 tadi, kemudian tahun 1521. Kunjungan balasan Portugis yang kedua terjadi pada tahun 1522 dipimpin oleh Henriquez de Leme.
Sumber Portugis menulis pemimpin Portugis di Malaka yang saat itu bernama Jorge d’Albuquerque sangat tertarik menjalin perdagangan dengan Kerajaan Sunda. Dia mengutus iparnya Henriquez de Leme untuk mengunjungi Raja Kerajaan Sunda dan membawa hadiah persahabatan.
Hubungan diplomatik antara Portugis dan Pakuan Pajajaran diresmikan dalam sebuah upacara. Bentuk kerja sama itu antara lain, Portugis diizinkan membangun benteng di wilayah Kalapa.
Pajajaran memberikan 1.000 karung lada, yang harus ditukar dengan barang-barang keperluan yang dibawa oleh kapal-kapal Portugis dari luar negeri. Saat itu lada adalah salah satu komoditi utama Pajajaran yang memiliki harga sangat tinggi di pasaran Eropa.
“Berat muatan yang ditukar kira-kira dua costumodos atau 351 kuintal,” tulis Saleh Danasasmita.
Di lokasi yang akan dijadikan benteng itu, utusan Portugis kemudian mendirikan sebuah tugu yang dikenal sebagai Padrao. Tugu ini kini disimpan di Museum Nasional. Dulu ditemukan di sekitar Jalan Cengkih, dekat Pelabuhan Sunda Kalapa.
Tinggi Prasasti Padrao 165 cm. Ada bola dunia yang menggambarkan simbol kekuasaan Raja Manuel I dari Portugis. Portugis juga membuat surat rangkap dua tentang perjanjian tersebut.
Adegan pertemuan antara Prabu Surawisesa dan utusan Portugis, Enrik Bule itu dilukis oleh Agus Nur Priadi dan menjadi koleksi sejarah Galeri Bumi Parawira Kota Bogor.
Banten & Kalapa Jatuh
Kerja sama antara Pajajaran dan Portugis ini mencemaskan Sultan Trenggana di Demak. Portugis telah menguasai Selat Malaka, jika Selat Sunda pun kemudian dikuasai Portugis, maka jalur perdagangan laut yang menjadi urat nadi Demak terancam terputus.
Tahun 1526, pasukan gabungan Cirebon dan Demak yang dipimpin oleh Fadillah menyerang Banten. Serangan ini didahului oleh Hasanudin yang membuat huru-hara di wilayah pelabuhan Pajajaran tersebut.
Penguasa Banten terdesak dan kemudian lari ke Ibukota Pakuan Pajajaran. Hasanudin kemudian diangkat menjadi Bupati Banten yang baru oleh ayahnya, Susuhunan Jati.
Satu tahun kemudian, dengan 1.452 pasukannya, Fadillah menyerang Pelabuhan Kalapa. Pelabuhan penting milik Kerajaan Sunda itu berhasil direbut.
“Bupati Kalapa beserta keluarga dan menteri yang bertugas di Kalapa gugur. Bantuan dari Pajajaran pun bisa dipukul mundur,” tulis Saleh Danasasmita.
Bantuan Tak Kunjung Tiba
Portugis berusaha memberikan bantuan. Dari Goa, India, Francisco de Sa memimpin enam galiun berangkat ke wilayah pertempuran. Namun karena badai di Teluk Benggala, satu galiun yang berisi peralatan membangun benteng, terpaksa ditinggalkan.
Sisa armada itu menuju Banten, namun urung mendarat karena Banten telah dikuasai oleh Hasanudin. De Sa kemudian berlabuh di sekitar muara Cisadane. Sementara ada satu kapal yang langsung menuju ke Kalapa.
Kapal Brigantin yang dipimpin Duerte Coelho ini tidak mengetahui jika Kalapa sudah dikuasai Fadillah. Dia berada terlalu dekat dengan pantai dan berhasil disergap. Dengan korban dan kerusakan yang parah, sisa-sisa kekuatan yang ada Brigantin meloloskan diri.
Peristiwa kekalahan Portugis oleh pasukan Fadillah inilah yang kini diperingati sebagai Hari Lahir Kota Jakarta, 22 Juni 1527.
Dengan jatuhnya Banten dan Kalapa, Pajajaran kehilangan pelabuhan-pelabuhan pentingnya. Hubungan mereka dengan dunia internasional terputus.
Setelah peperangan yang panjang dan melelahkan, dan wilayah inti yang semakin mengecil, kerajaan Sunda runtuh pada tahun 1579.