Mahkota Binokasih Jadi Bukti, Ini Alasan Kerajaan Sumedang Larang Dipilih sebagai Penerus Pajajaran
Alasan terkuat kekuasaan Pajajaran diserahkan ke Sumedang Larang karena dianggap netral dan masih memegang teguh pesan leluhur Sunda.
Alasan terkuat kekuasaan Pajajaran diserahkan ke Sumedang Larang karena dianggap netral dan masih memegang teguh pesan leluhur Sunda.
Mahkota Binokasih Jadi Bukti, Ini Alasan Kerajaan Sumedang Larang Dipilih sebagai Penerus Pajajaran
Di masa silam, Kerajaan Sumedang Larang pernah berkuasa. Pusat pemerintahannya sempat berpindah-pindah, mulai dari Citembong Girang (saat masih bernama Tembong Agung), Ciguling, Kutamaya, Dayeuh Luhur hingga di Kecamatan Tegal Kalong.
Walau tak menetap di satu tempat, namun pemerintah serta rakyatnya amat solid dan berpengaruh di tatar Sunda hingga dipercaya menjadi penerus dari kerajaan terbesar di Jawa Barat yakni Pajajaran.
-
Kenapa Kerajaan Pajajaran runtuh? Terlebih setelah itu, batu untuk penobatan raja kemudian diambil alih oleh pasukan Kesultanan Banten sehingga di masa-masa setelahnya tidak ada lagi penobatan. Sejak itu, Kerajaan Pajajaran jadi mudah diserang hingga akhirnya runtuh pada 1579.
-
Apa penyebab runtuhnya Pajajaran? Di masa berikutnya, terjadi perpecahan besar hingga internal kerajaan berhasil ditembus dan kerajaan sudah tidak bisa diselamatkan.
-
Siapa yang memimpin Pajajaran di masa kejayaan? Kerajaan Pakuan Pajajaran berdiri di Jawa Barat dan berpusat di Bogor. Mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja yang memerintah tahun 1482-1521. Orang Sunda memanggilnya Prabu Siliwangi.
-
Mengapa Sunan Gunung Jati memata-matai kerajaan Pajajaran? Saat itu, Sunan Gunung Jati mengutus sejumlah telik sandi atau intel khusus ke negeri Pajajaran, setelah Cirebon memproklamasikan kemerdekaannya dari kerajaan Sunda terbesar itu.
-
Mengapa Sunan Gunung Jati mendirikan kerajaan di Banten? Salah satu alasan mengapa wilayah Banten di-Islamkan perlahan adalah untuk mencegah masuknya pengaruh buruk Portugis.
-
Siapa pendiri Kerajaan Banten? Walau sebagai peletak pondasi berdirinya Kerajaan Banten, namun Sunan Gunung Jati diketahui tak pernah menjadi raja di sana hingga wafatnya.
Belakangan diketahui jika penyerahan kekuasaan dari Kerajaan Pajajaran ke Kerajaan Sumedang Larang berlangsung melalui pemberian mahkota raja Binokasih yang merupakan simbol kebesaran negara Sunda.
Kejadian ini dilatari penyerangan dari Kesultanan Banten, hingga membuat Pajajaran terancam dan akhirnya hancur.
Lantas apa yang menjadi alasan kuat Sumedang menjadi penerus Kerajaan Pajajaran yang membesarkan tanah Pasundan? Berikut informasinya.
Bermula dari Serangan Banten
Dalam laman virtualtour.sumedangkab.go.id, penyerahan mahkota Binokasih sebagai simbol kebesaran raja-raja Sunda dimulai ketika Kerajaan Pajajaran diserang.
Ketika itu terjadi perbedaan pandangan soal pemerintahan, ekonomi hingga kepercayaan.
Menurut manuskrip lawas, penyerangan utamanya dilatari ambisi Kesultanan Banten yang ingin menyebarkan ajaran Islam di kerajaan-kerajaan sekitar yang masih menganut kepercayaan Hindu.
Karena letaknya yang berdekatan, maka Kesultanan Banten melancarkan serangan ke Kerajaan Pajajaran yang saat itu mulai melemah pada 1535 hingga 1579.
Kerajaan Pajajaran Runtuh
Ada banyak sebab mengapa pertahanan Kerajaan Pajajaran yang dikenal kuat melemah. Padahal, kerajaan Sunda itu baru saja mengalami era kejayaan di masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi antara tahun 1482 sampai 1521.
Di masa Prabu Siliwangi, seluruh daerah kekuasaan mengalami kemajuan. Pertanian subur, rakyat Makmur dan infrastrukur terpelihara dengan baik. Di masa ini, pembangunan juga digencarkan seperti jalan dan fasilitas irigasi dengan teknologi mumpuni di masanya.
Namun sayang, setelah pergantian kepemimpinan pemerintahan Pajajaran mulai runtuh karena berbagai skandal internal, sehingga lunturnya kepercayaan rakyat termasuk kerajaan-kerajaan kecil penopang.
Penyerahan Mahkota Binokasih
Semakin melemahnya Kerajaan Pajajaran membuat serangan Banten semakin kuat.
Setidaknya terjadi tiga kali penyerbuan terhadap Kerajaan Pajajaran dimulai pada masa pemerintahan Raja Dewatabuana (1535-1543) lalu Nilakendra (1551-1567) dan Ragamulya (1567-1579)
Tahun 1579 adalah masa paling kritis bagi kerajaan besar tanah Sunda itu. Akhirnya, mereka memutuskan untuk menyelamatkan mahkota kebesaran raja Sunda yakni Binokasih ke Kerajaan Sumedang Larang.
Saat itu, mahkota dibawa secara diam-diam oleh empat patih dari Keraton Pakuan Pajajaran yakni Sayang Hawu, Térong Péot, Nangganan dan Kondang Hapa dan diserahkan kepada Raja Sumedang Larang, Prabu Geusan Ulun.
Penyerahan mahkota ini menjadi harapan berlangsungnya keberadaan dan kejayaan kerajaan Sunda di masa mendatang.
Alasan Sumedang Dipilih Sebagai Penerus Kerajaan Pajajaran
Mengutip Youtube Sarbo’ah Channel Sejarah dan Budaya, alasan terkuat kekuasaan Pajajaran diserahkan ke Sumedang Larang karena Kerajaan Sumedang Larang dianggap netral dan masih memegang teguh pesan leluhur Sunda.
Kemudian, Kerajaan Sumedang Larang juga dianggap netral sehingga lebih aman dan dipercaya oleh Raja Pajajaran yang saat itu berkuasa.
Penyerahan mahkota ke Sumedang juga dianggap bisa menjaga unsur-unsur politik dan warisan budaya Sunda yang dibesarkan oleh Pajajaran.
Sumedang Dianggap Setia Kepada Pajajaran
Walau dianggap netral, sang pemimpin Sumedang Larang yang saat itu berkuasa, Ratu Inten Dewata menampakan kesetiaannya kepada Kerajaan Pajajaran. Ini semakin terlihat dari upaya Sumedang yang dianggap berhasil dalam mempertahankan tempat-tempat strategis milik Pajajaran dari serangan musuh.
Sejak itulah, empat patih Kerajaan Pajajaran menaruh kepercayaan kepada Ratu Inten Dewata dan Penerusnya Pangeran Geusan Ulun untuk melanjutkan pemerintahan Sunda Pajajaran.
“Saat itu ada harapan, karena Ratu Inten Dewata menampilkan kesetiaannya kepada Kerajaan Pajajaran, maka mahkota Binokasih sebagai simbol kebesaran raja Sunda diserahkan kepada Sumedang Larang,” terang budayawan Sunda, Aki Wangsa di kanal tersebut.
Masih Tersimpan di Museum Keraton Sumedang Larang
Sampai saat ini, mahkota Binokasih masih tersimpan apik di kompleks Museum Prabu Geusan Ulun dalam lemari kaca segi delapan dengan pengamanan super ekstra.
Ini dilakukan, karena mahkota tersebut merupakan mahkota asli raja Pajajaran akhir sebelum runtuh. Mahkota ini berbahan emas murni, sehingga perlu diamankan.
Namun bagi yang penasaran, mahkota Binokasih bisa dilihat sebagai salah satu warisan luhun kerajaan Pajajaran di masa lampau.