Melihat Watu Gilang, Batu Bersejarah Tempat Penobatan Raja Banten yang Penuh Misteri
Selain perannya yang dianggap tidak tergantikan, batu ini konon juga memiliki kisah misteri yang sampai sekarang belum terpecahkan.
Selain perannya yang dianggap tidak tergantikan, batu ini konon juga memiliki kisah misteri yang sampai sekarang belum terpecahkan.
Melihat Watu Gilang, Batu Bersejarah Tempat Penobatan Raja Banten yang Penuh Misteri
Ini adalah Watu Gilang yang amat berpengaruh di masa Kesultanan Banten. Jika tidak ada batu ini, maka penetapan raja yang akan berkuasa tidak bisa dilaksanakan.
(Foto: Kemdikbud)
-
Dimana letak kerajaan kuno Banten Girang? Kerajaan itu letaknya berada di hulu teluk Banten.
-
Apa yang ada di Banten Girang? Di area tersebut terdapat kompleks bangunan, arca hingga makam dari tokoh agama yang cukup berpengaruh kala itu.
-
Dimana letak Banten Girang? Adapun kota kuno Banten Girang sendiri berada di Kampung Talaya, Desa Sempu, Kecamatan Serang, Kota Serang, Banten.
-
Dimana letak Situs Batu Goong? Ini Keunikan Situs Batu Goong Di Kabupaten Pandeglang ada banyak lokasi unik, salah satunya Situs Batu Goong di Kampung Cigadung, Desa Sukasari, Kecamatan Pulosari.
-
Kenapa Banten Girang penting? Kawasan ini bisa jadi salah satu destinasi sejarah untuk melihat jejak Banten sebelum masuknya agama Islam.
-
Apa pusat peradaban Kerajaan Banten? Pada masanya dulu, Banten merupakan salah satu pusat peradaban Islam di Pulau Jawa.
Batu ini bukan sekedar bidang beku yang digunakan untuk menghias sisi ruangan dari keraton. Di masanya, peran batu tersebut sangat penting sebagai media penobatan pemimpin kesultanan.
Selain perannya yang dianggap tidak tergantikan, batu ini konon juga memiliki kisah misteri yang sampai sekarang belum terpecahkan.
Barang siapa yang menggeser atau memindahkan batu ini akan menimbulkan celaka yang ditakuti seisi keraton serta masyarakat Banten di masa silam.
Watu Gilang ini masih tersimpan apik sebagai cagar budaya warisan nenek moyang Banten di masa silam. Berikut kisahnya.
Memiliki Bidang Datar
Terarsip di kebudayaan.kemdikbud.go.id, Watu Gilang berasal dari bahasa Jawa Banten yakni watu yang artinya batu. Panjangnya 190 cm, lebar 121 cm dan tebal 16,5 cm.
(Foto: Liputan6)
Pada bidang atasnya terlihat datar, dan sedikit mengecil di bagian tengah hingga bawah.
Batu ini terdiri dari tumpukan batu-batu kecil seukuran bata merah, dan batu lebar di atasnya.
Lokasi batu ini berada di kawasan Situs Banten Lama, Serang, Banten.
Tempat Penobatan Raja-Raja Banten
Di masa kekuasaan Kesultanan Banten pada 1512 sampai 1813, batu ini menjadi benda milik kerajaan yang sangat penting. Sebab, melalui batu ini penobatan raja yang akan berkuasa dilangsungkan.
Batu ini menjadi tempat duduk raja saat diserah terimakan mahkota, termasuk didoakan agar menjadi raja yang amanah pada rakyat.
Kabarnya, pemilik awal Watu Gilang bukanlah Kesultanan Banten, melainkan Kerajaan Pajajaran yang berkedudukan di Pakuan, Bogor, Jawa Barat.
Didatangkan dari Pakuan Pajajaran
Dalam cerita Parahyangan, disebutkan jika batu ini dipindah dari Kerajaan Pajajaran di Jawa Barat.
(Foto: Sisa Keraton Surosowan/Wikipedia)
Saat itu, batu masih dikenal dengan nama Batu Sriman. Batu ini erat kaitannya dengan Sitihinggil yang ada di kerajaan-kerajaan Jawa sebagai tempat untuk pewarisan takhta kepemimpinan.
Menurut Ten Dam, Batu Sriman ini menandakan kedudukan Maulana Hasanuddin dari Banten yang secara anumerta dianggap sebagai pengambil kekuasaan Kerajaan Sunda, dengan memindahkan Watu Gilang dari Pakuan ke Banten.
Turut disebutkan bahwa di lokasi Watu Gilang terdapat batu lingga yang tidak dibawa karena dianggap "kebudan" yang tidak sesuai dengan agama Islam.
Pemindahan Watu Gilang dari bekas pusat Kerajaan Pajajaran yang Hindu ke pusat Kerajaan Banten yang Islam dianggap sebagai tanda bahwa kesaktian raja-raja Sunda berpindah ke raja-raja Banten pada 1579 Masehi.
(Foto: Sisa reruntuhan Keraton Surosowan/Kemdikbud)
Penuh Misteri
Sampai sekarang, batu ini menimbulkan pertanyaan. Sebab sejumlah catatan lawas mengatakan bahwa jika batu ini digeser, maka Kerajaan Banten akan mengalami keruntuhan.
Pesan ini sampai sekarang terdokumentasikan di dalam catatan Pupuh XIX Babad Banten.
Di sana dikatakan bahwa batu ini sudah ada sebelum Kesultanan Banten berdiri. Dimulai dari Sunan Gunung Jati menyuruh anaknya Maulana Hasanuddin untuk mendirikan kota di dekat pantai.
Ketika itu, Maulana Hasanuddin diberi petunjuk agar dirinya membangun pusat keramaian seperti pasar hingga alun-alun sebagai bekal utama kerajaan. Ternyata, ada pesan penting lainnya yang harus dijalankan Hasanuddin yakni tidak boleh memindahkan Watu Gilang karena jika digeser Kesultanan Banten akan runtuh