Arkeolog Temukan Tali Busur dan Anak Panah Berusia 7.000 Tahun, Terbuat dari Otot Hewan
Temuan ini mengungkap rahasia panahan masyarakat Zaman Neolitikum.
Arkeolog menemukan tali busur dan anak panah tertua di Eropa berusia 7.000 tahun. Tali busur ini terbuat dari urat hewan dan anak panah dibuat dari kayu zaitun dan kayu alang-alang serta kulit kayu birch, ditemukan di Gua Los Murciélagos di Albuñol, Granada, Spanyol.
Anak panah ditemukan dengan bulu utuh, sisa serat, dan dua tali busur yang terbuat dari otot hewan. Penemuan ini merupakan bukti menakjubkan keahlian memahan manusia prasejarah dari zaman Neolitikum awal di Semenanjung Iberia (5300–4900 SM).
-
Apa nama fosil hewan bertaring tajam? Hewan bertaring ini hidup sekitar 270 hingga 280 juta tahun lalu dan dikenal sebagai Gorgonopsia.
-
Dimana penemuan perkakas manusia purba ini? Penemuan ini merupakan contoh tertua dari jenis perekat di Eropa dan menjadi bukti kecerdasan Neanderthal.
-
Di mana arkeolog menemukan bukti Homo sapiens menggunakan busur dan anak panah? Bukti batu api yang dijadikan sebagai anak panah ditemukan di gua Prancis.
-
Apa saja senjata kuno yang ditemukan? Senjata yang ditemukan ini mencakup ujung tombak, kapak, dan tiga lainnya yang jenisnya belum teridentifikasi.
-
Apa jenis hewan purba yang ditemukan? Sumber: CNN Berdasarkan hasil CT-scan mikro, sarang dan telur ini milik belalang.
-
Dimana senjata kuno itu ditemukan? Senjata ini ditemukan di hutan dekat daerah Hrubieszow, Polandia timur, seperti dilansir Ancient Pages.
Penemuan oleh tim dari studi interdisipliner peninggalan arkeologi dari Gua Los Murciélagos ini memberikan informasi inovatif dalam konteks Eropa tentang bahan dan teknik pembuatan yang digunakan oleh komunitas Neolitikum, seperti dikutip dari laman SciTech Daily, Sabtu (21/12).
Dipimpin oleh Universitat Autònoma de Barcelona (UAB) dan diterbitkan dalam Scientific Reports (Nature Portfolio), penelitian ini melibatkan kolaborasi antara beberapa lembaga penelitian dan universitas di Spanyol, termasuk University of Alcalá (UAH), Institute of Heritage Sciences (INCIPIT- CSIC), dan Institut Sains dan Teknologi Lingkungan UAB (ICTA-UAB). Para peneliti dari Université Côte d’Azur dan CNRS di Perancis juga berkontribusi dalam penelitian ini.
“Identifikasi tali busur ini menandai langkah penting dalam studi persenjataan Neolitikum. Kami tidak hanya dapat memastikan penggunaan tendon hewan untuk membuatnya, tetapi kami juga mengidentifikasi genus atau spesies hewan asal mereka,” jelas Ingrid Bertin, peneliti di UAB dan penulis pertama artikel yang diterbitkan tersebut.
Tendon dari Capra sp. (genus yang mencakup beberapa spesies kambing dan ibex), Sus sp. (genus yang mencakup babi hutan dan babi), dan rusa roe digunakan, yang dipilin menjadi satu untuk membuat tali dengan panjang yang cukup.
“Dengan teknik ini dapat dibuat tali yang kuat dan fleksibel, untuk memenuhi kebutuhan pemanah berpengalaman. Tingkat presisi dan penguasaan teknis ini, yang setiap detailnya penting, membuktikan pengetahuan luar biasa dari para perajin Neolitikum ini,” kata Raquel Piqué, peneliti di Departemen Prasejarah UAB dan koordinator penelitian.
Penggunaan Buluh
Tim juga mengungkap penggunaan kayu zaitun (Olea europaea) dan kayu alang-alang (Phragmites sp.) dalam pembuatan senjata ini.
Penggunaan buluh untuk pembuatan anak panah di Eropa prasejarah, sebuah hipotesis yang dipertimbangkan oleh para peneliti selama beberapa dekade, akhirnya terkonfirmasi oleh temuan ini. Selain itu, kombinasi kayu zaitun, willow, dan kayu alang-alang merupakan pilihan bahan yang sangat menarik.
“Integrasi ini menghasilkan bagian depan yang keras dan padat, dilengkapi dengan bagian belakang yang ringan, yang secara signifikan meningkatkan sifat balistik anak panah, yang ujungnya terbuat dari kayu tanpa proyektil batu atau tulang. Eksperimen di masa depan dapat memperjelas apakah anak panah ini dapat digunakan untuk berburu atau pertempuran jarak dekat, atau apakah anak panah tersebut merupakan anak panah yang tidak mematikan,” papar Ingrid Bertin.
Terakhir, batang panah dilapisi dengan kulit kayu birch, bahan yang diperoleh melalui perlakuan panas terkontrol pada kulit pohon ini, digunakan tidak hanya untuk sifat pelindungnya, tetapi mungkin juga untuk tujuan dekoratif, yang menambah dimensi estetika dan fungsional pada senjata tersebut.