Arkeolog Kaget, Manusia Purba Ini Sudah Memakai Lem untuk Bikin Perkakas Batu
Arkeolog Kaget, Manusia Purba Ini Sudah Memakai Lem untuk Membuat Perkakas Batu
Penemuan ini merupakan contoh tertua dari jenis perekat di Eropa.
-
Bagaimana perkakas batu manusia purba digunakan? Perkakas dari batu flint umumnya digunakan untuk menggali tanah atau menguliti hewan.
-
Siapa yang menemukan kerangka manusia purba? Pada 1911, penambang yang mencari bahan baku pupuk menginjak benda aneh di sebuah gua yang dekat dengan Lovelock, Nevada.
-
Siapa yang menemukan Fosil Manusia Purba? Para peneliti berhasil mengekstrak 13 genom dari gua batu Oakhurst, Afrika Selatan.
-
Mengapa manusia purba membuat jarum bermata? Menariknya, kemunculan peralatan menjahit yang lebih canggih di gua Denisova – yang dihuni oleh Denisovan, Neanderthal, dan manusia modern selama sekitar 100.000 tahun – bertepatan dengan penurunan drastis suhu global selama Zaman Es. Ketika cuaca beku mulai terjadi, orang-orang mungkin perlu memakai lebih banyak pakaian berlapis, dan produksi jarum memungkinkan 'proses penjahitan yang lebih halus dan efisien,' sehingga memudahkan pembuatan pakaian dalam yang bisa menyelamatkan nyawa.
-
Siapa yang menemukan spesies manusia purba ini? Penemuan ini diumumkan oleh ilmuwan dari Akademi Sains China dan beberapa universitas di China, serta ilmuwan dari Pusat Penelitian Nasional Evolusi Manusia di Spanyol.
-
Bagaimana manusia kuno membuat seni batu? Sejumlah karya seni ini, yang disebut peneliti sebagai 'piktogram,' digambar dengan warna merah dan menggambarkan motif geometris seperti garis titik-titik, barisan huruf X, pola berbentuk bintang, dan garis lurus yang terhubung bersama membentuk berbagai desain. Ada juga penggambaran sederhana dari daun dan gambar figur tongkat manusia.
Arkeolog Kaget, Manusia Purba Ini Sudah Memakai Lem untuk Bikin Perkakas Batu
Sekitar 40.000 tahun lalu, spesies manusia purba Neanderthal tinggal di wilayah yang kini dikenal sebagai Prancis dan menggunakan gagang perkakas yang dibuat dengan menggunakan bahan perekat khusus.
Penemuan ini merupakan contoh tertua dari jenis perekat di Eropa dan menjadi bukti kecerdasan Neanderthal.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Kemajuan Ilmu Pengetahuan ini melibatkan para ahli dari Universitas New York, Universitas Tübingen, dan Museum Nasional di Berlin.
Dr. Patrick Schmidt dari Universitas Tübingen dan Dr. Ewa Dutkiewicz dari Museum Prasejarah dan Sejarah Awal di Museum Nasional di Berlin memimpin penelitian ini.
Mereka melakukan pengamatan terhadap artefak dari situs Neanderthal bernama Le Moustier di Dordogne untuk mengidentifikasi tanda-tanda penggunaan perekat kuno.
Mencari tahu bagaimana manusia purba membuat dan menggunakan perekat adalah hal yang penting karena memberikan kita bukti kuat tentang bagaimana budaya dan kemampuan berpikir mereka berkembang seiring berjalannya waktu.
Peralatan batu dari Le Moustier disimpan dalam koleksi Museum Prasejarah dan Sejarah Awal dan belum pernah dipelajari secara menyeluruh sebelumnya.
“Peralatan yang sangat terawat ini mengungkapkan teknik yang sangat mirip dengan yang digunakan manusia purba di Afrika, tetapi dengan sentuhan Neanderthal yang unik,” jelas Radu Iovita, seorang profesor di Pusat Studi Asal Usul Manusia di NYU, seperti dilansir laman Greek Reporter.
Para peneliti menemukan bekas campuran oker dan bitumen pada berbagai peralatan batu seperti pengikis, serpihan, dan pisau.
Oker adalah pigmen alami yang ditemukan di dalam bumi, sementara bitumen merupakan komponen aspal yang bisa ditemukan dalam minyak mentah atau secara alami di tanah.
Dr. Schmidt menjelaskan penemuan mereka mengejutkan karena campuran perekat tersebut ternyata terdiri lebih dari separuh oker.
Meskipun aspal secara alami bisa merekat sendiri, penambahan oker ternyata memperkuat daya rekatnya.
Dalam uji coba, para peneliti menambahkan oker ke dalam aspal cair dan menemukan kombinasi ini menghasilkan bahan yang cukup lembut untuk dibentuk menjadi gagang perkakas, tetapi tidak terlalu lengket sehingga tidak akan membuat tangan kotor.
Para peneliti bekerja sama dengan Universitas New York untuk memeriksa tanda-tanda keausan pada peralatan batu tersebut di bawah mikroskop. Hasilnya menunjukkan perekat pada peralatan dari Le Moustier memang digunakan dengan cara ini.