Arkeolog Temukan Alat Pelempar Tombak Tertua, Dipakai Manusia Purba Berburu 31.000 Tahun Lalu
Temuan ini mengungkap penggunaan teknik berburu digunakan 10.000 tahun lebih awal daripada yang diketahui sebelumnya.
Arkeolog Temukan Alat Pelempar Tombak Tertua, Dipakai Manusia Purba Berburu 31.000 Tahun Lalu
Para arkeolog dari TraceoLab di Universitas Liège, Belgia menemukan pelempar tombak tertua. Perkakas purba ini ditemukan di situs arkeologi Maisières-Canal di Belgia selatan.
Sumber: Ancient Pages
Ternyata, alat ini digunakan para pemburu-pengumpul yang menetap di tepian Sungai Haine, sebuah sungai di Belgia selatan, sejak 31.000 tahun yang lalu untuk berburu hewan. Penemuan terbaru ini mengungkap penggunaan teknik berburu digunakan 10.000 tahun lebih awal daripada yang diketahui sebelumnya. Temuan ini memunculkan pertanyaan baru tentang inovasi teknologi kuno.
-
Dimana penemuan perkakas manusia purba ini? Penemuan ini merupakan contoh tertua dari jenis perekat di Eropa dan menjadi bukti kecerdasan Neanderthal.
-
Apa yang digunakan manusia purba untuk membuat perkakas? Sekitar 40.000 tahun lalu, spesies manusia purba Neanderthal tinggal di wilayah yang kini dikenal sebagai Prancis dan menggunakan gagang perkakas yang dibuat dengan menggunakan bahan perekat khusus.
-
Bagaimana perkakas batu manusia purba digunakan? Perkakas dari batu flint umumnya digunakan untuk menggali tanah atau menguliti hewan.
-
Bagaimana manusia purba berburu? Berlari lebih cepat dari kejaran mangsa merupakan metode berburu yang efisien bagi manusia purba dan metode ini juga masih digunakan hingga saat ini, menurut laporan etnografi.
-
Bagaimana cara peneliti menentukan jenis senjata yang digunakan manusia purba? Untuk mencoba dan merekonstruksi cara penggunaan proyektil ini, para peneliti menganalisis sifat balistik lebih dari 500 mata panah Paleolitikum dari 25 situs berbeda di Eropa utara, yang berasal dari antara 14.700 dan 11.700 tahun yang lalu.
-
Di mana arkeolog menemukan bukti Homo sapiens menggunakan busur dan anak panah? Bukti batu api yang dijadikan sebagai anak panah ditemukan di gua Prancis.
Pelempar tombak adalah senjata yang dirancang untuk melempar anak panah, yakni proyektil besar yang mirip anak panah yang umumnya memiliki panjang lebih dari dua meter. Pelempar tombak ini mampu mendorong anak panah dengan jangkauan hingga 80 meter.
Foto: TraceoLab
Penemuan senjata berburu jarak jauh ini berdampak besar pada evolusi manusia, karena mengubah praktik berburu, dinamika hubungan antara manusia dan mangsanya, serta pola makan dan organisasi sosial kelompok pemburu-pengumpul prasejarah. Oleh karena itu, tanggal penemuan dan penyebaran senjata-senjata ini telah lama menjadi bahan perdebatan sengit dalam komunitas ilmiah.
"Hingga saat ini, senjata-senjata kuno sangat sulit dideteksi di situs arkeologi karena terbuat dari komponen organik yang jarang terawetkan," jelas Justin Coppe, peneliti di TraceoLab.
"Ujung batu yang menghiasi proyektil kuno yang jauh lebih sering ditemui dalam penggalian arkeologi sulit untuk dihubungkan dengan senjata tertentu secara andal."
Klaim yang baru-baru ini diterbitkan tentang penggunaan awal tombak dan busur di Eropa dan Afrika hanya mengandalkan ukuran ujung proyektil untuk menghubungkannya dengan sistem senjata tersebut. Namun, tinjauan etnografis dan pengujian eksperimental menimbulkan banyak keraguan terhadap argumen ini dengan menunjukkan bahwa ujung panah, anak panah, dan tombak bisa sangat bervariasi ukurannya, dengan rentang yang tumpang tindih.
Pendekatan inovatif yang dikembangkan para arkeolog di TraceoLab menggabungkan analisis balistik dan mekanika retakan untuk memahami lebih baik jejak-jejak yang terawetkan di ujung batu api.
"Kami melakukan eksperimen berskala besar di mana kami menembakkan replika proyektil paleolitik menggunakan berbagai senjata seperti tombak, busur, dan pelempar tombak," jelas Noora Taipale, peneliti FNRS di TraceoLab.
"Dengan cermat memeriksa retakan pada ujung batu ini, kami dapat memahami bagaimana setiap senjata memengaruhi retakan ujung batu ketika mereka mengenai target."
Setiap senjata meninggalkan bekas tanda yang khas pada ujung batu, memungkinkan para arkeolog untuk mencocokkan tanda-tanda ini dengan temuan arkeologi. Dalam beberapa hal, ini mirip dengan mengidentifikasi senjata dari tanda-tanda yang ditinggalkan laras pada peluru, sebuah praktik yang dikenal dari ilmu forensik.
Sumber: Ancient Pages
Kesesuaian yang sangat baik antara sampel pelempar tombak eksperimental dan proyektil Maisières-Canal menegaskan bahwa para pemburu yang menghuni situs tersebut menggunakan senjata-senjata ini. Temuan ini mendorong para arkeolog untuk menerapkan metode ini lebih lanjut untuk mengetahui seberapa tua sebenarnya senjata-senjata jarak jauh kuno. Pekerjaan masa depan di TraceoLab akan berfokus pada penyesuaian pendekatan analitis dengan konteks arkeologi lainnya untuk membantu mencapai tujuan ini.
Studi ini telah diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports.