Temuan Kerikil Berbentuk Donat Berusia 12.000 Tahun Ungkap Asal Usul Roda dalam Peradaban Manusia
Ini merupakan contoh roda paling awal yang pernah ditemukan.
Sebuah studi terbaru mengungkapkan salah satu contoh roda paling awal yang pernah ditemukan. Peneliti menemukan sekitar 100 kerikil ditemukan dalam penggalian di sebuah situs yang disebut "Nahal Ein Gev II" di sebelah timur Laut Galilea, wilayah Palestina yang diduduki Israel. Kerikil ini berasal dari sekitar 12.000 tahun yang lalu, sebelum orang-orang di wilayah itu mempraktikkan pertanian dalam skala besar.
Leore Grosman, profesor arkeologi prasejarah dan timnya menganalisis lebih dari 100 kerikil batu kapur berlubang tersebut, yang beratnya berkisar antara 1 gram dan 34 gram, tulis Grosman dan timnya dalam penelitian tersebut.
-
Kapan roda pertama di dunia ditemukan? Sebuah studi terbaru yang menggunakan teknik dari mekanika struktural menunjukkan penambang tembaga Eropa Timur di Pegunungan Carpathian mungkin telah menjadi pengguna roda pertama di dunia sejak 3.900 SM.
-
Dimana roda pertama di dunia ditemukan? Sebuah studi terbaru yang menggunakan teknik dari mekanika struktural menunjukkan penambang tembaga Eropa Timur di Pegunungan Carpathian mungkin telah menjadi pengguna roda pertama di dunia sejak 3.900 SM.
-
Kapan rangka manusia ini ditemukan? Mengutip Daily Mail, indy100, dan IFLScience, Selasa (23/4), para arkeolog menduga bahwa pria tersebut dipukuli secara brutal di atas roda hukuman dan kepalanya juga dicoba untuk dipenggal.
-
Siapa yang menemukan roda? Sebuah studi terbaru yang menggunakan teknik dari mekanika struktural menunjukkan penambang tembaga Eropa Timur di Pegunungan Carpathian mungkin telah menjadi pengguna roda pertama di dunia sejak 3.900 SM.
-
Apa yang ditemukan arkeolog di Israel? Para arkeolog baru-baru ini menemukan permainan ramalan kuno Yunani, berasal dari sekitar 2.300 tahun yang lalu.
-
Kapan artefak kuno ini ditemukan? Pada tahun 1990 hingga 2000 batu-batu pipih dengan sudut runcing ditemukan di Kastil Iwatsuki dan markas administrasi Owada jin’ya di Saitama, Jepang.
Para peneliti menggunakan teknologi pemindaian 3D untuk membuat model virtual kerikil yang terperinci dan menemukan bahwa sebagian besar kerikil memiliki lubang yang dibor di bagian tengahnya.
Tim peneliti sempat menduga kerikil ini mungkin digunakan untuk manik-manik. Akan tetapi manik-manik seringkali diukir menjadi bentuk presisi, cenderung ringan dan biasanya beratnya tidak melebihi 2 gram, sehingga penggunaan kerikil ini tidak mungkin.
Selain itu, kerikil ini tidak mungkin digunakan untuk pemberat ikan karena tidak ada contoh pemberat ikan pada dari masa yang sangat awal.
Untuk melihat apakah kerikil tersebut bisa jadi merupakan gulungan benang, tim tersebut membuat replika kerikil yang tepat menggunakan pemindaian 3D dan meminta Yonit Crystal, seorang ahli pembuat kerajinan tradisional, menggunakannya untuk memintal tekstil.
Pemintal Tekstil
Kemudian dengan sedikit latihan, Crystal mampu memintal tekstil secara efektif, dan menemukan bahwa rami lebih mudah diolah daripada wol, seperti dikutip dari laman Live Science, Kamis (14/11).
"Kemungkinan besar rami dipintal dalam jumlah kecil untuk digunakan dalam teknologi baru lainnya seperti tas dan tali pancing, yaitu metode penyimpanan dan penghidupan baru," jelas Alex Joffe, arkeolog yang telah melakukan pekerjaan ekstensif di bidang arkeologi prasejarah di wilayah tersebut dan merupakan direktur urusan strategis untuk Asosiasi Studi Timur Tengah dan Afrika, kepada Live Science.
Tim menyimpulkan, sebagian besar kerikil tersebut kemungkinan digunakan sebagai gulungan poros, jenis awal teknologi roda dan poros.
Lebih lanjut, peneliti menulis koleksi kumparan spindel ini merupakan contoh paling awal manusia menggunakan rotasi dengan alat berbentuk roda.
“Kumparan ini mungkin telah membuka jalan bagi teknologi rotasi selanjutnya, seperti roda pembuat tembikar dan roda kereta, yang sangat penting bagi perkembangan peradaban manusia awal,” imbuh para arkeolog.
Hasil penemuan para ilmuwan ini diterbitkan dalam jurnal PLOS One.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti