DNA Berusia 17.000 Tahun Ungkap Asal Usul Bayi Bermata Biru dari Zaman Es, Ternyata Hasil Perkawinan Sedarah
Para peneliti juga mengungkapkan penyebab kematian balita tersebut.
Ilmuwan berhasil mengungkap asal usul bayi Zaman Es yang hidup 17.000 tahun lalu di wilayah yang sekarang menjadi bagian Italia. Para peneliti mengungkap asal usul bayi ini setelah meneliti kerangkanya.
Kerangka bayi ini ditemukan di Italia selatan pada 1998 silam dan dikenal dengna nama "bayi Grotta delle Mura". Bayi ini diperkirakan meninggal pada usia sekitar 7,5 bulan sampai 1,5 tahun. Tingginya 82 cm dan kemungkinan bermata biru, rambut keriting berwarna gelap, dan berkulit coklat, dikutip dari IFL Science, Kamis (14/11).
-
Siapa yang menemukan jejak kawin silang manusia modern? Data DNA menunjukkan, manusia modern (Homo Sapiens) melakukan perkawinan dengan kelompok Neanderthal dan Denisovan.
-
Kapan data genetik manusia purba ditemukan? Dalam temuannya, para peneliti menjelaskan DNA purba belum pernah ditemukan dari hominin Afrika mana pun yang berusia lebih dari 18.000 tahun.
-
Data genetik apa yang ditemukan dari manusia purba? Sejauh ini, ini adalah informasi genetik tertua yang pernah ditemukan dari hominid mana pun. Para peneliti mengekstraksi data genetik dari fosil gigi milik spesies manusia purba yang hidup lebih dari 2 juta tahun lalu di Afrika Selatan.
-
Apa temuan yang diungkap oleh DNA kuno? Temuan DNA Kuno Ungkap Proses Kawin Silang Antar Manusia Purba
-
Bagaimana keluarga itu ditemukan? Hasil penyelidikan DNA belum lama ini mengungkap bagaimana tragisnya sebuah keluarga dari tiga generasi menjadi korban dari pembantaian itu.
-
Siapa yang menemukan fosil bayi manusia purba? Di antara kerangka manusia Neanderthal yang ditemukan di sebuah gua di Prancis, peneliti menemukan fosil atau tulang panggul bayi manusia modern.
Kerangkanya yang ditemukan di bawah lempengan batu, sangat terpelihara dengan baik, dan hal ini sangat mengherankan mengingat usianya yang sangat tua – berdasarkan penanggalan radiokarbon diperkirakan berusia antara 17.320 dan 16.910 tahun. Oleh karena itu, para peneliti jarang mendapatkan gambaran sekilas tentang karakteristik, perkembangan, kesehatan, kematian, dan keturunan bayi malang tersebut.
Berdasarkan hasil analisis genetik, anak tersebut kemungkinan menderita kardiomiopati hipertrofik – suatu kondisi keturunan di mana otot jantung menjadi menebal – yang mungkin menjadi penyebab kematiannya.
Tim juga mengungkapkan orang tua balita tersebut memiliki hubungan dekat – mungkin sepupu pertama. Menurut penulis studi, Dr Alessandra Modi dari Universitas Florence, perkawinan sedarah ini sesuatu yang “jarang ditemukan pada zaman Paleolitikum, tetapi lebih umum terjadi pada zaman Neolitikum."
Analisis Gigi
Jika dilihat lebih dekat pada gigi anak kecil tersebut, terungkap adanya permasalahan kesehatan sebelum dan sesudah kelahiran. Setidaknya ada sembilan episode stres fisiologis yang terbukti yang penyebabnya tak diketahui, tetapi “jumlah tersebut menggambarkan tekanan fisik yang parah sepanjang perkembangan dan kehidupannya,” tulis peneliti.
Isotop pada gigi menunjukkan ibu dari anak tersebut memiliki mobilitas yang rendah pada bulan-bulan terakhir kehamilan dan mungkin kekurangan gizi. Selain itu, ditemukannya patah tulang pada tulang selangka bayi mengisyaratkan kelahirannya sulit.
Hasil penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Nature Communications.