Arkeolog Temukan Fosil Bayi Bermata Biru Berusia 17.000 Tahun, Kulitnya Gelap Berambut Keriting
Kerangka bayi itu ditemukan di sebuah makam yang ditutupi dua lempengan batu.
Sebuah studi terbaru berhasil mengidentifikasi penemuan jasad bayi berusia sekitar 17.000 tahun dari zaman es yang ditemukan di wilayah yang sekarang disebut Italia.
Kerangka tersebut pertama kali ditemukan pada 1998 oleh seorang arkeolog dari Universitas Siena bernama Mauro Calattini saat sedang menggali di gua Grotta delle Mura di Monopoli, Italia.
-
Siapa yang menemukan fosil bayi manusia purba? Di antara kerangka manusia Neanderthal yang ditemukan di sebuah gua di Prancis, peneliti menemukan fosil atau tulang panggul bayi manusia modern.
-
Siapa yang menemukan kerangka bayi Zaman Es? Kerangka bayi ini ditemukan di Italia selatan pada 1998 silam dan dikenal dengna nama 'bayi Grotta delle Mura'.
-
Mengapa arkeolog menemukan kerangka bayi di dekat perapian? 'Sebenarnya kami sudah menduga-duga adanya kuburan ini karena kami menemukan sisa-sisa perapian di sisi timur. Itu sudah menjadi aturan dalam arkeologi. Dari Zaman Batu hingga akhir zaman, jika menemukan perapian dugaan akan adanya kuburan bayi atau anak di dalam atau di luar rumah semakin meningkat. Saat kami sudah menduga-duga, kami menemukan kuburan itu,' Katanya.
-
Dimana fosil bayi manusia purba ditemukan? Di antara kerangka manusia Neanderthal yang ditemukan di sebuah gua di Prancis, peneliti menemukan fosil atau tulang panggul bayi manusia modern.
-
Siapa yang menemukan kerangka bayi? Selama penggalian pada 2024, telah ditemukan kerangka anak di lapisan yang diperkirakan berusia 7.600 tahun dan cincin perak yang diduga digunakan untuk bayi.
-
Siapa yang menemukan fosil kura-kura bayi? Padre Gustavo Huertas mengoleksi fosil berbentuk daun di dekat kota Villa de Leyva antara tahun 1950-an dan 1970-an, dan kemudian mengidentifikasinya sebagai tanaman yang sudah punah.
Makam tersebut ditutupi oleh dua lempengan batu dan berisi sisa-sisa kerangka bayi yang terawat dengan baik dan utuh.
Dilansir laman Live Science, sisa-sisa kerangka dari jasad bayi itu menunjukkan anak laki-laki itu memiliki mata biru, berkulit gelap dan rambut keriting berwarna coklat tua hingga hampir hitam.
Alami kelainan genetik sampai gagal jantung
Ilmuwan menggunakan gigi dari anak tersebut untuk mengidentifikasi lebih lanjut mengenai kehidupan bayi itu dan menemukan terdapat sembilan garis tegas atau penanda kesulitan fisiologis yang menunjukkan bahwa ia mengalami kehidupan yang sulit bahkan saat tumbuh di dalam rahim ibunya.
Mereka memperkirakan usia anak tersebut sekitar 1 tahun 4 bulan.
Hasil perkawinan sedarah
"Analisis terperinci terhadap gigi bayi memungkinkan kami menyimpulkan kesehatan dan stres yang dialami oleh anak tersebut selama masa bayi atau ibunya selama kehamilan," kata Owen Alexander Higgins dan Alessandra Modi, penulis penelitian.
Analisis DNA juga mengungkap bayi tersebut memiliki mutasi pada dua gen. Mutasi ini sering menyebabkan kardiomiopati hipertrofik. Kondisi genetik ini membuat dinding ventrikel kiri jantung menebal dan mengeras seiring waktu.
Kelainan genetik yang dialami anak ini membuat jantung tidak dapat menerima atau memompa cukup darah setiap kali berdetak dan mengakibatkan kematian dini anak laki-laki tersebut karena gagal jantung, ungkap para peneliti seperti dikutip dari laman Live Science.
Secara genetik anak laki-laki tersebut berasal dari sekelompok pemburu pengumpul zaman es keturunan kelompok Villabruna yang menghuni wilayah Sisilia dan Italia selatan.
"Analisis genom nuklir menunjukkan adanya hubungan kekerabatan yang tinggi di antara kedua orang tua, yang kemungkinan besar adalah sepupu pertama," kata Higgins dan Modi.
Meskipun perkawinan sedarah sebenarnya tidak lazim dilakukan manusia Paleolitikum, namun di sebagian kecil dari mereka praktik itu lazim dilakukan.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti