Peneliti Ungkap Misteri Mengapa Ribuan Tahun Lalu Puluhan Bayi Baru Lahir Langsung Dikubur di Dalam Rumah
Penggunaan teknologi mikorskopik mengungkap misteri temuan kerangka bayi baru lahir yang langsung dikubur di dalam rumah bangsa Iberia.
Sebuah studi terbaru berhasil menjawab teka-teki dari sisa kerangka bayi yang ditemukan di pemakaman dalam rumah milik bangsa Iberia.
Bangsa Iberia sendiri dikenal dengan ritual pemakamannya yang mengkremasi jenazah untuk kemudian jenazahnya dibuang ke dalam guci dan dikubur di pekuburan. Mereka mendiami wilayah pesisir timur dan selatan Semenanjung Iberia selama periode Zaman Besi abad ke-8 hingga ke-1 SM.
-
Mengapa arkeolog menemukan kerangka bayi di dekat perapian? 'Sebenarnya kami sudah menduga-duga adanya kuburan ini karena kami menemukan sisa-sisa perapian di sisi timur. Itu sudah menjadi aturan dalam arkeologi. Dari Zaman Batu hingga akhir zaman, jika menemukan perapian dugaan akan adanya kuburan bayi atau anak di dalam atau di luar rumah semakin meningkat. Saat kami sudah menduga-duga, kami menemukan kuburan itu,' Katanya.
-
Kenapa banyak bayi dan remaja dikuburkan di situs ini? Sekitar 30-40 persen orang yang dimakamnkan di situs ini meninggal ketika masih bayi dan remaja.
-
Di mana kerangka bayi itu ditemukan? Penggalian berakhir tahun ini Tekin, mengatakan dua kerangka itu adalah milik seorang bayi dan seorang anak yang berusia sekitar 6-7 tahun yang ditemukan 2 pekan lalu di area yang sama selama proses penggalian berlangsung.
-
Siapa yang mengubur bayi-bayi di bawah batu naga? Sebuah penemuan arkeologi mengungkap batu setinggi 3,5 meter yang berasal dari abad ke-16 SM, digunakan oleh masyarakat prasejarah yang disebut Armenia untuk mengubur dua bayi baru lahir dan seorang wanita dewasa di bawahnya.
-
Apa yang ditemukan bersama kerangka bayi? Selama penggalian pada 2024, telah ditemukan kerangka anak di lapisan yang diperkirakan berusia 7.600 tahun dan cincin perak yang diduga digunakan untuk bayi.
-
Siapa yang menemukan kerangka bayi? Selama penggalian pada 2024, telah ditemukan kerangka anak di lapisan yang diperkirakan berusia 7.600 tahun dan cincin perak yang diduga digunakan untuk bayi.
Dilansir Phys.org, temuan berupa pemakaman bayi utuh yang langsung dikubur di area perumahan atau keperluan produksi memberi tanda tanya besar bagi para arkeolog mengingat mereka menemukan 45 pemakaman bayi di lima situs yang berbeda.
Kebanyakan bayi yang dikubur lahir prematur
Dilansir dari laman phys.orng, para peneliti menggunakan mikroskop optik dan mikro fluoresensi dengan cahaya sinkrotron untuk menganalisis temuan gigi dan 45 sisa kerangka bayi dan mencapai kesimpulan bahwa bayi-bayi yang dikuburkan di dalam rumah meninggal secara alami, seperti komplikasi saat persalinan atau kelahiran prematur, dan bukan karena praktik ritual.
Paling lama 67 hari
Para peneliti juga menggunakan metodologi historis untuk menghitung usia bayi dengan melihat pertumbuhan gigi pada bayi, mereka menggabungkan teknik ini dengan cahaya sinkrotron untuk menghasilkan sinar X dan memunculkan gambar gigi untuk dianalisis lebih lanjut.
"Data ini memperkuat hipotesis bahwa mayoritas kematian perinatal disebabkan oleh faktor alamiah, seperti komplikasi kelahiran atau masalah kesehatan yang terkait dengan kelahiran prematur, bukan oleh praktik budaya seperti pembunuhan bayi atau pengorbanan ritual, sebagaimana yang dikemukakan beberapa hipotesis," kata Xavier Jordana, salah satu peneliti
Hampir setengah dari bayi yang ditemukan meninggal selama masa perinatal, khususnya antara minggu ke-27 kehamilan dan pekan pertama kelahiran. Sebagian besar kematian perinatal tidak bertahan hidup hingga saat kelahiran, dan banyak dari bayi ini meninggal karena kelahiran prematur.
Para peneliti juga mengamati bahwa dari sekitar 20 bayi yang bertahan hidup setelah pekan pertama kelahiran, bayi yang paling lama hidup selama 67 hari.
"Di lokasi yang diteliti, tidak ditemukan penguburan bayi yang berusia lebih dari dua bulan. Hal ini membuat kami berpikir bahwa hal ini mungkin disebabkan oleh praktik budaya mengubur bayi yang meninggal pada tahap awal di rumah," kata Assumpció Malgosa, peneliti di UAB.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti