Arkeolog Temukan Kerangka Dua Bayi dan Wanita, Terkubur di Bawah Batu Naga Sejak Abad ke-16 SM
Dua bayi yang dikubur ini diduga merupakan saudara tiri.
Dua bayi yang dikubur ini diduga merupakan saudara tiri.
-
Siapa yang menemukan kerangka bayi Zaman Es? Kerangka bayi ini ditemukan di Italia selatan pada 1998 silam dan dikenal dengna nama 'bayi Grotta delle Mura'.
-
Mengapa arkeolog menemukan kerangka bayi di dekat perapian? 'Sebenarnya kami sudah menduga-duga adanya kuburan ini karena kami menemukan sisa-sisa perapian di sisi timur. Itu sudah menjadi aturan dalam arkeologi. Dari Zaman Batu hingga akhir zaman, jika menemukan perapian dugaan akan adanya kuburan bayi atau anak di dalam atau di luar rumah semakin meningkat. Saat kami sudah menduga-duga, kami menemukan kuburan itu,' Katanya.
-
Siapa yang menemukan kerangka bayi? Selama penggalian pada 2024, telah ditemukan kerangka anak di lapisan yang diperkirakan berusia 7.600 tahun dan cincin perak yang diduga digunakan untuk bayi.
-
Siapa yang menemukan fosil bayi manusia purba? Di antara kerangka manusia Neanderthal yang ditemukan di sebuah gua di Prancis, peneliti menemukan fosil atau tulang panggul bayi manusia modern.
-
Di mana kerangka bayi itu ditemukan? Penggalian berakhir tahun ini Tekin, mengatakan dua kerangka itu adalah milik seorang bayi dan seorang anak yang berusia sekitar 6-7 tahun yang ditemukan 2 pekan lalu di area yang sama selama proses penggalian berlangsung.
-
Siapa yang menemukan fosil bayi? Kerangka tersebut pertama kali ditemukan pada 1998 oleh seorang arkeolog dari Universitas Siena bernama Mauro Calattini saat sedang menggali di gua Grotta delle Mura di Monopoli, Italia.
Arkeolog Temukan Kerangka Dua Bayi dan Wanita, Terkubur di Bawah Batu Naga Sejak Abad ke-16 SM
Sebuah penemuan arkeologi mengungkap batu setinggi 3,5 meter yang berasal dari abad ke-16 SM, digunakan oleh masyarakat prasejarah yang disebut Armenia untuk mengubur dua bayi baru lahir dan seorang wanita dewasa di bawahnya. Batu ini ditemukan pada tahun 1980 di sebuah pemakaman kuno bernama Hamaliri taratsk, dekat desa Lchashen, di dataran tinggi dekat Danau Sevan, Armenia.
Batu itu disebut sebagai “batu naga” atau stelae, yang merupakan lempengan atau kolom batu tegak dengan ukiran binatang.
Batu ini biasanya ditemukan di pegunungan Armenia, wilayah di Selatan Georgia dan Turki Timur.
Batu-batu tersebut diberi nama berdasarkan cerita rakyat setempat mengenai naga yang berwujud banteng, ikan dan ular di pegunungan yang dipercaya sebagai penjaga air dan petir.
Hingga saat ini, para arkeolog telah menemukan 150 batu naga di wilayah Armenia, beberapa di antaranya ditemukan dalam kondisi roboh dan tersembunyi di daerah terpencil yang banyak air, seperti padang rumput pegunungan.
Para arkeolog mengidentifikasi tiga jenis batu naga yang tersebar, jenis batu tersebut dibedakan menurut klasifikasi ukiran, ada yang memiliki ukiran berbentuk ikan (piscis), batu dengan ukiran sisa hewan ternak, seperti kambing, domba dan sapi dan sebagainya (vellus), dan campuran antara keduanya (hibrida).
Batu naga dengan dua bayi terkubur di bawahnya termasuk dalam golongan vellus. Ini menunjukkan kulit seekor sapi yang terjatuh di atas batu. “Kulitnya”, seperti yang dijelaskan para peneliti dalam makalah mereka, “turun dari atas batu ke belakang, berakhir di ekor dengan ikatan multi-spiral.”
“Telinga sapi dan tanduk dengan lengkungan yang turun di kedua sisi kepala dapat dibedakan dengan jelas. Cairan yang mengalir dari mulut sapi mungkin melambangkan air, darah, atau sinekdoke keduanya.”
Setelah beberapa pemeriksaan awal terhadap penemuan batu naga, para arkeolog membawa batu tersebut dan bahan lain yang digali dari situs pemakaman, ke Cagar Museum Sejarah-Arkeologi Metsamor.
Ruang bawah tanah terkubur sekitar 2,5 meter di bawah permukaan dan memiliki isian kerikil. Di dalamnya terdapat pecahan tembikar dan artefak lainnya, tulang belulang hewan, dan sisa-sisa kerangka manusia (diyakini sebagai kerangka wanita dewasa).
Sayangnya, sisa kerangka wanita itu kini hilang. Tulang-tulang itu dilaporkan dikirim ke Rusia pada tahun 1980-an untuk analisis lebih lanjut dan belum ditemukan sejak saat itu. Namun, tulang-tulang dari kedua bayi yang disebut sebagai Naga1 dan Naga2 tersebut, masih ada. Mereka bahkan tidak dirinci dalam publikasi asli mengenai kuburan ini.
Analisis antropologis memastikan bahwa kerangka bayi naga1 dan naga2 adalah milik anak-anak berusia antara 0 dan 2 bulan. Penanggalan radiokarbon mengonfirmasi bahwa keduanya meninggal antara tahun 1616-1503 SM.
Studi yang dipublikasikan Journal of Archaeological Science: Reports, ini menunjukkan bahwa para peneliti belum bisa memberikan konfirmasi apakah kedua bayi ini meninggal dan dikuburkan pada waktu yang bersamaan, ada kemungkinan bahwa mereka lahir pada waktu yang berbeda dan ditempatkan dalam liang lahat yang sama. Namun, para peneliti yakin, hal ini tidak mungkin terjadi, karena dari sudut pandang arkeologi terhadap budaya dan sejarah geografis wilayah tersebut.
Pasalnya, dari sudut pandang arkeologi, situs pemakaman tersebut tampaknya bukan makam multigenerasi. Seperti yang mereka jelaskan, “makam multigenerasi tidak terdapat di antara lebih dari 400 makam yang digali pada Zaman Perunggu Akhir Lchashen, juga tidak ditemukan di pekuburan kontemporer lainnya di Armenia.”
Hasil analisis mitokondria dan informasi lainnya yang dilakukan oleh para peneliti menunjukkan bahwa kedua bayi tersebut merupakan saudara tiri, namun hubungan pasti antara orang tua dari kedua bayi tersebut tidak dapat ditentukan hanya dari data DNA saja.
Maka dari itu, penemuan ini masih memiliki misteri penting, seperti yang dijelaskan oleh para peneliti: “Peristiwa yang digambarkan dalam penguburan ini merupakan hal yang luar biasa, baik dari sudut pandang genetika maupun dari sudut pandang arkeologi. Di Armenia Akhir Zaman Perunggu pada umumnya dan di Lchashen pada khususnya, penguburan anak-anak jarang terjadi dan penguburan dua bayi baru lahir yang dipadukan dengan prasasti monumental adalah hal yang unik.”