Ukuran Awan di Bumi Makin Menyusut, Ini Dampaknya Bagi Manusia
Kondisi ini dapat memperburuk dampak pemanasan global yang disebabkan oleh perubahan iklim.
Fenomena pengurangan jumlah awan akibat pemanasan global kini menjadi perhatian utama. Para ahli menyatakan bahwa jumlah awan mengalami penurunan sebesar 1,5 persen setiap dekade. Hal ini berpotensi memperburuk dampak pemanasan global yang diakibatkan oleh perubahan iklim.
Penyusutan awan ini terungkap melalui penelitian yang memanfaatkan data dari satelit NASA. Meskipun sering kali diabaikan, fenomena ini memiliki dampak signifikan terhadap ekosistem, manusia, dan kehidupan di Bumi secara keseluruhan.
-
Apa dampak penyusutan bulan terhadap Bumi? Meskipun penyusutan bulan terjadi secara perlahan, dampaknya terhadap Bumi atau manusia tidak signifikan.
-
Apa dampak hilangnya lapisan ozon terhadap suhu bumi? Jika ozon menghilang, planet kita akan menjadi 3,5 Kelvin lebih dingin.
-
Apa dampak perubahan iklim bagi bumi? Hasil simulasi tersebut menyimpulkan bahwa dalam waktu 250 juta tahun, atmosfer bumi akan terkandung penuh oleh gas CO2. Kondisi ini ditambah dengan panas yang tak tertahankan dari sinar matahari yang akan membuat bumi tidak lagi menjadi tempat layak untuk mendukung kehidupan, termasuk bagi umat manusia.
-
Bagaimana Bumi kehabisan oksigen? 'Kami menemukan deoksigenasi di masa depan adalah konsekuensi yang tak terhindarkan dari peningkatan fluks matahari.'
-
Mengapa jarak Matahari dan Bumi semakin menjauh? Ada dua faktor menjauhnya Bumi dari matahari. Pertama kehilangan massa. Matahari terus menghasilkan energi, sehingga massa matahari akan terus berkurang. Kemudian, pengaruh pasang surut di Bumi, seperti tarikan gravitasi bulan yang mengakibatkan pasang surut di Bumi, begitu pula gravitasi Bumi bisa menarik matahari.
-
Apa dampak perubahan iklim terhadap bumi? Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan, perubahan iklim telah membuat tiga perempat daratan di Bumi atau 77,6 persen menjadi lebih kering secara permanen dalam 30 tahun terakhir.
Menurut informasi yang dikutip dari laman Live Science pada Selasa (31/12), awan merupakan elemen penting dalam sistem iklim Bumi. Awan berperan dalam menyeimbangkan energi dengan memantulkan sebagian besar radiasi matahari kembali ke luar angkasa, serta menjebak panas di atmosfer.
Karakteristik awan, seperti komposisi, ketinggian, dan ketebalan, memengaruhi sejauh mana mereka dapat mempengaruhi suhu global.
Misalnya, awan rendah lebih efektif dalam memantulkan sinar matahari, sementara awan tinggi cenderung menyerap lebih banyak panas. Namun, perubahan pola atmosfer dan meningkatnya suhu global dapat mengubah sifat awan, baik dari segi distribusi maupun jumlahnya.
Fenomena ini dikenal dengan istilah "awan menyusut," yang merujuk pada berkurangnya jumlah awan rendah di beberapa area tertentu.
George Tselioudis dan rekan-rekannya dari Goddard Institute for Space Studies NASA, menganalisis data satelit yang mencakup dua periode: dari tahun 1984 hingga 2018 dan dari tahun 2000 hingga 2018.
Salah satu perubahan penting yang mereka temukan terjadi di zona konvergensi intertropis (ITCZ), yaitu wilayah bertekanan rendah di dekat khatulistiwa yang menjadi tempat bertemunya angin pasat timur laut dan tenggara. Di area ini, biasanya terbentuk awan tebal saat udara hangat naik dan digantikan oleh udara yang lebih dingin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa zona tersebut telah menyempit, yang mengakibatkan penurunan tutupan awan. Di sisi lain, zona kering subtropis telah mengalami perluasan. Perubahan ini secara keseluruhan menyebabkan penurunan tingkat cakupan awan di seluruh dunia.
Variasi jumlah penyusutan awan tergantung pada kumpulan data dan periode yang digunakan, namun tampaknya terjadi pada tingkat antara 0,72 persen hingga 0,17 persen per dekade. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Tselioudis dan timnya menggunakan data dari satelit Terra milik NASA selama 22 tahun terakhir.
Penelitian ini tampaknya mengonfirmasi hasil-hasil sebelumnya yang menunjukkan bahwa cakupan awan menurun sekitar 1,5 persen setiap dekade. Temuan ini mengindikasikan bahwa penurunan tutupan awan berkontribusi pada tingginya tingkat pemanasan global.
Penyebab Penyusutan Awan
Pengurangan awan sangat terkait dengan aktivitas manusia yang menghasilkan emisi gas rumah kaca, seperti karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4). Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca ini menyebabkan lebih banyak panas terperangkap di atmosfer, yang selanjutnya memengaruhi siklus air dan dinamika atmosfer.
Beberapa mekanisme utama yang menyebabkan penurunan jumlah awan dapat dijelaskan sebagai berikut. Pemanasan global yang terjadi meningkatkan suhu di lapisan atmosfer, terutama di troposfer. Akibatnya, terjadi peningkatan penguapan, tetapi hal ini juga mengurangi kemampuan udara untuk membentuk awan rendah yang padat. Selain itu, melemahnya angin pasat juga dapat mengurangi pembentukan awan stratokumulus di daerah tropis.
Awan stratokumulus ini memiliki peran penting dalam memantulkan sinar matahari. Selain itu, polusi udara yang mengandung aerosol dapat memengaruhi sifat mikro fisik awan. Beberapa jenis aerosol dapat membantu dalam proses pembentukan awan, tetapi polusi yang berlebihan justru dapat mengganggu proses tersebut.
Dampak Penurunan Jumlah Awan
Ketika jumlah awan berkurang, kemampuan bumi untuk memantulkan sinar matahari juga menurun, sehingga lebih banyak energi matahari diserap oleh permukaan bumi. Hal ini menciptakan efek umpan balik positif, di mana pemanasan yang sudah terjadi akan semakin memperburuk kondisi iklim. Penurunan jumlah awan rendah di wilayah tropis dapat berkontribusi secara signifikan terhadap kenaikan suhu global.
Penelitian menunjukkan bahwa setiap pengurangan kecil dalam cakupan awan dapat memberikan dampak besar terhadap pemanasan bumi.
Selain itu, kurangnya awan juga dapat memengaruhi distribusi curah hujan, yang dapat menyebabkan kekeringan di beberapa daerah dan banjir di daerah lainnya. Perubahan pola awan juga berdampak pada fotosintesis tanaman, siklus air, dan habitat hewan, yang semuanya berkontribusi pada kerusakan ekosistem global.