Belum Ada Manusia yang ke Mars, tapi Sampahnya sudah Menggunung
Temuan sampah manusia di Mars terletak tidak jauh dari tempat pendaratan robot penjelajah yang dikirim oleh tim.
Walaupun belum ada manusia yang berhasil menginjakkan kaki di Planet Mars, jejak-jejak dari peradaban Bumi telah mencemari planet merah ini. Sampah yang ditinggalkan oleh manusia di permukaan Mars telah berhasil diabadikan oleh kamera Perseverance Mars Rover dari NASA.
Untuk diketahui, Perseverance adalah wahana penjelajah Mars yang dirancang oleh Jet Propulsion Laboratory untuk misi Mars 2020. Misi utama dari penjelajahan Perseverance adalah mencari tanda-tanda kehidupan mikroba purba di area sekitar Kawah Jezero, yang merupakan delta sungai purba di planet tersebut.
-
Apa saja sampah di Mars? Sampah yang memenuhi planet mars terdiri dari benda buatan manusia yang dikirim ke planet tersebut selama lima dekade terakhir.
-
Dimana sampah di Mars? Dalam laman Earth, Rabu, (6/9), menurut Cagri Kilic, peneliti pasca doktoral Robotika, West Virginia University, jenis sampah yang menumpuk pada planet Mars berisikan puing-puing keras, pesawat ruang angkasa yang tidak aktif, dan pesawat ruang angkasa yang jatuh.
-
Kapan sampah mulai ada di Mars? Sekalipun manusia belum ada yang tinggal di planet Mars, namun tumpukan sampah sudah ada di sana.
-
Kenapa sampah di Mars makin banyak? Dalam setiap misi pengiriman ke Mars, pesawat ruang angkasa selalu menyiapkan pelindung panas yang menahan atmosfer panas, parasut serta perangkat keras lainnya yang melindungi astronot. Namun, ketika sudah mendarat seluruh barang-barang tersebut dibuang begitu saja oleh pesawat dan tersebar ke lokasi lainnya dalam bentuk pecahan. Hal tersebut kerap dilakukan hingga barang tersebut jatuh ke daratan Mars dan pecah menjadi potongan-potongan kecil yang berserakan.
-
Bagaimana sampah di Mars bisa jadi masalah? Sejumlah sampah yang tersebar di planet Mars ini dikhawatirkan menimbulkan resiko bagi misi Perseverance.
-
Di mana sampah luar angkasa bertebaran? Mengutip Space, Minggu, (17/12), menurut Badan Antariksa Eropa (ESA), pada November lalu terdapat 35.610 keping puing luar angkasa yang berukuran lebih dari 4 inci.
Lokasi penemuan sampah dari peradaban manusia di Mars terletak tidak jauh dari tempat pendaratan robot penjelajah yang dikirim oleh tim. Jarak antara lokasi sampah tersebut dan tempat pendaratan robot penjelajah di Mars adalah sekitar 2 km.
Salah satu sampah yang berasal dari Bumi dan telah sampai ke planet ini adalah dari wahana antariksa Mars 2 yang dimiliki oleh Uni Soviet.
Seperti yang dilansir oleh laman Space pada Kamis (2/1), wahana Mars 2 mengalami kecelakaan di permukaan Mars dan meninggalkan sejumlah sampah antariksa di sana.
Jenis sampah ini meliputi puing-puing pesawat luar angkasa, parasut yang tidak terpakai, hingga jejak roda rover. Bahkan, bakteri dari Bumi secara tidak sengaja juga terbawa ke Mars.
Saat ini, para antropolog yang dipimpin oleh peneliti dari Universitas Kansas, Justin Holcomb, mendesak badan antariksa seperti NASA untuk menyusun katalog objek-objek yang terdapat di Mars.
Holcomb berpendapat bahwa benda-benda tersebut bukanlah sampah biasa, melainkan warisan berharga yang perlu dilestarikan. Umumnya, istilah sampah antariksa merujuk pada puing-puing yang mengorbit Bumi dan dapat membahayakan satelit maupun astronaut. Namun, di Mars, makna sampah antariksa menjadi berbeda.
Puing-puing yang ada di Planet Merah dianggap sebagai bukti arkeologis mengenai keberadaan manusia. Pendekatan ini sebenarnya bukanlah hal yang baru. Pada tahun 2012, NASA telah menerbitkan daftar sekitar 800 objek yang ditinggalkan di Bulan.
Sampah-sampah tersebut meliputi peralatan ilmiah, kamera, sepatu, bola golf, hingga kantong kotoran manusia milik para astronaut dari misi Apollo. Tujuan dari inventarisasi ini tidak hanya untuk mencatat pencemaran yang ditinggalkan, tetapi juga untuk menjaga dan melestarikan artefak bersejarah tersebut.
Namun, situasi yang terjadi di permukaan Mars berbeda. Sampah yang ada di Mars lebih cepat hilang dibandingkan dengan yang ada di Bulan. Lingkungan Mars yang ekstrem, dengan adanya radiasi kosmik, badai debu, dan fluktuasi suhu, dapat merusak atau mengubur artefak dengan cepat.
Sebagai contoh, rover Spirit yang berhenti beroperasi pada tahun 2010 kini terjebak di dekat gundukan pasir yang terus bergerak, berpotensi untuk mengubur sepenuhnya. Badai debu dan angin kencang menjadi ancaman utama bagi pelestarian artefak di Mars.
Pada tahun 2012, Orbiter Mars Reconnaissance berhasil menangkap fenomena "devil dust" dengan ketinggian mencapai 12 mil. Meskipun badai ini kadang-kadang dapat membersihkan panel surya, seringkali justru memperburuk kerusakan yang ada.
Contoh lain adalah wahana InSight milik NASA, yang berhenti beroperasi pada tahun 2022 setelah panel suryanya tertutup debu Mars. Selain itu, bilah patah dari helikopter Ingenuity yang mengalami kerusakan fatal pada Januari 2024 kini hampir tidak terlihat di tengah luasnya lingkungan Mars.