Ilmuwan Temukan Abu Vulkanik di Mars, Ada Kehidupan yang Pernah Terjadi
Penemuan jejak abu vulkanik di Mars semakin menguatkan hipotesis bahwa Planet Merah dulunya memiliki aktivitas geologis.
Penelitian terbaru telah berhasil mengidentifikasi jejak abu vulkanik di permukaan Mars. Penemuan ini dianggap sebagai indikasi adanya aktivitas vulkanik yang eksplosif di masa lalu.
Temuan jejak abu vulkanik di Mars semakin memperkuat teori bahwa Planet Merah pernah mengalami kondisi geologis yang aktif, termasuk letusan gunung berapi yang signifikan. Jejak abu vulkanik ini pertama kali terdeteksi melalui analisis puing-puing bebatuan yang diamati oleh satelit yang mengorbit Mars.
-
Bagaimana asal usul kehidupan di Mars ditemukan? Studi yang dilakukan para ilmuwan dari Universitas Tohoku di Jepang mencoba untuk mengungkap asal usul bahan organik di Mars serta mengkaji kondisi-kondisi yang mungkin ada di sana miliaran tahun lalu.
-
Apa yang ditemukan di Planet Mars? Apakah ada kehidupan di Mars? Sangat mungkin, menurut para ilmuwan. Faktanya, pencarian kehidupan di Planet Merah telah mencapai titik yang menggembirakan. Para ahli mengklaim bahwa kunci adanya kehidupan di Mars mungkin telah ditemukan di bawah permukaan.
-
Apa yang ditemukan di planet Mars? Laporan tersebut mengklaim, 'subjek' percobaan diangkut ke Mars pada tahun yang ditentukan, dan ditemukan 'pemandangan miring piramida' dan 'jalan yang sangat besar' dengan monumen yang mirip dengan yang dikenal di kalangan orang Mesir kuno di Bumi.
-
Siapa yang menemukan potensi kehidupan di cekungan Mars? Studi tersebut diungkapkan oleh tim peneliti asal India yang tengah melakukan pada eksplorasi pencarian sumber air di Mars.
Para peneliti mengungkapkan bahwa batuan tersebut terbentuk dari abu vulkanik yang terlempar ke atmosfer dalam jumlah besar dan menyebar ke area yang sangat luas.
Struktur dan komposisi batuan ini memberikan petunjuk yang kuat bahwa letusan yang terjadi di masa lalu memiliki skala yang sangat besar, mirip dengan jenis letusan eksplosif yang terjadi di Bumi.
Dikutip dari LiveScience pada Rabu (8/1), para ilmuwan melakukan penelitian terhadap batuan gelap yang tersebar di permukaan Mars. Jika batuan ini memang terbentuk dari abu vulkanik, lapisannya berpotensi menutupi material mineral yang ada di bawahnya.
Mineral-mineral tertentu yang terkubur di bawah abu tersebut dapat menjadi indikator adanya tanda-tanda kehidupan mikroba kuno, karena beberapa mineral tersebut berhubungan dengan lingkungan yang mendukung kehidupan.
Untuk memetakan wilayah tersebut, para ilmuwan memanfaatkan citra dari satelit Context Camera yang terpasang di wahana Mars Reconnaissance Orbiter (MRO). Satelit ini telah beroperasi sejak tahun 2006 dan berfokus pada studi tanda-tanda air purba serta fenomena geologis lainnya di Mars.
Penelitian terbaru ini mencakup area seluas 50.000 kilometer persegi di wilayah yang dikenal sebagai Oxia Planum. Kawasan ini menjadi salah satu area target yang paling menjanjikan untuk misi pencarian kehidupan kuno di Mars.
Oxia Planum memiliki sejarah geologis yang kaya dan diperkirakan pernah memiliki lingkungan yang basah dan hangat, kondisi yang ideal untuk kehidupan mikroba.
Struktur lapisan batuan di kawasan tersebut, yang kemungkinan besar tersusun dari abu vulkanik yang mengeras, membuka peluang besar untuk mempelajari perubahan iklim Mars serta evolusi aktivitas vulkaniknya.
Penelitian ini merupakan bagian dari upaya jangka panjang untuk memahami sejarah Mars dan kemungkinan adanya kehidupan di sana.
Salah satu langkah berikutnya dalam misi eksplorasi Mars adalah peluncuran rover ExoMars Rosalind Franklin, yang dijadwalkan akan tiba di Mars pada tahun 2028.
Kedalaman Dua Meter
Rover ini dirancang untuk dapat mengebor hingga kedalaman 2 meter, yang jauh lebih dalam dibandingkan dengan misi-misi sebelumnya.
Kedalaman pengeboran ini sangat penting karena dapat mencapai lapisan yang terlindungi dari radiasi permukaan, sehingga lebih mungkin mengandung bukti adanya kehidupan kuno.
Misi ExoMars awalnya merupakan hasil kolaborasi antara Badan Antariksa Eropa (ESA) dan Badan Antariksa Rusia (Roscosmos).
Namun, pada tahun 2024, NASA sempat bergabung dalam proyek ini, tetapi sayangnya mereka memutuskan untuk mundur karena masalah anggaran. Meskipun demikian, NASA tetap memberikan kontribusi ilmiah melalui analisis data dan kerja sama teknologi.
Rover Rosalind Franklin dilengkapi dengan berbagai instrumen canggih yang dirancang untuk menganalisis komposisi kimia dan mineralogi batuan di Mars. Salah satu tujuan utama dari misi ini adalah untuk menemukan molekul organik dan senyawa kimia lainnya yang bisa menjadi indikator adanya kehidupan.
Jika penemuan tersebut berhasil, hal itu akan menjadi bukti yang sangat penting bahwa Mars pernah memiliki lingkungan yang mendukung kehidupan.
Dr. Sarah Harris, seorang peneliti senior dalam tim ExoMars, menyatakan bahwa meskipun tanda-tanda kehidupan yang ditemukan mungkin berasal dari masa lalu yang sangat jauh, penemuan ini akan mengubah pemahaman kita tentang asal-usul kehidupan di tata surya.
Penelitian terhadap abu vulkanik dan eksplorasi Mars secara keseluruhan menunjukkan dedikasi komunitas ilmiah internasional dalam mencari jawaban atas pertanyaan besar mengenai kehidupan di luar Bumi.
Dengan kemajuan teknologi yang terus berlanjut dan misi yang semakin canggih, masa depan eksplorasi planet ini menjanjikan banyak kejutan dan penemuan yang luar biasa.