Berapa Banyak Meteor Jatuh ke Bumi setiap Tahun? Segini Jumlahnya
Ukurannya bervariasi, di mana beberapa meteorit dapat mencapai lebar 1 meter, sedangkan yang lainnya hanya berukuran mikrometer
Fenomena yang dikenal sebagai bintang jatuh atau hujan meteor merupakan peristiwa yang terjadi ketika batu luar angkasa kecil, yang disebut meteorit, memasuki atmosfer Bumi.
Saat meteorit ini memasuki atmosfer, sebagian besar dari mereka akan terbakar akibat gesekan dengan udara, sehingga tampak menyala terang di langit malam.
-
Bagaimana dampak meteor ke bumi? Dampak dari tumbukan tersebut setara dengan kekuatan kejut yang dihasilkan oleh 10 miliar bom Hiroshima. Guncangan ini menjadi pemicu terbentuknya kawah Chicxulub di bawah Semenanjung Yucatán, Meksiko.
-
Kapan batu meteor jatuh ke Bumi? Batu meteor ini jatuh ke Bumi sekitar 1 juta tahun lalu.
-
Dari mana asal meteorit yang jatuh ke Bumi? Sebuah tim peneliti internasional yang dipimpin oleh French National Centre for Scientific Research (CNRS), European Southern Observatory (ESO), dan Charles University telah melakukan studi mendalam tentang kelas meteorit ini. Mereka menemukan bahwa 70 persen meteorit yang jatuh ke bumi berasal dari tiga kelompok asteroid, yaitu Karin, Koronis, dan Massalia.
-
Kenapa meteorit banyak ditemukan di Bumi sekarang? Hal ini menjelaskan bahwa sebagian besar meteorit yang menghantam Bumi saat ini berasal dari kelompok asteroid yang lebih sedikit dari yang diduga dan dari peristiwa tabrakan yang relatif baru.
-
Apa itu meteorit? Setiap hari, sekitar 44 ribu kilogram material meteor menghantam bumi. Kebanyakan dari batu luar angkasa ini terbakar di atmosfer tanpa menimbulkan bahaya, tetapi beberapa di antaranya berhasil mencapai permukaan bumi.
-
Kapan asteroid jatuh ke Bumi? Asteroid merupakan batuan luar angkasa yang seringkali jatuh dan menabrak ke Bumi.
Meteor adalah asteroid kecil dan merupakan anggota terkecil dari tata surya, dengan ukuran yang bervariasi. Ada meteorit yang dapat memiliki lebar hingga 1 meter, sementara yang lainnya hanya seukuran mikrometer atau bahkan butiran debu.
Meteorit pada dasarnya adalah pecahan dari asteroid atau komet yang terlepas akibat tabrakan atau fragmentasi benda-benda langit tersebut. Selain itu, terdapat juga meteorit yang berasal dari puing-puing yang terlempar akibat aktivitas di permukaan planet atau satelit alami seperti bulan.
Tercatat bahwa sekitar 300 jenis meteorit diketahui berasal dari planet Mars, yang menunjukkan adanya hubungan unik antara planet-planet dalam tata surya. Ketika meteorit memasuki atmosfer Bumi, gesekan yang terjadi menyebabkan peningkatan suhu yang sangat tinggi, sehingga meteorit terbakar.
Proses ini menciptakan garis-garis cahaya yang bergerak cepat melintasi langit, memberikan pemandangan yang menakjubkan bagi siapa saja yang menyaksikannya.
Menurut laman Live Science pada Kamis (26/12), seorang astronom bernama Gonzalo Tancredi dari University of the Republic di Montevideo, Uruguay, telah menganalisis data terkait meteorit yang jatuh ke Bumi untuk memperkirakan frekuensi fenomena ini.
Dalam penelitian yang menggunakan data dari Meteoritical Society selama periode 2007 hingga 2018, Gonzalo menemukan 95 laporan meteorit yang berhasil diidentifikasi. Ini menunjukkan rata-rata sekitar 7,9 laporan meteorit jatuh per tahun. Namun, banyak meteorit yang jatuh ke lautan dan tenggelam tanpa terdeteksi, sehingga tidak tercatat dalam statistik.
Untuk memperkirakan jumlah meteorit yang sebenarnya jatuh ke Bumi, Gonzalo mengembangkan metode yang mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk luas daratan yang dihuni manusia. Berdasarkan data populasi global, sekitar 55 persen populasi dunia tinggal di daerah perkotaan, sementara hanya 0,44 persen dari lahan global adalah wilayah perkotaan yang tidak berpenghuni.
Dengan membandingkan jumlah meteorit yang dilaporkan di daerah perkotaan dengan distribusi wilayah permukaan bumi, Gonzalo memperkirakan bahwa sekitar 6.100 meteorit jatuh ke Bumi setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, sekitar 1.800 meteorit jatuh di daratan, sedangkan sisanya jatuh di lautan atau wilayah yang tidak terjangkau oleh manusia.
Gonzalo juga memberikan pandangan mengenai risiko batuan luar angkasa besar yang berpotensi menabrak Bumi di masa depan. Meteorit besar dapat memiliki dampak yang jauh lebih signifikan dibandingkan meteorit kecil.
Jika meteorit besar ini mencapai permukaan Bumi, dampaknya bisa berupa ledakan besar, kerusakan struktural, atau bahkan perubahan iklim sementara akibat debu dan partikel yang terlempar ke atmosfer.
Oleh karena itu, para ilmuwan terus memantau dan mempelajari objek-objek langit ini untuk mengantisipasi kemungkinan tabrakan dengan Bumi.