Bumi Bakal Kering Permanen karena Pemanasan Global, Kehidupan Segera Berakhir?
Saat ini, lebih dari 30 persen populasi dunia, atau sekitar 2,3 miliar orang, tinggal di wilayah kering.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengeluarkan laporan yang menunjukkan bahwa perubahan iklim diprediksi akan menyebabkan lebih dari setengah daratan di Bumi mengalami kekeringan permanen dalam beberapa dekade mendatang.
Laporan ini dipublikasikan oleh UN Convention to Combat Desertification (UNCCD). Menurut informasi yang dilansir dari Live Science pada Selasa (17/12/2024), penelitian berjudul The Global Threat of Drying Lands: Regional and global aridity trends and future projections mengungkapkan bahwa selama 30 tahun terakhir, 77,6 persen daratan di Bumi telah mengalami kondisi yang lebih kering dibandingkan tiga dekade sebelumnya.
Selama periode tersebut, luas tanah yang mengalami pengeringan bertambah menjadi 4,3 juta kilometer persegi, yang setara dengan sekitar 40 persen dari total daratan di Bumi.
Saat ini, lebih dari 30 persen populasi dunia atau sekitar 2,3 miliar orang tinggal di wilayah yang kering tersebut. Jika tren ini terus berlanjut, PBB memperkirakan bahwa pada akhir abad ini, lima miliar orang akan tinggal atau berusaha bertahan hidup di dataran kering.
Di tengah kondisi ini, jutaan orang berupaya untuk pindah dari daerah yang semakin gersang menuju wilayah yang lebih lembap. Pengeringan daratan disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perubahan iklim yang menyebabkan kenaikan suhu global.
Akibatnya, air lebih mudah menguap dari permukaan dan diserap oleh atmosfer, yang pada gilirannya mendorong daratan semakin kering. Hal ini mengubah secara permanen hutan yang sebelumnya hijau menjadi padang rumput dan wilayah lembap menjadi gersang, dengan dampak serius bagi pertanian, ekosistem, dan manusia.
Wilayah yang paling terpengaruh mencakup hampir seluruh Eropa, bagian barat Amerika Serikat, Brasil, Asia Timur, dan Afrika Tengah. Perpindahan besar-besaran ini tidak hanya menambah beban di wilayah tujuan, tetapi juga menciptakan tantangan global terkait ketersediaan sumber daya, keamanan pangan, serta stabilitas ekonomi dan sosial.
Dalam laporan ini, PBB menegaskan bahwa krisis kekeringan global bukan lagi sekadar ancaman di masa depan, melainkan sebuah kenyataan yang sudah mulai terjadi. Perubahan iklim telah menciptakan siklus berbahaya yang mempercepat pengeringan lahan dan mengancam keberlanjutan kehidupan di Bumi.
Tanpa adanya upaya serius dan kolaborasi global untuk mengatasi perubahan iklim, dampak yang ditimbulkan akan semakin sulit untuk dikendalikan.
Pemanasan Global Semakin Parah
PBB telah memberikan peringatan bahwa dunia sedang menghadapi ancaman serius akibat pemanasan global. Dalam laporan terbaru dari UN Environment Programme (UNEP) tahun 2024, PBB memperkirakan bahwa suhu rata-rata global dapat meningkat antara 2,6 hingga 3,1 derajat Celsius pada akhir abad ini.
Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa konsentrasi gas rumah kaca di seluruh dunia mengalami kenaikan sebesar 1,3 persen pada tahun 2023 jika dibandingkan dengan tahun 2022. Kenaikan ini terjadi lebih cepat daripada rata-rata yang tercatat selama dekade terakhir.
Pemanasan global berpotensi memicu berbagai bencana alam, termasuk badai yang sangat kuat, banjir besar, dan suhu ekstrem yang mencapai rekor tertinggi. Suhu yang meningkat ini dapat mengubah hutan menjadi lebih rentan terhadap kebakaran dan membuat kota-kota terasa seperti sauna.
UNEP menekankan pentingnya negara-negara untuk secara bersama-sama berkomitmen mengurangi 42 persen emisi gas rumah kaca tahunan pada tahun 2030 dan 57 persen pada tahun 2035 dalam kerangka NDC (national determined contribution) yang akan datang. (Tifani)