Sosok Dukun dan Bayi yang Ditemukan dalam Makam Berusia 9.000 Tahun Akhirnya Terungkap, Ternyata Ada Hubungan Darah
Makam ini ditemukan pertama kali pada 1934. Namun saat itu sosok dukun dan bayi ini belum teridentifikasi.
Sosok Dukun dan Bayi yang Ditemukan dalam Makam Berusia 9.000 Tahun Akhirnya Terungkap, Ternyata Ada Hubungan Darah
Pada 1934, pekerja di Jerman menemukan kuburan seorang perempuan yang ditempatkan dalam posisi duduk dengan bayi di antara kakinya. Karena banyaknya barang kuburan di sekitar pasangan ini, para arkeolog menyimpulkan bahwa dia mungkin seorang dukun yang meninggal sekitar 9.000 tahun yang lalu, pada periode Mesolitikum. Namun, identitas asli dan hubungannya dengan anak tersebut tetap menjadi misteri.
Sumber: Live Science
-
Mengapa arkeolog menemukan kerangka bayi di dekat perapian? 'Sebenarnya kami sudah menduga-duga adanya kuburan ini karena kami menemukan sisa-sisa perapian di sisi timur. Itu sudah menjadi aturan dalam arkeologi. Dari Zaman Batu hingga akhir zaman, jika menemukan perapian dugaan akan adanya kuburan bayi atau anak di dalam atau di luar rumah semakin meningkat. Saat kami sudah menduga-duga, kami menemukan kuburan itu,' Katanya.
-
Siapa yang menemukan fosil bayi manusia purba? Di antara kerangka manusia Neanderthal yang ditemukan di sebuah gua di Prancis, peneliti menemukan fosil atau tulang panggul bayi manusia modern.
-
Siapa yang menemukan kerangka bayi? Selama penggalian pada 2024, telah ditemukan kerangka anak di lapisan yang diperkirakan berusia 7.600 tahun dan cincin perak yang diduga digunakan untuk bayi.
-
Siapa yang menemukan makam dukun itu? Tim arkeolog dari Peru dan Jepang menggali makam seorang dukun yang diyakini hidup sekitar 3.000 tahun lalu.
-
Siapa yang menemukan kerangka bayi Zaman Es? Kerangka bayi ini ditemukan di Italia selatan pada 1998 silam dan dikenal dengna nama 'bayi Grotta delle Mura'.
-
Di mana makam bayi perempuan itu ditemukan? Penemuan ini terjadi di wilayah Liguria, Italia, dan telah diungkapkan dalam sebuah artikel ilmiah yang diterbitkan di jurnal Scientific Reports.
Kini, penelitian genetik terbaru mengungkap bahwa dukun yang dikubur di Bad Dürrenberg, sebuah kota di Jerman timur itu ternyata bukan ibu dari bayi tersebut, melainkan kerabat turunan keempat atau kelima dari anak laki-laki yang kemungkinan dimakamkan beberapa dekade sebelumnya.
"Kami mengurutkan genom lengkap wanita ini yang hidup sekitar 9.000 tahun yang lalu. Wanita Mesolitikum dari Bad Dürrenberg membawa profil genetik khas pemburu-pengumpul Eropa Barat, populasi yang menempati sebagian besar Eropa tengah dan barat pada akhir Paleolitik Atas dan awal Holosen, kira-kira setelah sekitar 14000 SM," jelas Wolfgang Haak, pemimpin kelompok Departemen Arkeogenetika di Institut Max Planck untuk Antropologi Evolusioner di Jerman.
Analisis ini mengungkapkan perempuan tersebut berusia 30 hingga 40 tahun saat kematiannya. Tubuhnya ramping dan tingginya 155 sentimeter, dengan warna rambut dan kulit yang lebih gelap dibandingkan dengan orang Eropa modern.
“Kemungkinan besar matanya lebih terang dan kebiruan. Ciri-ciri ini umum terjadi pada pemburu-pengumpul di Eropa Barat,” ujar Haak.
Foto: LDA Sachsen-Anhalt, Juraj Lipták
Penemuan menunjukkan bahwa perempuan itu kehilangan otot di bagian bawah tubuhnya dan "pembuluh darah yang berkembang secara abnormal" di tengkoraknya.
“Tulang itu menunjukkan sedikit atau tidak ada perlekatan otot yang nyata, tidak seperti sisa-sisa manusia lain dari zaman Mesolitikum" kata salah satu penulis artikel, Jörg Orschiedt, seorang profesor arkeologi di Free University Berlin.
"Namun, dia jauh dari cacat atau terbatas secara fisik.”
Peneliti juga melihat "anomali anatomi yang sangat langka" di dasar tengkoraknya yang dapat menyebabkan penyempitan arteri vertebralis ketika kepala berada dalam posisi tertentu, kata Orschiedt.
"Meski ini tidak menyebabkan ketidaksadaran, ini dapat menyebabkan fenomena neurologis ringan. Konsekuensi yang mungkin adalah mata berkedip tanpa disengaja: nistagmus. Ini mungkin terlihat mengganggu atau aneh bagi orang yang melihatnya dan mungkin memengaruhi statusnya sebagai dukun.”
Sementara analisis genetik terhadap bayi tersebut menyimpulkan bahwa mereka terkait dan terpisah beberapa generasi. "Ini berarti bahwa mereka bukan ibu dan anak seperti yang diasumsikan dari konteks pemakaman," kata Haak. "Mungkin dia adalah buyut dari nenek buyutnya dalam garis keturunan, dan anak laki-laki itu dimakamkan beberapa dekade kemudian ke makam leluhurnya."
“Mungkin juga keduanya tumpang tindih dalam hidup mereka, yang berarti dia bisa menjadi kerabat jauh dari pihak ibu, dan keduanya memiliki nenek moyang yang sama dua hingga tiga generasi lalu,” sambungnya.
Ketika makam pertama kali ditemukan, pekerja juga menggali ratusan barang kuburan, termasuk bilah batu api, cangkang kerang, tulang rusa, dan taring babi hutan, menurut Archaeology, sebuah publikasi dari Institut Arkeologi Amerika.
"Meski penemuan ini terjadi pada tahun 1930-an, penelitian baru memberikan banyak detail baru pada konteks temuan, dengan kaitan yang jelas ke zaman Mesolitikum, dan memberikan gambaran yang lebih rinci tentang kelompok pemburu-pengumpul Eropa terakhir," kata Haak.