Data Genetik Manusia Tertua Ditemukan dari Fosil Berusia 2 Juta Tahun, Begini Isinya
Ini adalah informasi genetik tertua yang pernah ditemukan dari hominid mana pun.
Sejauh ini, ini adalah informasi genetik tertua yang pernah ditemukan dari hominid mana pun.
Data Genetik Manusia Tertua Ditemukan dari Fosil Berusia 2 Juta Tahun, Begini Isinya
Data Genetik Manusia Tertua Ditemukan dari Fosil Berusia 2 Juta Tahun, Begini Isinya
Para peneliti mengekstraksi data genetik dari fosil gigi milik spesies manusia purba yang hidup lebih dari 2 juta tahun lalu di Afrika Selatan.
-
Dimana fosil Homo sapiens tertua ditemukan? Sebelum ini, fosil Homo sapiens tertua disebut berasal dari 195.000 tahun lalu yang ditemukan di situs Omo Kibish, Etihopia dan berasal dari 160.000 tahun lalu yang ditemukan di Herto, Ethiopia.
-
Siapa yang menemukan Fosil Manusia Purba? Para peneliti berhasil mengekstrak 13 genom dari gua batu Oakhurst, Afrika Selatan.
-
Dimana fosil nenek moyang manusia ditemukan? Dua fosil Laos--berupa tulang kaki dan bagian dari tulang tengkorak kepada--ditemukan di Gua Tam Pa Ling. Situs arkeologi itu ditemukan pada 2009 ketika bagian lain dari tengkorak kepala itu ditemukan.
-
Dimana Fosil Manusia Purba ditemukan? Situs arkeologi batu Oakhurst berada di dekat kota George di pantai selatan Afrika Selatan. Tempat ini terletak di tebing batu pasir di Lembah yang subur dengan pohon-pohon yellowwood.
-
Kapan fosil manusia purba ditemukan? Dilansir Ancient Origins, arkeolog pertama kali menemukan fosil ini di Hualongdong, China Timur pada 2019 lalu.
Data tersebut membantu para ilmuwan memahami bagaimana makhluk yang telah lama punah ini cocok dengan silsilah keluarga manusia.
Dalam temuannya, para peneliti menjelaskan DNA purba belum pernah ditemukan dari hominin Afrika mana pun yang berusia lebih dari 18.000 tahun.Para peneliti juga menyajikan data pengurutan protein dari enamel gigi empat individu yang termasuk dalam spesies Paranthropus robustus, yang masing-masing hidup sekitar 2,42 juta tahun lalu.
Lokasi Penemuan Fosil
Gigi tersebut ditemukan di gua Swartkrans, 40 kilometer barat laut Johannesburg. Para peneliti dipermudah dalam penelitiannya karena masih utuhnya protein enamel gigi tersebut.
Temuan ini memungkinkan para peneliti mengurutkan ratusan asam amino di setiap gigi menggunakan proses yang disebut spektrometri massa, mengungkapkan informasi penting tentang hubungan evolusioner P. robustus dengan hominid lain.“Kami menemukan bahwa urutan yang kami pulihkan menempatkan Paranthropus di dalam hominin dan sebagai kelompok luar dari clade termasuk Homo sapiens, Neanderthal, dan Denisovans."
Peneliti
Sumber: IFL Science
Hasil Analisis
Dengan kata lain, spesies purba Afrika Selatan itu merupakan bagian dari keluarga manusia, tetapi merupakan sepupu jauh dari spesies yang berkerabat lebih dekat yang muncul di Eurasia dalam beberapa ratus ribu tahun terakhir – termasuk manusia modern.
Menariknya, analisis juga mengungkapkan bahwa salah satu kuartet Afrika "mungkin memiliki hubungan yang lebih jauh dengan tiga individu lainnya daripada satu sama lain". Para peneliti berspekulasi tiga individu ini mungkin berasal dari kelompok Paranthropus yang berbeda, namun mereka tidak dapat memastikannya. Menariknya, identifikasi protein yang dikodekan oleh gen yang hanya ada pada kromosom Y memungkinkan penulis penelitian untuk mengidentifikasi dua spesimen sebagai laki-laki, terlepas dari fakta bahwa salah satunya sebelumnya telah dikategorikan sebagai perempuan berdasarkan ukuran tulangnya.Sementara itu, dua individu lainnya menunjukkan konsentrasi yang lebih tinggi dari versi kromosom X dari protein ini, yang menunjukkan bahwa mereka adalah perempuan. Walaupun informasi genetik yang dikumpulkan oleh para peneliti telah memungkinkan mereka untuk mengungkap informasi penting tentang pemilik chompers purba, pada akhirnya tidak cukup untuk secara akurat menempatkan P. robustus dalam pohon keluarga manusia atau mengurai semua hubungan evolusi hominin purba. Namun demikian, peneliti menyimpulkan "pemulihan materi genetik yang informatif secara filogenetik (2 juta tahun) dalam hominin Afrika dapat dianggap sebagai terobosan transformatif yang berpotensi untuk paleoantropologi."