Kisah di Balik Watu Dodol Banyuwangi yang Legendaris, Ada Batu Raksasa yang Tak Bisa Dipindahkan
Pintu masuk Kabupaten Banyuwangi ini memiliki sejumlah kisah terkenal
Watu Dodol berada di jalur utama Situbondo-Banyuwangi. Penamaan kawasan ini merujuk pada sebongkah batu besar di tengah jalan raya yang diyakini bertuah.
Batu setinggi 10 meter dengan permukaan batu keras ini memiliki banyak versi cerita. Salah satunya menjadi sumber munculnya legenda Ki Buyut Jaksa yang menjadi cikal bakal tradisi Puter Kayun.
-
Apa yang unik dari tempat wisata di Banyuwangi? Kota di ujung timur Pulau Jawa ini rasanya memiliki begitu banyak tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi. Ada tempat wisata berbasis alam, kuliner, hingga budaya yang unik dan berbeda dari tempat lainnya.
-
Apa bentuk unik dari Batu Wongwongan? Batu Wongwongan diketahui memiliki ciri unik, yakni berbentuk Yoni tanpa cerat, serta terdiri dari masing-masing muka di setiap sisi yang memiliki kepala arca dan berhias rambut anting-anting dengan kondisi yang telah usang.
-
Kenapa batu besar di Kampung Dukuh dikeramatkan? Menurut warga, batu besar yang diletakkan di tengah-tengah perkampungan memiliki kekuatan supranatural dan makan karomah dikeramatkan merepresentasikan filosofi dan Wadah Eusi.
-
Dimana Batu Wongwongan berada? Keberadaan batu ini tersembunyi di tengah hutan perkebunan, dan tak jauh dari Sungai Ciwongwongan.
-
Di mana batuan jumbo itu ditemukan? Saat menyusuri kawasan hulu Sungai Boyong yang berada di area Taman Nasional Gunung Merapi, tim kanal YouTube Jogja Plus menemukan banyak batuan berukuran jumbo.
-
Bagaimana batu raksasa itu diangkat ke atas makam? Berdasarkan perhitungan, batu ini memiliki berat sekitar 150 ton. Para ilmuwan mengatakan mengangkat dan menempatkan batu ini di atas ruangan akan memerlukan perancah dan kabel yang kuat.
Mengutip Liputan6.com, warga sekitar menganggap batu raksasa ini sakral karena banyaknya peristiwa mistis dan janggal yang terjadi.
Bukit Watu Dodol
Bukit Watu Dodol dengan pemandangan Selat Bali dan patung gandrung terletak sekitar lima kilometer di utara pelabuhan Ketapang Banyuwangi.
Mengutip laman Geopark Ijen, secara morfologi, bukit ini memiliki tinggi sekitar 100 mdpl dan merupakan perbukitan karst yang terletak di lereng timur Kompleks Gunung Api Ijen hingga ketinggian 544mdpl (Gunung Remuk).
Bukit ini tersusun dari batu gamping terumbu yang banyak mengandung fosil alga, koral, dan foraminifera, serta batu gamping klastik yang mengandung fragmen litik (pecahan) basalt.
Secara umum batu gamping di Bukit Watu Dodol telah mengalami proses karstifikasi.
Batu Raksasa
Batu besar di tengah jalan raya inilah yang disebut Watu Dodol. Berbagai upaya pernah dilakukan untuk memindahkan batu raksasa ini, mulai memecah hingga menariknya menggunakan kapal. Tak ada satu pun upaya tersebut yang berhasil. Batu raksasa itu tetap berdiri kokoh di tempatnya.
Bahkan kapal yang menarik Watu Dodol terbelah menjadi dua bagian. Hal ini menyebabkan warga percaya bahwa batu ini dijaga sosok- sosok gaib. Batu ini diyakini sebagai pintu gerbang kerajaan yang sering dilalui makhluk astral utusan Ratu Pantai Selatan.
“Cerita dulunya batu di tengah jalan itu tidak bisa dipindahkan. Berbagai macam cara dilakukan untuk memindahkan batu itu, tapi tidak berhasil," ungkap Pemerhati Sejarah Banyuwangi, Yeti Chotimah, dikutip dari Liputan6.com.
Banyak orang percaya sebelumnya batu itu berada di tepi pantai, tapi kemudian pada suatu malam tiba-tiba berpindah di tengah jalan raya.
Watu Dodol sangat besar, namun berdiri dengan dasar batu yang ukurannya lebih kecil, sehingga seolah-olah tampak melayang. Rasanya sangat tidak masuk akal jika batu ini bisa berdiri kokoh dengan tumpuan batu kecil.
Benteng Pertahanan Jepang
Kolonialis Jepang membangun benteng pertahanan di atas bukit Watu Dodol. Benteng ini digunakan sebagai tempat aman pada masa perang dunia kedua.
Saat ini, bunker peninggalan Jepang ini sering jadi jujugan para pertapa. Bahkan, mereka bisa bertapa di sini selama bertahun-tahun.
"Goa Jepang itu dulunya digunakan benteng pertahanan pada perang dunia ke-II. Setelah era kemerdekaan sudah tidak digunakan lagi,” jelas Yeti.
Dulu ada beberapa bagian lorong saling terhubung, kini lorong-lorong tersebut sudah buntu dan tertutup.
Masyarakat sekitar yakin bahwa bunker tersebut bisa tembus hingga wilayah Alas Purwo maupun pantai selatan.