5 Mitos Gunung Slamet yang Kini Sedang Bergejolak, Letusannya Diramalkan Bikin Pulau Jawa Terbelah
Gunung Slamet memiliki mitos yang berkembang di tengah masyarakat sekitar maupun para pendaki
Gunung Slamet memiliki mitos yang berkembang di tengah masyarakat sekitar maupun para pendaki
5 Mitos Gunung Slamet yang Kini Sedang Bergejolak, Letusannya Diramalkan Bikin Pulau Jawa Terbelah
Akhir-akhir ini Gunung Slamet sedang bergejolak. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG ) menaikkan status gunung itu dari normal jadi waspada. Itu artinya kondisi gunung terbesar di Jawa Tengah tersebut tidak seperti biasa. Ada apa sebenarnya?
-
Apa yang terjadi dengan Gunung Slamet? Pada Kamis (19/10), Gunung Slamet resmi naik level dari berstatus normal (level I) menjadi waspada (level 2). Setelah lima tahun tak terlihat ada gejolak, kini gunung tertinggi di Jawa Tengah itu seolah telah terbangun dari tidur panjangnya.
-
Apa saja mitos Gunung Sumbing? Mitos Gunung Sumbing yang berkembang pun sangat beragam, mulai dari adanya jin yang mendiami suatu wilayah, peradaban kuno, hingga jalur bawah tanah.
-
Apa status Gunung Slamet saat ini? “Kami sudah berkoordinasi dengan PVMBG dan mendapat informasi jika Gunung Slamet saat ini masih berstatus Level I atau normal,“
-
Siapa yang meramalkan letusan Gunung Slamet? Ramalan Jayabaya, seorang raja kuno di Pulau Jawa, diduga pernah meramalkan kemungkinan meletusnya Gunung Slamet. Masyarakat sekitar Gunung Slamet mempercayai ramalan ini karena Jayabaya dianggap memiliki kecerdasan spiritual dan kebijaksanaan yang tinggi.
-
Apa mitos yang diyakini tentang Gunung Sumbing? Dikutip dari Brilio.net, para jin penghuni Gunung Sumbing berdoa agar pendaki gunung diberi azab berupa gunung meletus atau kebakaran hutan.
-
Mengapa Gunung Slamet mengalami peningkatan aktivitas setiap 5 tahun? Lebih lanjut, Sukedi mengakui berdasarkan pengamatan dalam 20 tahun terakhir, peningkatan aktivitas Gunung Slamet terjadi hampir tiap lima tahun sekali, yakni pada tahun 2004-2005, 2018-2009, 2014, dan terakhir pada bulan Agustus 2018 hingga 2019.
Terlepas dari kondisinya yang bergejolak, Gunung Slamet punya banyak mitos yang berkembang di tengah masyarakat. Berikut adalah beberapa mitos tersebut, dikutip dari Liputan6.com.
Puncaknya Menjadi Tempat Bersemayam Makhluk Gaib
Konon, puncak Gunung Slamet menjadi pusat peradaban sebuah kerajaan gaib. Cerita ini dipercaya oleh masyarakat karena kerap melihat fenomena alam yang mendukung cerita itu. Salah satunya adalah cahaya-cahaya misterius yang berkeliaran.
Selain itu di puncak Gunung Slamet juga terdapat beberapa batu yang punya bentuk unik dan dianggap sebagai simbol sakral.
Pintu Gerbang Kerajaan Gaib di Pos Samarantu
Pos Samarantu adalah salah satu pos peristiratan di jalur pendakian Gunung Slamet. Pos ini terletak di ketinggian 2.200 meter di atas permukaan laut.
Dilansir dari Liputan6.com, Pos
Samarantu dikenal sebagai pos angker yang sering dihuni makhluk halus.
Beberapa pendaki mengaku pernah mengalami kejadian mistis di sana, misalnya penampakan sosok wanita cantik yang tiba-tiba menghilang. Lalu juga ada suara gamelan aneh di malam hari.
Penampakan Manusia Kerdil
Menurut cerita masyarakat, di Gunung Slamet sering terlihat penampakan manusia kerdil. Manusia kerdil ini dipercaya merupakan penunggu Gunung Slamet yang sudah hidup sejak lama. Warga kerap menemukan jejak kaki manusia kerdil di hutan Gunung Slamet. Bahkan ada juga warga yang melihat manusia kerdil bermain di dekat perkampungan.
Ramalan Jayabaya Tentang Meletusnya Gunung Slamet
Dalam Ramalan Jayabaya, disebutkan bahwa Gunung Slamet akan meletus dan menyebabkan Pulau Jawa terbelah menjadi dua bagian. Ramalan ini masih dipercaya masyarakat hingga sekarang. Apalagi pada tahun 1786, Gunung Slamet pernah meletus dan menyebabkan kerusakan yang cukup parah.
Sosok Naga di Air Terjun Guci
Mitos seputar Gunung Slamet juga merambah pada kehidupan masyarakat yang tinggal di lerengnya. Pada salah satu lereng Gunung Slamet, tepatnya di Air Terjun Guci, konon bersemayam siluman Naga Cerek.
Banyak orang yang melakukan ritual pesugihan di sana tiap malam Jumat legi atau Selasa Kliwon. Namun pesugihan itu mensyaratkan nyawa anggota keluarga.