Potret Situs Batu Tulis Muruy di Pandeglang, Peninggalan Abad ke-18 dan Bermotif Tulisan Arab
Motif kaligrafi tersebut kabarnya dibuat oleh keturunan kerajaan yang sempat mengungsi untuk menghindari kejaran Belanda.
Motif kaligrafi tersebut kabarnya dibuat oleh keturunan kerajaan yang sempat mengungsi untuk menghindari kejaran Belanda.
Potret Situs Batu Tulis Muruy di Pandeglang, Peninggalan Abad ke-18 dan Bermotif Tulisan Arab
Kesultanan Banten merupakan kerajaan yang cukup lama memerintah di wilayah paling barat Pulau Jawa. Salah satu misi yang dibawa adalah perdagangan dan menyebarkan agama Islam.
Ada banyak peninggalan kuno yang masih dapat dilihat selain sisa bangunan Keraton Surosowan. Salah satu yang masih menjadi misteri adalah Situs Batu Tulis Muruy yang ada di wilayah Kabupaten Pandeglang.
-
Di mana penemuan pahatan batu kuno tersebut? Terletak sekitar 55 km di tenggara ibu kota Sarawak, Kuching, situs ini dikelola oleh suku Bidayuh (suku pribumi lokal) bekerja sama dengan Departemen Museum Sarawak.
-
Dimana artefak batu tersebut ditemukan? Artefak batu kuno yang terbuat dari obsidian tersebut terletak sejauh 3.218 kilometer dari Oregon Tengah.
-
Dimana letak pahatan batu ini? Pahatan batu Al Jassasiya di Qatar adalah salah satu pahatan batu paling menakjubkan di seluruh Timur Tengah.
-
Di mana batu prasasti tersebut ditemukan? Arkeolog menemukan batu prasasti berbentuk manusia berusia 3.000 tahun di situs kuno pemakaman Las Capellanías di Cañaveral de León, Huelva, Spanyol.
-
Di mana pahatan batu itu ditemukan? Ukiran tersebut kemungkinan besar menggambarkan penari dan ditampilkan di lebih dari 2.000 batu besar di ngarai kering Banteng Mati (Bahasa Spanyol untuk 'Banteng Mati') di lembah Sungai Majes.
-
Di mana pahatan batu kuno itu ditemukan? Pahatan ini berlokasi di situs yang dikenal dengan nama Praia das Lajes.
Terdapat motif ukiran berbahasa Arab di salah satu sisinya. Motif kaligrafi tersebut kabarnya dibuat oleh salah satu keturunan kerajaan yang sempat mengungsi untuk menghindari kejaran Belanda.
Hingga sekarang, tempat tersebut masih ramai dikunjungi oleh para pencinta sejarah, termasuk oleh keturunan kerajaan Kesultanan Banten.
Kisah Situs Batu Tulis Muruy menjadi salah satu bukti kejayaan pemerintah sultan dalam memerdekakan Banten dari cengkeraman Belanda yang dikenal licik dan kerap menindas wilayah kekuasaannya agar lemah.
Ditemukan di Desa Murni Pada 1980
Mengutip YouTube Mang Dhepi, Situs Batu Tulis Muruy sebelumnya ditemukan di Kampung Muruy, Desa Murni, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang.
Penemuannya terjadi secara tidak sengaja, ketika masyarakat sedang melakukan bersih-bersih kampung. Saat ditemukan pertama kali, posisi batu sedang terlilit akar pohon dan berada di antara semak belukar.
Posisinya berada persis di samping Sungai Cibenda yang mengalir di tengah-tengah Kabupaten Pandeglang menuju lautan lepas.
Ukiran Berbahasa Arab
Dalam laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, batu sendiri tampak dalam keadaan utuh dengan ukuran yang cukup besar. Tingginya hampir setara dengan manusia dewasa, dan memenuhi ruangan pelindungnya.
Di sana tertulis kaligrafi berbahasa Arab yakni “athal haman khomsatun anabu sahra al-sanatun” dan masih belum seluruhnya terbaca sempurna.
Namun di kalimat tersebut terdapat angka yang diduga sebagai tahun pembuatan dari kaligrafi tersebut yakni 1161 Hijriah, atau jika diterjemahkan adalah tahun 1741 masehi silam.
Dibuat oleh Keturunan Kesultanan Banten saat Melarikan Diri dari Belanda
Jika dikaitkan dengan masa kekuasaan, ukiran diduga dibuat pada masa pemerintahan Raja Muhammad Syifa Zaenal Arifin yang berkuasa pada 1733 sampai 1750 M.
Berdasarkan literatur, sosok putra dari Nyi Kamilah yang merupakan keturunan Kesultanan Banten yang membuat ukiran tersebut. Saat itu, Nyi Kamilah bersama kedua putranya tengah melarikan diri dari kejaran pasukan Belanda.
Kemudian setelah dewasa, putra-putranya pamit untuk kembali ke Kerajaan Surosowan untuk melawan kekejaman Belanda. Ditulis lah tahun pada masa itu, termasuk tujuannya kembali ke kerajaan yakni untuk mengembalikan kejayaan dan melepaskan Banten dari tangan penjajah Belanda.
Jadi Destinasi Sejarah
Saat ini situs batu tersebut sudah dijadikan sebagai salah satu destinasi bersejarah yang ada di Kabupaten Pandeglang. Lokasinya persis berada di pinggir Sungai Cibenda, dan terlindung di bawah rimbunnya pepohonan.
Setiap akhir pekan atau hari besar yang diadakan oleh keturunan Kerajaan Banten, lokasi ini selalu dipadati oleh banyak kalangan.
Namun karena letaknya berada di pinggir sungai, maka keberadaannya juga cukup terancam lewat gerusan air sungai.