Nasib Tragis Gerbang Amsterdam yang Dulu Jadi Ikon di Jakarta, Sempat Hilang Dicuri dan Dibongkar karena Simbol Penjajahan
Dulu gerbang ini jadi simbol kejayaan di Batavia. Namun sayang nasibnya tragis.
Dulu gerbang ini jadi simbol kejayaan di Batavia. Namun sayang nasibnya tragis.
Nasib Tragis Gerbang Amsterdam yang Dulu Jadi Ikon di Jakarta, Sempat Hilang Dicuri dan Dibongkar karena Simbol Penjajahan
Jakarta memiliki banyak ikon yang masih bertahan hingga sekarang, sebut saja patung selamat datang di Bundaran HI, patung Pancoran sampai tugu Monumen Nasional (Monas) yang paling terkenal.
Namun siapa sangka jika pemerintah kolonial Belanda telah membangun sebuah bangunan besar yang saat itu menjadi ikon di wilayah Batavia (sekarang Jakarta) bernama Gerbang Amsterdam.
-
Bagaimana Benteng Amsterdam berdiri? Benteng ini memiliki nilai sejarah yang tinggi karena pernah menjadi pusat perdagangan rempah-rempah pada masa kolonial Belanda.
-
Di mana gerbang kota kuno ditemukan? Pintu gerbang ini ditemukan di tengah danau yang mengering di Spanyol.
-
Dimana Kapal Batavia kandas? Namun, karena kesalahan navigasi atau sejumlah sumber mengatakan bahwa adanya kesengajaan, kapal ini menabrak karang di dekat pulau-pulau Houtman Abrolhos pada tanggal 4 Juni 1629.
-
Bagaimana bentuk Gerbang Brandenburg? Gerbang yang dibangun untuk Raja Frederick William II pada 1791 ini, memiliki desain seperti Acropolis di Athena dengan ketinggian 26 meter.
-
Di mana letak Terowongan Amsterdam? Di daerah Tuntang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, persisnya di dekat PLTA Jelok, terdapat sebuah terowongan tua peninggalan Belanda.
-
Kapan bendera Belanda dirobek di Hotel Majapahit? Tempat Bersejarah Atap bangunan hotel jadi saksi perjuangan arek-arek Suroboyo merobek bendera Belanda Merah Putih Biru menjadi Merah Putih pada 19 September 1945.
Dahulu, Gerbang Amsterdam jadi bangunan pagi besar di wilayah Jakarta Barat. Bentuknya juga megah, dengan dinding yang memanjang di kiri dan kanannya dan dibangun dengan dua lantai.
Namun nasib tragis banyak menimpa bangunan ini, mulai hilangnya patung dewa di sisi depan hingga terpaksa dipangkas untuk pelebaran jalan. Puncaknya terjadi pada 1950, ketika Presiden Soekarno kala itu ingin menasionalisasi Indonesia yang menghilangkan bangunan yang dianggap simbol penjajahan.
Yuk, kenalan dengan Gerbang Amsterdam yang punya nasib tragis berikut ini.
(Gambar: Indonesia Tempo Dulu)
Dibangun Sebagai Gerbang Masuk Menuju Batavia
Mengutip laman Indonesia Tempo Dulu, bangunan Gerbang Amsterdam ini memiliki desain yang megah dan menjulang tinggi pada masanya.
(Gambar: Tropen Museum Belanda)
Dari sumber sejarah dikatakan bahwa pembangunannya dilakukan di masa Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron van Imhoff, sekitar abad ke-18 atau persisnya tahun 1743.
Kala itu, Imhoff ingin memiliki gerbang besar sekaligus benteng sebagai pintu masuk menuju Kota Batavia. Menurut pengamat sejarah, Candrian Attahiyyat di kanal YouTubenya mengatakan bahwa gerbang ini berada di sebelah selatan bangunan kastil Batavia hingga balai kota atau yang saat ini menjadi Taman Fatahillah.
Saat ini, lokasi bekas gerbang diketahui berada di simpang Jalan Cengkeh, Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Kota Jakarta Barat.
Kastil Batavia merupakan kompleks bangunan benteng yang difungsikan sebagai pusat pemerintahan perusahaan Hindia Timur Belanda.
Dahulu, tempat ini memiliki peran sebagai pusat perdagangan Imperium di Asia, setelah dirintis oleh Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen di tahun 1619.
Dipugar oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels
Karena ada pengembangan Kota Batavia, maka Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels melakukan pemugaran pada 1808. Selain itu, pemugaran juga dilakukan sebagai upaya perbaikan usai hancurnya Gerbang Amsterdam karena masuknya kolonialisme Prancis di 1806.
Usai ketegangan Belanda dengan Prancis mereda, Daendels menambahkan patung dewa masyarakat Prancis di bagian depan gerbang sebagai bentuk penjagaan yakni Dewa Mars dan Dewi Minerva.
Kemudian pada 1869, sayap kanan dan kiri gerbang sepenuhnya dibongkar untuk keperluan pengembangan transportasi. Saat itu pemerintahan Hindia Belanda menerapkan transportasi massal berupa trem kuda, sehingga membutuhkan lahan yang lebih luas.
Beruntungnya, bangunan utama gerbang dengan patung Dewa Mars dan Dewi Minerva tidak dibongkar dan masih berdiri kokoh.
Usang dan Tidak Terawat di Tahun 1920-an
Nasibnya mulai tragis saat pemerintah kolonial Belanda membangun jaringan rel kereta listrik di tahun 1920-an.
Ketika itu pembangunan dilakukan di sisi utara gerbang, sehingga dirasa menutupi kemegahan Gerbang Amsterdam.
Parahnya, kondisi banguann gerbang juga tidak diperhatikan oleh pemerintah kolonial hingga penampilan gerbang menjadi usang. Jangankan untuk perbaikan, pengecatan dan pembersihan bidang bangunan sudah lama tidak dilakukan
Kawasan tersebut juga mulai padat penduduk, sehingga gerbang menjadi kehilangan keindahannya karena penataan ruang yang tidak terkendali di awal abad ke-20. Nasibnya terus tragis hingga masuk penjajahan Jepang.
Patung Dewa Mars dan Dewi Minerva Hilang dan Gerbang Dihancurkan Total Tahun 1950
Masuknya penjajahan Jepang tahun 1942 sampai 1945 makin memperburuk keadaan gerbang tersebut.
Di masa ini bahkan, dua patung Dewa Mars dan Dewi Minerva yang terpasang hilang tak berbekas.
Seiring rampungnya masa kolonialisme di Indonesia, pemerintahan presiden Soekarno melakukan penataan Batavia secara besar-besaran. Di sekitar gerbang mulai dibangun jalan dan melakukan pelebaran trotoar.
Pada 1950, gerbang ini resmi dihancurkan. Selain bertujuan untuk penataan ruang kota, penghancuran juga sebagai upaya menghilangkan jejak buruk kolonialisme Belanda yang sudah membuat susah masyarakat Indonesia.
Sayangnya, di masa kini, Gerbang Amsterdam sudah hilang tak berbekas. Namun demikian, sempat muncul wacana jika replikasnya sedang disiapkan untuk dibangun di kawasan kota tua. Namun belum diketahui apakah bentuk dan lokasinya sama persis atau tidak.
Pembongkaran Gerbang Amsterdam pada 1950.
(Gambar: YouTube Candrian Attahiyyat)