Menilik Sejarah Gedung Balai Kota Padang, Bangunan Klasik yang Kental dengan Budaya Kolonial
Kota Padang merupakan salah satu wilayah yang cukup penting bagi pemerintah kolonial kala itu. Kini, beberapa jejak peninggalan mereka masih dijumpai.
Kota Padang merupakan salah satu wilayah yang cukup penting bagi pemerintah kolonial kala itu. Kini, beberapa jejak peninggalan mereka masih dijumpai.
Menilik Sejarah Gedung Balai Kota Padang, Bangunan Klasik yang Kental dengan Budaya Kolonial
Padang merupakan ibu kota dari Provinsi Sumatra Barat yang memiliki peristiwa sejarah begitu panjang. Masa kolonial, Kota Padang merupakan salah satu wilayah penting bagi pemerintahan Hinida Belanda kala itu.
Sampai sekarang beberapa bangunan peninggalan kolonial masih bisa dijumpai, bahkan masih digunakan untuk kawasan perkantoran milik pemerintah daerah. Salah satunya adalah gedung Balai Kota Padang atau dalam bahasa Belanda "Gemeentehuis Padang".
(Foto: padang.go.id)
-
Dimana Rumah Bersejarah itu berada? Rumah sederhana itu berada di lereng Gunung Prau sebelah timur, tepatnya di Desa Purwosari, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal.
-
Apa saja bangunan tua yang ada di Kampung Melayu Semarang? Bangunan-bangunan tuanya, seperti Masjid Menara, gedung tua tak bernama, dan Menara Syahbandar, menyimpan cerita menarik dari masa lampau.
-
Apa yang ada di dalam Rumah Bersejarah itu? Di sana masih terdapat foto-foto jadul. Salah satu foto hitam putih memperlihatkan Raden Mas Ari Sumarmo yang masih kecil. Di samping itu terdapat banyak benda-benda asli peninggalan zaman dulu seperti kursi, guci, dan mesin jahit.
-
Dimana Kampung Kolonial berada? Tak jauh dari sana terdapat deretan rumah dinas yang dulunya digunakan sebagai tempat tinggal para karyawan PLTA.
-
Apa peninggalan Belanda di Tapanuli Selatan? Salah satu jejak peninggalan kolonial Belanda ada di Tapanuli Selatan berupa kolam renang.
-
Bagaimana ornament bangunan tua Semarang? Ada pula konsul dan angin-angin berbahan besi tebal, serta keramik kotak kecil-kecil yang warnanya sudah tak lagi sama antara satu sama lain karena saking uzurnya.
Balai kota ini berada di Jalan Mohammad Yamin, No.57, Kelurahan Kampung Jao, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang. Sekarang bangunan tersebut sudah terdaftar dalam pelestarian cagar budaya Provinsi Sumbar agar bangunan bersejarah ini bisa lestari.
Lantas, bagaimana kisah sejarah berdirinya gedung balai kota Padang? Simak informasi selengkapnya yang dirangkum merdeka.com dari berbagai sumber berikut ini.
Kapasitas Tidak Memadai
Pada awalnya kawasan balai kota Padang berada di Muaro Padang, yaitu Kantor Asisten Residen. Namun, kapasitas ruangan tersebut seiring berjalannya waktu tidak memadai sedangkan kegiatan para abdi masyarakat pun padat dan banyak.
Dengan bangunan yang ada dirasa sudah tidak memadai dan tidak menampung seluruh kegiatan abdi masyarakat, maka muncullah keinginan untuk membangun suatu gedung balai kota atau Geemente yang lebih baik.
(Foto: Wikipedia)
Pembahasan dan wacana pembangunan balai kota itu terus berlanjut hingga puncaknya pada tahun 1910. Telah dilakukan penghitungan anggaran dan lain sebagainya, akhirnya wacana itu pun terwujud dengan menghabiskan anggaran 16.000 gulden.
Sempat Tertunda
Dengan tinggi biaya anggaran untuk membangun sebuah balai kota yang representatif itu pun berujung penundaan. Hal ini disebabkan biaya anggaran banyak yang tidak teralokasikan untuk pembangunan tersebut.
Hingga pada tahun 1917, keinginan untuk melanjutkan pembangunan pun kembali muncul. Pemerintah kota praja saat itu berencana untuk membeli sebidang tanah untuk bangunan balai kota dan Pasar Raya.
Pindah Gedung
Tahun 1928, pemerintah kota praja resmi pindah tempat dari kantor Asisten Residen karena kondisi bangunan yang sudah layak. Untuk sementara, pemerintah kota praja menyewa kantor di Sungang Bongweg atau di sekitar Jalan Imam Bonjol.
Masih di tahun yang sama, Kota Padang mengalami depresi ekonomi yang berimbas pada turunnya harga tanah. Dari momen ini pun menjadi peluang agar bisa merealisasikan pembangunan balai kota yang representatif.
Sampai pada akhirnya pembangunan pun berlangsung dan saat itu dirancang oleh Thomas Karsten yang ahli di bidang tata kota. Pada tahun 1936, bangunan balai kota yang baru pun rampung dikerjakan dan siap untuk ditempati.
Kondisi Saat Ini
Setelah bangunan tersebut siap ditempati, Wali Kota (Burgemeester) Padang pertama, yaitu Mr. W. M. Ouwerkerk yang dipilih pada tahun 1928 menempati balai kota tersebut. Ia memimpin hingga tahun 1940 kemudian digantikan oleh D. Kapteijn.
Kini, bangunan tersebut masih bisa dijumpai dengan gaya khas kolonial yang masih orisini. Mengutip kebudayaan.kemdikbud.go.id, pada bagian barat daya terdapat bangunan menara ada jam dinding di setiap sisi.
Kemudian, bagian jendela terlihat berderet secara vertikal sehingga memunculkan kesan bangunan tinggi. Memiliki dua lantai, bangunan ini hampir seluruh sudutnya dilengkapi dengan ventilasi.