Mengulik Sejarah Hotel Bersejarah di Semarang yang Kini Kondisinya Terbengkalai, Dulu Jadi Tempat Singgah Para Tamu Negara
Tokoh-tokoh Nasional seperti Ir. Soekarno hingga RA Kartini pernah menginap di sana.
Tokoh-tokoh Nasional seperti Ir. Soekarno hingga RA Kartini pernah menginap di sana.
Mengulik Sejarah Hotel Bersejarah di Semarang yang Kini Kondisinya Terbengkalai, Dulu Jadi Tempat Singgah Para Tamu Negara
Ada beberapa bangunan megah di Semarang yang kini kondisinya terbengkalai. Salah satunya adalah bekas sebuah hotel megah.
Dulunya hotel itu sering menjadi tempat diadakannya acara-acara besar dan tempat menginap tamu-tamu penting. Bahkan tokoh-tokoh Nasional seperti Ir. Soekarno hingga RA Kartini pernah menginap di sana.
-
Apa yang membuat Siantar Hotel menjadi bangunan bersejarah? Saat masa kolonial Belanda dan Jepang, kota Pematangsiantar menjadi salah satu wilayah yang begitu penting. Saat itu, tentara rakyat pribumi melakukan perlawanan terhadap Belanda yang ingin menguasai kembali wilayah Indonesia pasca kemerdekaan.Salah satu bangunan yang menjadi saksi bisu perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah yaitu Siantar Hotel.
-
Apa yang tersisa dari bangunan tua Semarang? Yang tersisa saat ini hanyalah paviliun pelengkap bangunan utama.
-
Apa yang dulu jadi nama hotel di Kaliurang? Dahulu, wisma ini merupakan sebuah hotel modern yang bernama Hotel Leh Meyer.
-
Dimana Rumah Bersejarah itu berada? Rumah sederhana itu berada di lereng Gunung Prau sebelah timur, tepatnya di Desa Purwosari, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal.
-
Siapa pemilik bangunan tua di Semarang? Seperti diketahui dari postingan itu, rumah besar tersebut dulunya adalah milik pengusaha sandal merek 'Orie' berdarah Tionghoa, Ong Ing Yip.
-
Dimana Hotel Indonesia dibangun? Menempati lahan seluas 25.082 meter persegi, hotel ini mempunyai slogan A Dramatic Symbol of Free Nations Working Together.
Hotel Inna Dibya Puri kini lebih tampak seperti sarang lelembut dibandingkan bangunan bersejarah. Kondisinya begitu memprihatinkan. Kayu penopang bagian atap sudah mulai roboh.
Lumut serta semak belukar tumbuh di sela-sela tembok yang catnya sudah mengelupas. Namun ada rencana bahwa ke depan bangunan tua bersejarah itu akan direvitalisasi lagi.
Dilansir dari kanal YouTube Tri Anaera Vloger, Hotel Inna Dibya Puri dulunya bernama Du Paviillon. Dengan mengusung gaya Indische Empire, Hotel Du Pavillon merupakan salah satu hotel termewah di Semarang pada zamannya.
Hotel itu dibangun oleh seorang Tionghoa yang tidak diketahui namanya pada tahun 1847. Pada awal berdirinya, hotel itu menjadi tempat singgah para tamu negara dan para pelancong Eropa yang singgah di Kota Semarang.
Pada tahun 1899, hotel itu direnovasi oleh perkumpulan masonik di Semarang. Sebelum direnovasi pada tahun 1899, halaman belakang hotel itu sering digunakan sebagai tempat pertemuan para anggota masonik dari Semarang.
Perkumpulan itu terdiri dari para pejabat Eropa, para priyayi, dan kaum intelektual saat itu. mereka membahas rencana-rencana keanggotaan dan berbagai masalah sosial.
Pemilik hotel mengizinkan perkumpulan masonik itu melakukan seluruh kegiatannya di gedung tersebut, sebelum mereka punya gedung sendiri yang bernama “La Constante et Fidel” di Jalan Imam Bonjol.
Peresmian hotel baru Du Pavillon itu diwarnai dengan pertunjukkan sebuah grup opera dari Italia dan dihadiri para pejabat tinggi pemerintah kolonial Hindia Belanda.
Dilansir dari kanal YouTube Tri Anaera Vloger, setiap hari hotel itu selalu ramai pengunjung. Seluruh ruangannya diterangi lampu gas dalam jumlah banyak. Segala fasilitas itu membuat Hotel Du Pavillon menjadi salah satu hotel terbaik di Semarang.
Renovasi besar-besaran kembali dilakukan pada tahun 1913. Renovasi dilakukan untuk menyambut para tamu penting yang bakal hadir dalam acara “Colonial Exhibition” pada tahun 1914.
Dalam renovasi tersebut, gedung hotel mulai dialiri listrik dari ANIEM. Sanitasi juga dibenahi. Total renovasi itu menelan biaya 250.000 gulden.
Pada tahun 1945, tepatnya menjelang Pertemupran Lima Hari di Kota Semarang, hotel itu menjadi markas pemuda pejuang kemerdekaan. Hotel itu juga menjadi tempat perundingan dalam mengakhiri perang pada tanggal 21 Oktober 1945.
Hotel itu berubah nama menjadi Inna Dibya Puri pada tahun 1957 dan mengalami renovasi kembali pada tahun 1964. Namun saat ini kondisi hotel sangat memprihatinkan. Pernah ada rencana revitalisasi, namun wacana itu tidak pernah terlaksana hingga saat ini.