Jadi Saksi Perjuangan Zaman Kolonial, Intip Hotel Klasik di Siantar Berdiri Sejak 1913
Siantar Hotel, sebuah penginapan yang menyimpan cerita sejarah masa kolonial Belanda dan Jepang.
Kota Pematangsiantar tak hanya pesona wisatanya yang beragam dan indah. Kisah sejarah era perjuangan melawan kolonial Belanda juga masih terkenang di tempat ini.
Jadi Saksi Perjuangan Zaman Kolonial, Intip Hotel Klasik di Siantar Berdiri Sejak 1913
Saat masa kolonial Belanda dan Jepang, kota Pematangsiantar menjadi salah satu wilayah yang begitu penting. Saat itu, tentara rakyat pribumi melakukan perlawanan terhadap Belanda yang ingin menguasai kembali wilayah Indonesia pasca kemerdekaan.Salah satu bangunan yang menjadi saksi bisu perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah yaitu Siantar Hotel. Dulunya, hotel ini sempat dijadikan markas tentara Jepang dan Klijk Nederlands-Indisch Leger atau tentara KNIL dari pihak Belanda.
Meski sarat nilai sejarah, sampai saat ini hotel tersebut masih berdiri kokoh. Banyak wisatawan yang transit ke Siantar Hotel sebelum melanjutkan wisata ke Danau Toba dan sekitarnya.
Berdiri Sebelum Kemerdekaan
Mengutip dari beberapa sumber, Siantar Hotel dulunya diresmikan pada 1 Februari 1915. Hotel ini didirikan oleh tiga warga negara asing berkebangsaan Swiss, yaitu Dr. Erns Surbeck seorang dokter hewan, Hedwie Euse Surbeck, dan Lydia Rosa Otto Surbeck.
-
Dimana tempat wisata sejarah di Solo? Yup, banyak sekali tempat yang bersejarah peninggalan kerajaan zaman dulu di Solo yang kemudian dijadikan lokasi wisata sejarah yang ciamik dan wajib untuk dikunjungi.
-
Dimana Rumah Bersejarah itu berada? Rumah sederhana itu berada di lereng Gunung Prau sebelah timur, tepatnya di Desa Purwosari, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal.
-
Siapa pemilik awal Rumah Singgah Sultan Siak? Rumah Singgah Sultan Siak Sri Indrapura merupakan rumah milik Tuan Kadhi Kerajaan Siak bernama H. Zakaria kini menjadi salah satu peninggalan budaya yang cukup ikonik di Pekanbaru.
-
Apa yang ada di dalam Rumah Bersejarah itu? Di sana masih terdapat foto-foto jadul. Salah satu foto hitam putih memperlihatkan Raden Mas Ari Sumarmo yang masih kecil. Di samping itu terdapat banyak benda-benda asli peninggalan zaman dulu seperti kursi, guci, dan mesin jahit.
-
Kapan Rumah Singgah Sultan Siak dibangun? Dikabarkan bangunan ini sudah berdiri sejak tahun 1895, bisa diperkirakan bangunan ini sudah lebih dari ratusan tahun.
-
Apa yang dulu jadi nama hotel di Kaliurang? Dahulu, wisma ini merupakan sebuah hotel modern yang bernama Hotel Leh Meyer.
Setelah bangunan ini diresmikan, ketiga pemilik hotel memberikan kepercayaan dan tanggung jawab kepada Uegen Ralph Otto untuk menjabat sebagai direktur utama hotel.
Pada tahun 1969, kepemilikan Siantar Hotel berpindah tangan kepaa Julianus Hutabarat. Kemudian hotel tersebut berkembang dengan adanya penambahan kamar, lobby, restoran, dan memperindah interior sejumlah kamar.
Masih Orisinil
Ketika anda menginap di Siantar Hotel, nuansa klasik dan kuno begitu kental di setiap sudut ruangan. Desain interiornya masih kental dengan gaya eropa pastinya membawa kembali ke masa perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Melansir dari kanal Youtube Liputan6, Siantar Hotel memiliki peran cukup penting bagi tentara kolonial. Dulunya tentara Jepang dan Belanda sempat saling rebutan hotel tersebut untuk dijadikan markas.
Bahkan, di kawasan bangunan hotel ini terdapat sebuah bunker bawah tanah sebagai tempat berlindung dan menyimpan logistik tentara Jepang dan Belanda.
Selain itu, beberapa ruangan seperti lobby dan halaman depan hotel disengaja masih tetap mempertahankan keasliannya.
Kesan Eropa begitu terasa ketika memasuki lobby hoetl. Beberapa foto zaman dulu pun terpampang di beberapa sudut ruangan.
Pertempuran 15 Oktober
Sejarah kelam juga tergores di hotel ini, tepatnya pada tanggal 15 Oktober 1945 yang dikenal dengan "Peristiwa Siantar Hotel Berdarah".
Peristiwa ini dulunya terjadi peperangan hebat di sekitar hotel ketika pasukan NICA ke Pematangsiantar. Hal ini dikarenakan pihak Belanda masih berhasrat ingin merebut kembali pemerintahan Indonesia dengan cara membonceng NICA.
Konflik dan peperangan masyarakat pribumi dan pasukan NICA tidak dapat dihindari. Hotel yang beralamatkan di Jalan W.R. Supratman Nomor 3 ini menjadi saksi bisu perjuangan berdarah masyarakat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan.