Dibangun Tahun 1886, Bekas Rumah Bupati Cianjur Ini Jadi Tempat Terbentuknya Tentara Peta
Dulu banyak peristiwa penting yang terjadi di bangunan kuno ini.
Dulu banyak peristiwa penting yang terjadi di bangunan kuno ini, mulai dari perumusan tentara Peta sampai penyelamatan nyawa lansia, anak-anak dan perempuan.
Dibangun Tahun 1886, Bekas Rumah Bupati Cianjur Ini Jadi Tempat Terbentuknya Tentara Peta
Bangunan bergaya kuno khas abad ke-19 ini dulunya merupakan rumah Bupati Cianjur ke-10, Raden Aria Adipati Prawiradiredja. Oleh masyarakat dan kalangan pencinta sejarah, bangunannya dikenal dengan nama Bumi Ageung Cikidang.
Gaya khas yang ditonjolkan justru bukan ciri kolonial, melainkan khas nusantara dengan dinding depan yang terbuat dari kayu termasuk motif-motif ukirannya berbentuk tradisional.
-
Kapan Gedung Balai Kota Cirebon dibangun? Mengutip laman Kemdikbud, peletakan pertama pondasi bangunan ini dilakukan pada 1926.
-
Dimana Cianjur menjadi Ibu Kota Jawa Barat? Statusnya masih sebagai ibu kota Jawa Barat, karena dianggap strategis dan dekat dengan pelabuhan Cirebon, Batavia serta Jawa Tengah (sisi selatan).
-
Bagaimana awal mula Kampung Cigadung? Mengutip laman bandung.go.id, kampung ini sebelumnya lahir atas inisiasi warga setempat yang menggali potensi kelokalan di sana.
-
Kapan Cianjur menjadi Ibu Kota Jawa Barat? Kejayaan Cianjur sebagai ibu kota Priangan harus berakhir di tahun 1864 akibat bencana alam besar di masa itu.
-
Bagaimana Gedung BAT Cirebon dibangun? Bentuk bangunan di sekitarnya, termasuk pabrik rokok tersebut tak banyak berubah. Desainnya berlantai tiga, memanjang dengan fasad dan pintunya yang menjulang tinggi. Tiang-tiang di sekitar gedung juga memiliki nilai arsitektur tinggi, sehingga apik dijadikan latar foto.
-
Kapan Banten Girang berdiri? Mengutip penelitian Claude Guillot pada tahun 1988 – 1992, kawasan Banten Girang sudah memiliki penduduk kala itu.
Ada banyak kisah di sini, terutama yang berkaitan dengan perjuangan para pejuang kemerdekaan yang merumuskan pembentukan tentara Peta atau Pembela Tanah Air.
Selain itu, rumah ini juga menjadi tempat menyusun strategi untuk menghalau penjajah agar tidak menyerang lingkungan sekitar.
Penamaan Bumi Ageung Cikidang konon memiliki arti rumah seorang pembesar (bupati) yang letaknya di wilayah Cikidang, Solokpandan, Cianjur. Berikut selengkapnya.
Jadi Tempat Peristirahatan Sang Bupati
Mengutip laman Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur, rumah ini dibangun pada 1886. Saat itu, sang bupati ke-10, Raden Aria Adipati Prawiradiredja menjadikannya sebagai tempat beristirahat.
Pemilihan lokasi bukan tanpa alasan, karena dahulu wilayah ini termasuk kawasan yang asri dan tenang. Wilayahnya juga termasuk masih kampung, dan penjajah tidak melakukan konsentrasi penyerangan di wilayah ini.
Raden Aria Adipati Prawiradiredja menjadi salah satu bupati dengan masa jabatan yang lama yakni 48 tahun, sejak 1862 sampai 1910. Bumi Ageung selanjutnya diwariskan kepada putrinya yang bernama Raden Ayu Tjitjih Wiarsih.
Menampilkan Benda-Benda Peninggalan Sang Bupati
Ada banyak benda bersejarah yang ditampilkan di bangunan ini seperti perabotan dapur, lemari, meja dan kursi. Namun sayangnya barang yang masih tersisa sejak masa lampau hanya kurang dari 50 persen.
Kerusakan barang terjadi saat masa penjajahan Jepang, karena mereka menganggap rumah ini sebagai rumah persembunyian sekaligus mengancam sebagai tempat perumusan strategi perang.
Di tahun 1940-an, bangunan ini kemudian dirusak Jepang sehingga sebagian benda-benda di sini mengalami kerusakan. Penghuninya mengungsi ke wilayah Kuningan dan selatan Cianjur. Walau begitu, tak sedikit warga yang menyelematkannya sehingga masih terpajang hingga sekarang.
Jadi Lokasi Perumusan Tentara Peta
Jepang sempat mengendus adanya aktivitas terlarang oleh mereka, karena ada upaya dari para pejuang yang memberontak.
Sebenarnya, tempat ini sempat menjadi lokasi perumusan tentara Peta (Pembela Tanah Air) sebagai produk militer Jepang. Gerakan ini kemudian memberontak terhadap Jepang, dan melakukan penyerangan secara gerilya. Kala itu perumusnya adalah Gatot Mangku Pradja.
Walau begitu, setelah tahun 1946, lokasi bangunan sempat terkendali walau di tahun sebelumnya Bumi Ageung Cikidang sempat akan dibom oleh militer penjajah karena dianggap sarang pemberontak.
Jadi Rumah Perlindungan bagi Perempuan dan Anak-Anak
Kisah lain dari rumah ini adalah pernah dijadikan sebagai tempat perlindungan bagi perempuan dan anak di masa kerusuhan etnis di Cianjur pada 1962 sampai 1963.
Ketika itu terjadi konflik yang cukup besar antara etnis Tionghoa dan Pribumi, karena hasutan dari pihak yang tak bertanggung jawab.
Akibatnya kedua belah pihak saling menyerang, padahal sebelumnya warga Tionghoa dan Cianjur saling membantu dalam menopang ekonomi.
Karen adanya kerusuhan, rumah ini pernah dijadikan lokasi yang aman bagi kalangan perempuan, anak-anak dan lanjut usia dari penyerangan.
Ditetapkan sebagai Cagar Budaya
Bumi Ageung Cikidang telah resmi diakui sebagai Warisan Budaya Nasional sejak 2010 lalu. Penetapannya dilakukan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata kala itu, dengan pertimbangan nilai bangunan dan kisah sejarah dalam merebut kemerdekaan.
Saat ini, bangunan dijadikan sebagai wisata edukasi dan sejarah lewat museum dengan menampilkan sisa barang-barang milik bupati Cianjur tersebut.
Museum ini juga terbuka untuk umum tanpa dipungut biaya, dan lokasinya persis di Jalan Mochamad Ali, Kelurahan Solokpandan.
Terkait pengelolaan, dilakukan langsung oleh keturunan generasi kelima Raden Adipati Aria Prawiradiredja II, yakni Rachmat Fajar.