Kisah Batavia, Salah Satu Kapal Terbesar VOC yang Kandas Secara Mengenaskan
Batavia merupakan kapal paling besar dan megah milik VOC yang kandas dan tenggelam.
Kisah Batavia, Salah Satu Kapal Terbesar VOC yang Kandas Secara Mengenaskan
Verenigde Oostindische Compagnie atau VOC merupakan salah satu perusahaan terbesar di masanya. Pada masa jayanya, VOC mampu membuat armada kapal yang sangat besar untuk mengangkut barang dagangannya. Di antara sejumlah kapal VOC, kapal yang memiliki kisah paling mengenaskan adalah kapal Batavia.
Batavia adalah kapal dagang milik VOC yang dibangun di Amsterdam pada tahun 1628. Kapal ini merupakan kapal utama dari salah satu dari tiga armada tahunan yang dikirim oleh VOC ke Batavia, ibu kota Hindia Timur Belanda di masa itu.
Pada tanggal 28 Oktober 1628, Batavia berlayar untuk pertama kalinya dengan membawa sekitar 330 orang, termasuk 180 pelaut, sekitar 100 tentara bayaran, dan beberapa penumpang kaya, seperti Lucretia van den Mylen yang ingin bergabung dengan suaminya di Batavia.
-
Mengapa kapal Vasa tenggelam? Sayangnya, kapal ini memiliki cacat konstruksi yang signifikan, sehingga tenggelam hanya dalam jarak pendek sejauh 1.300 meter setelah diluncurkan.
-
Bagaimana Kolonel Pedet menghancurkan kapal Belanda? Pedet Soedarman kenyang pengalaman tempur. Dia menerbangkan pesawat jenis B-25 Mitchel dan B-26 Invander dalam menumpas berbagai pemberontakan yang terjadi di tanah air. Pedet juga yang menghancurkan kapal angkatan Laut Belanda.
-
Mengapa Kali Angke jadi penghias Batavia? Walau tak luput dari bencana banjir, namun Kali Angke bisa dikatakan sebagai penghias wajah ibu kota. Ini terlihat dari banyaknya flora yang tumbuh di Kali Angke seperti rengas yang biasa digunakan untuk furniture, pandan kapur, bambu tali, putat, pulai, kecapi dan waru.
-
Di mana kapal Vasa ditemukan? Setelah berabad-abad terendam di dasar pelabuhan Stockholm, kapal Vasa akhirnya dipulihkan oleh arkeolog maritim pada tahun 1960-an.
-
Kenapa VOC mengalami kerugian besar? Akibatnya VOC mengalami kerugian besar. Para bangsawan Gorontalo sendiri lebih suka berhubungan dengan para pedagang dari Bugis dan Mandar yang lebih banyak memberikan keuntungan dari pada menjalin hubungan dagang dengan VOC.
-
Apa jejak Inggris di Batavia? Jejak yang tersisa dari datangan Inggris di Batavia hanyalah melalui sebuah mercusuar yang terbuat dari besi tinggi. Terlihat di bagian atasanya terdapat lampu menyerupai sirine.
Tujuan pembuatan kapal ini adalah untuk mengangkut rempah-rempah dan barang-barang lain dari Hindia Timur Belanda ke Belanda. Kapal ini memiliki panjang 45,3 meter, lebar 10,19 meter, dan berat 600 ton. Kapal ini juga dilengkapi dengan setidaknya 28 meriam untuk pertahanan yang membuatnya semakin megah.
Pada masa itu, normalnya kapal dibangun dalam waktu 18 bulan. Sementara itu, Batavia memerlukan waktu pembangunan lebih lama yaitu dari 1626 hingga 1628 karena bentuk kapalnya yang memang tidak biasa.
Pembangunan kapal Batavia memakan waktu sekitar satu tahun, dari awal 1628 hingga akhir 16283. Kapal ini berlayar untuk pertama kalinya pada tanggal 29 Oktober 16281.
Mulai Berlayar
Batavia memiliki dua komandan yaitu seorang pedagang senior atau commandeur, yang bertanggung jawab atas seluruh armada dan seorang juru mudi yang mengurus kapal itu sendiri. Pada kapal Batavia kedua orang ini adalah Francisco Pelsaert dan Ariaen Jacobsz. Sayangnya, keduanya tidak akur karena pernah berselisih di India dua tahun sebelumnya. Hal ini menimbulkan masalah dalam struktur komando kapal.
Pada awal Juni 1629, setelah berlayar selama tujuh bulan, Batavia mendekati pantai barat Australia. Namun, karena kesalahan navigasi atau sejumlah sumber mengatakan bahwa adanya kesengajaan, kapal ini menabrak karang di dekat pulau-pulau Houtman Abrolhos pada tanggal 4 Juni 1629.Kapal ini pun hancur berkeping-keping. Dari 314 penumpang, sekitar 300 orang berhasil mencapai daratan, sementara sisanya tenggelam. Pelsaert kemudian berlayar ke Batavia untuk meminta bantuan, meninggalkan Cornelisz sebagai pemimpin sementara para korban di wilayah kepulauan Australia tersebut.
Intrik dan Pemberontakan
Cornelisz ternyata sudah merencanakan pemberontakan sebelum kapal karam. Dia ingin merebut harta benda VOC dan mendirikan kerajaan sendiri di pulau terpencil.
Untuk mewujudkan rencananya, dia mengirim sekitar 20 orang di bawah komando Wiebbe Hayes ke pulau-pulau lain dengan alasan mencari air tawar, padahal tujuannya adalah untuk membuang mereka1. Dengan bantuan para pengikutnya, dia kemudian melakukan pembantaian yang berlangsung selama beberapa minggu dan menewaskan sekitar 125 orang, termasuk wanita, anak-anak, dan bayi; beberapa wanita disekap sebagai budak seksual, salah satunya adalah Lucretia Jans yang diperebutkan oleh Cornelisz.
Sementara itu, kelompok Hayes ternyata menemukan air tawar dan setelah mengetahui kekejaman Cornelisz, mereka berperang melawan kelompoknya. Pada bulan Oktober 1629, ketika pertempuran terakhir sedang berlangsung, mereka dikejutkan oleh kedatangan Pelsaert dengan kapal penyelamat Sardam.
Pelsaert kemudian mengadili dan menghukum mati Cornelisz dan enam orang lainnya, yang menjadi orang Eropa pertama yang dieksekusi secara legal di Australia. Dua orang lainnya yang terlibat dalam kejahatan ringan ditinggalkan di daratan Australia, sehingga menjadi penduduk Eropa pertama di benua tersebut. Dari 341 orang yang awalnya ada di kapal Batavia, hanya 122 orang yang berhasil sampai ke Batavia.
Peninggalan Kapal Batavia
Kapal Batavia yang karam ditemukan kembali pada tahun 1963 oleh seorang penyelam amatir bernama Hugh Edwards. Sejak itu, banyak artefak yang berhasil diselamatkan dari kapal tersebut, termasuk meriam, perhiasan, dan koin emas. Artefak-artefak ini sekarang dipamerkan di Museum Maritim Australia Barat di Fremantle.
Harta dan koin yang tenggelam bersama kapal Batavia diperkirakan bernilai sekitar 250.000 gulden Belanda, yang setara dengan sekitar 12 juta dolar Australia saat ini. Harta dan koin tersebut terdiri dari perak, emas, perhiasan, permata, dan barang-barang mewah lainnya yang dimaksudkan untuk diperdagangkan di Hindia Timur Belanda.Sebagian besar harta dan koin tersebut masih berada di dasar laut, meskipun beberapa telah diselamatkan oleh para penyelam dan arkeolog. Salah satu penemuan terbesar adalah pada tahun 1972, ketika seorang penyelam amatir bernama Max Cramer menemukan sekitar 6.000 koin perak Spanyol di dekat lokasi kapal karam. Koin-koin tersebut kemudian dibeli oleh Museum Maritim Australia Barat dan dipamerkan di sana.
Pada saat ini, replika dari kapal Batavia ini bisa dilihat langsung di Lelystad, Belanda. Rekonstruksi kapal Batavia ini dilakukan dengan sejumlah bahan tradisional dan teknik pembuatan yang sesuai zamannya.