Menilik Kehebatan Kapal Laut Buatan Rembang yang Mendunia Sejak Zaman Majapahit, Mampu Berlayar hingga Brazil
Menurut tutur pitutur sejarah, kapal-kapal buatan Dasun terkenal akan kualitasnya. Bahkan, kemampuan berlayar bisa hingga lintas benua di Brazil.
Cerita tentang kehebatan nenek moyang nusantara sebagai pelaut handal terpatri kuat di Desa Dasun, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang. Sekitar 600-700 tahun lalu, wilayah ini pernah dikenal sebagai pusat galangan kapal terbesar di pulau Jawa yang telah mendunia.
Kala itu masih berlangsung kekuasaan Kerajaan Majapahit, sebagian besar wilayah tengah hingga timur Jawa merupakan daerah kekuasaannya. Daun menjadi salah satu di antaranya, sebagai penunjang kekuatan armada laut mereka.
-
Mengapa Wisata Perahu Kalimas dibuat? Menurut pemerintah Kota Surabaya, wisata ini diharapkan akan menjadi daya tarik wisatawan domestik yang bisa meningkatkan ekonomi sekitar.
-
Di mana galangan kapal terbesar dan tertua di dunia ditemukan? Galangan kapal ini berasal dari Zaman Perunggu, ditemukan pada 2015 di distrik Silifke, Mersin, di lepas pantai Pulau Dana, Turki selatan.
-
Kapal apa yang dipakai untuk berlayar di laut Nusantara? Moda transportasi utama dalam mengarungi lautan Nusantaraadalah kapal. Jenis kapal paling terkenal adalah jung.
-
Kapan galangan kapal ini digunakan? Galangan kapal ini berasal dari Zaman Perunggu, ditemukan pada 2015 di distrik Silifke, Mersin, di lepas pantai Pulau Dana, Turki selatan.
-
Kapan sampan kuno itu dibuat? Berdasarkan analisis radiokarbon, perahu ini diperkirakan berasal dari antara tahun 750 hingga 520 SM, periode di mana belum ada desa-desa di sekitar danau tersebut.
-
Kapan sampan ini ditemukan? Sampan kayu sepanjang 9 meter ini, ditemukan pada 2001 oleh para pencari logam di Carpow, Skotlandia, di area Estuari Perth dan Tay, ketika air sungai surut.
Di masanya, setiap hari bersandar ratusan kapal yang dibuat oleh warga Dasun. Tak sekedar pintar menciptakan, karena para ahli turut mampu memperbaiki kerusakan teknis hingga bisa kembali dioperasikan.
Menurut tutur pitutur sejarah, kapal-kapal buatan Dasun terkenal akan kualitasnya. Bahkan, kemampuan berlayar bisa hingga lintas benua di Brazil. Itulah mengapa, penjelajah Portugis, Tome Pires sempat menaruh perhatian akan kehebatan warga setempat dalam memproduksi kapal di dalam catatan perjalanannya.
Selengkapnya tentang kehebatan kapal laut buatan Dasun yang mendunia.
Kala Tome Pires Kagum dengan Galangan Kapal Dasun
Dalam buku “Dasun: Jejak Langkah dan Visi Kemajuannya” karya Exsan Ali Setyonugroho, disebutkan bahwa banyak bangsa barat yang kagum akan armada laut dari masyarakat timur. Daerah ini, salah satunya termasuk Indonesia yang ia masukkan ke dalam catatan sejarah penting dunia berjudul Suma Oriental.
Pada abad ke-16, Tome Pires melakukan penjelajahannya dan singgah di wilayah pesisir utara Jawa mulai dari Cheroboam (Cirebon), Japura Locarj (Losari), Tetegual (Tegal), Camaram (Semarang) terus ke timur hingga sampai ke Ramee (Rembang-Jepara).
Sampai di wilayah tersebut, ia melihat bahwa negeri Nusantara kaya dengan hasil alam seperti beras dan kayu. Kayu-kayu tersebut kualitasnya sangat baik, karena berasal dari pohon jati. Warga di Ramee memanfaatkannya untuk memajukan industri kapal.
“Negeri ini menghasilkan beras dalam jumlah besar, serta kayu untuk bahan baku Jung (kapal). Dulu mereka selalu membuat Jung dari kayu tua, namun kini tidak lagi,” kata Pires, dalam Suma Oriental.
Mampu Membuat Kapal Perang
Jenis kapal yang dibuat oleh warga Dasun mulanya merupakan kapal barang. Namun, ketika itu Kerajaan Majapahit dan Demak banyak memesannya sebagai armada laut untuk berperang dengan bangsa asing.
Salah satu yang menjadi pelanggan kapal dari Dasun adalah Kerajaan Demak. Menurut sejarah, sang raja Pati Unus memesan sekitar 100 unit kapal untuk melakukan penyerangan terhadap Portugis di Malaka. Walau kemudian, mereka kalah namun semangatnya tak gentar dan kembali memesan kapal ke Dasun.
Selepas kalah, Pati Unus meminta dibuatkan kapal berlapis baja sebagai kenang-kenangan serangan tersebut.
“Ia kehilangan kapal-kapalnya dalam pertempuran melawan Malaka, di mana untuk mendukung rencana Pate Unus (ejaan Pires) dengan cara menempatkan kapal-kapal dalam armada perang tersebut,” lanjut, Pires.
Mampu Buat Kapal Berat dan Kapal Lincah untuk Jelajah sampai Brazil
Exsan Ali, dalam catatan sejarah juga menemukan fakta bahwa kapal-kapal yang dibuat oleh warga Dasun sudah sangat canggih. Betapa tidak, pada abad ke-13 sampai 14 silam, kapal sudah mampu mengangkut muatan hingga 500 ton mati.
Ratusan gelondong kayu dikerjakan dengan sangat rapi oleh para tukang perahu di sana. Bahkan, kapal juga telah mampu berlayar melintasi samudera hingga sampai ke Brazil dan Ghana di era pra kolonial Eropa.
Setidaknya sampai abad tahun 1400-an silam, ada dua jenis kapal yang dibuat yakni Jong dan Pangajava. Jong merupakan kapal yang digunakan untuk berlayar penumpang dan kargo, sedangkan Pangajava merupakan kapal perang berbentuk ramping dengan bobot yang ringan.
“Kapal Pangajava berbentuk panjang dan ramping, dengan Haluan dan buritan yang sangat lancip. Ini dibuat ringan agar bisa bergerak cepat,” kata Exsan
Ciptakan Kapal dengan Meriam dan Mesin Uap
Walau sempat mengalami pasang surut, industri galangan kapal Dasun terus beradaptasi dengan kebutuhan zaman. Di masa kolonial Belanda, pesanan terus datang terutama dari para saudagar Eropa.
Kapal-kapal tersebut dibuat menyesuaikan kebutuha, termasuk untuk berperang di laut. Galangan di Dasun juga pernah menerima pesanan kapal dengan tambahan Meriam untuk serdadu laut Eropa.
Kemajuan juga terus berlangsung, sampai era VOC berakhir yakni di abad ke-19, di mana warga setempat mampu membuat dan memperbaiki kapal bermesin uap.
“Pada tahun 1813, galangan di Dasun telah mampu membuat kapal layar cepat dan kapal Meriam. Meskipun mengalami penurunan di tahun 1853, namun galangan kembali berhasil membuat kapal bertenaga uap bersilinder, dengan kekuatan sebesar 30 tenaga kuda,” tambah Exsan.
Jejaknya Hilang Setelah Masa Kolonial Jepang
Sayangnya, kejayaan kapal buatan Dasun benar-benar hilang setelah masa kolonial Jepang. Padahal ketika itu, Jepang membantu industri tetap hidup. Namun, ketika masuk perang revolusi di masa agresi militer Belanda upaya kolonialisasi kembali dilakukan Eropa.
Mereka merebut berbagai sektor yang ada di Indonesia untuk kembali dikuasai, termasuk galangan kapal Dasun. Karena warga marah, para tentara republik akhirnya membumi hanguskan galangan tersebut hingga tak bersisa.
Saat ini, galangan kapal sudah dimanfaatkan warga untuk kegiatan peternakan ikan (tambak).
“Akhirnya pada awal tahun 1949, saat Agresi Militer Belanda berkecamuk di Indonesia, galangan kapal Dasun dibumi hanguskan oleh tentara republik. Kemudian, berakhirlah kisah galangan kapal Dasun yang sejak Majapahit telah menjadi salah satu tumpuan pasukan maritime Gajah Mada untuk mempersatukan nusantara,” tambah Exsan