Mengulik Gambaran Demak dalam Catatan Tome Pires, Kota Terkaya di Pesisir Jawa
Demak masa lalu merupakan kota pelabuhan yang sangat berpengaruh di pesisir Jawa.
Demak masa lalu merupakan kota pelabuhan yang sangat berpengaruh di pesisir Jawa.
Mengulik Gambaran Demak dalam Catatan Tome Pires, Kota Terkaya di Pesisir Jawa
Demak masa kini merupakan sebuah wilayah kabupaten yang terletak di pesisir utara Jawa, tepatnya persis berada di sebelah timur Kota Semarang. Wilayah itu dijuluki “bumi para wali” mengingat berdasarkan sejarahnya di tempat itulah para wali penyebar agama Islam memulai misinya dalam berdakwah.
Melalui bukunya yang berjudul Suma Oriental, penjelajah Tome Pires menyebut bahwa pada abad ke-16, Demak telah tumbuh sebagai kota besar. Saat itu Kota Demak ramai disambangi orang-orang asing seperti orang Persia, Arab, Gujarat, Melayu, dan Cina. Kota itupun tumbuh menjadi salah satu kota terkaya di pesisir utara Pulau Jawa.
-
Apa yang terjadi di Demak? Pada Sabtu (24/2) kemarin, pemilu susulan digelar di lokasi terdampak banjir besar Demak.
-
Kenapa Demak penting di masa Hindu? Arkeolog Aris Munandar menduga, pada masa Hindu wilayah Demak dan sekitarnya sudah berkembang menjadi kota-kota dagang hingga di ujung masa klasik.
-
Di mana banjir Demak terjadi? Banjir besar yang menerjang wilayah Demak terjadi sejak Kamis (8/2).
-
Kapan Kerajaan Demak menjadi kekuatan besar? Lalu pada abad ke-16, Demak muncul sebagai salah satu kekuatan besar dengan adanya kerajaan Islam pertama di pulau Jawa.
-
Apa dampak banjir Demak? Akibatnya banjir meluas hingga ke desa lain seperti Desa Undaan Lor, Undaan Kidul, Karanganyar, dan Wonorejo. Bahkan akibat banjir, jalur pantura lumpuh total dan tergenang air sepanjang 2 km di wilayah Kecamatan Karanganyar dengan ketinggian lebih dari dua meter.
-
Apa saja dampak banjir Demak? Tak hanya itu, sejauh ini tercatat ada tiga orang meninggal dunia akibat bencana ini yaitu seorang wanita lansia, seorang pemuda usia 16 tahun, dan seorang balita berusia 18 bulan.
Orang-orang asing yang datang pada umumnya adalah para saudagar. Sebagian dari mereka memutuskan menetap dan kawin dengan orang sekitar. Sarana peribadatan, terutama masjid, makin banyak ditemui di Demak.
Keterangan secara umum mengenai komoditi yang diperdagangkan di Demak dapat diketahui dari catatan Tome Pires. Ia menulis komoditi utama yang menjadi ekspor Kerajaan Demak adalah beras dan bahan-bahan makanan lainnya.
Sementara tempat tujuan ekspor itu adalah Malaka.
Hasil panen itu diangkut menggunakan kapal jenis jung dan pangajava. Dua jenis angkutan air itu memiliki ukuran cukup besar dan dapat masuk kategori perahu muatan barang atau kapal kargo.
Sementara itu, tidak dijelaskan jenis barang yang didatangkan dari negeri asing. Namun secara umum dikatakan bahwa barang dagangan dikonsumsi dalam jumlah besar di negeri itu yang berasal dari Gujarat, Keling, Cina, dan Bengala.
Sedangkan soal luas wilayahnya, Pires menyebutkan bahwa wilayah Demak tergolong besar jika dibanding kota-kota pantai di sekitarnya. Jumlah rumahnya mencapai 8.000-1.000 bangunan. Jika diandaikan setiap rumah terdiri dari 5 orang, maka jumlah penduduk Demak saat itu mencapai 40.000 hingga 50.000 jiwa.
Pada saat itu, Demak juga menjadi tempat penimbunan komoditi perdagangan padi yang berasal dari daerah-daerah di sekitarnya. Peran kota itu semakin penting setelah Juwana yang terletak di sebelah timur, dihancurkan oleh Majapahit sekitar tahun 1513.
Sebuah peta kuno juga memperlihatkan bahwa Demak menjadi simpul penting dalam arus lalu lintas perdagangan rempah. Dalam peta itu, terdapat beberapa kota dengan menara berwarna merah di antaranya Banten, Daramayo (Indramayu), Dama (Demak), dan Iapara (Jepara).