Kisah Perdagangan Kain Belacu di Jambi pada Abad 17, Komoditas Bernilai Tinggi di Tanah Sumatra
Pada abad ke-13 Kota Jambi sudah terkenal sebagai pelabuhan ekspor tekstil.
Pada abad ke-13 Kota Jambi sudah terkenal sebagai pelabuhan ekspor tekstil.
Kisah Perdagangan Kain Belacu di Jambi pada Abad 17, Komoditas Bernilai Tinggi di Tanah Sumatra
Kedatangan Pedagang Inggris
Pada abad 17, pedagang Inggris mulai berdatangan ke Hindia Timur atau Nusantara untuk mencari peruntungan..
Namun ketika para pedagang tiba di wilayah Sumatra, tepatnya di sekitar Sungai Batanghari, mereka menyadari bahwa komoditas rempah sudah sepi peminat.
-
Bagaimana perdagangan rempah dilakukan di Palembang? Melalui Sungai Musi inilah perdagangan mulai terjalin, bahkan hingga terjadi percampuran budaya dengan masyarakat setempat.
-
Rempah apa yang paling dicari pedagang asing di Sumatra? Salah satu komoditas unggulan yang begitu dicari oleh pedagang asing adalah lada.
-
Apa komoditas perdagangan utama di Pariaman? Di Pariaman, dulunya wilayah ini cukup terkenal dengan aktivitas perdagangan komoditas berupa lada, emas, dan berbagai hasil perkebunan dari pelosok daerah.
-
Dimana perdagangan kapur barus berlangsung? Perdagangan kapur barus di Tapanuli, Sumatera Utara sudah berlangsung sejak abad ke-2 Masehi dan menjadi salah satu komoditi penting atau 'emas'.
-
Apa yang dihasilkan dari timur dan diperjualbelikan di Juwana? Di Pelabuhan Juwana inilah, dulu hasil alam dari timur berupa rempah masuk dan diperjual belikan pada masyarakat sekitar.
-
Produk apa yang paling dicari di Sumatera dan Jawa? Dimulai dari ujung Barat Indonesia, berbagai produk Fashion seperti Celana Perempuan, dan Batik menjadi ragam produk lokal yang paling banyak dibeli masyarakat seiring pesatnya perkembangan tren fashion di dua pulau ini.
Kain Belacu dari Gujarat
Bagi pedagang lokal, komoditas yang diangkut oleh pedagang Inggris berupa kain wol yang menjadi andalan justru tidak laku.
Para pedagang Nusantara yang memiliki stok rempah melimpah justru lebih tertarik pada produk yang dibawa oleh pedagang Gujarat yaitu kain belacu atau calico dan garam Cina (kalium nitrat).
Kondisi ini membuat Inggris melalui kantor dagangnya, EIC, segera membuat pabrik-pabrik tekstil kelas rendah di beberapa tempat di India.
Temukan Halangan
Melansir dari indonesia.go.id, posisi Inggris dalam dunia perdagangan pada abad ke-17 saat itu menemui banyak kendala, di mana yang paling utama adalah kurangnya modal.
Kendala lainnya adalah adanya wabah yang melanda sehingga situasi perdagangan menjadi berantakan. Maka dari itu, kondisi Inggris dan Belanda sempat mengalami gonjang-ganjing.
Kendala tersebut dibarengi dengan peran raja-raja lokal yang menjadi musuh utama Inggris. Kekuasaan pedagang lokal di Nusantara cukup hebat dalam mengeksploitasi pangsa pasar.
Tingkat kehalusan masing-masing kain juga tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku di pasar.
Aktivitas perdagangan Inggris di Nusantara pun mengalami kekacauan mulai dari tubuh perserikatan dagangnya sampai komoditas yang dijual juga tidak ada harganya.
Jambi Kota Strategis
Pada abad 17, Kota Jambi menjadi lokasi Pelabuhan Sungai Batanghari yang letaknya cukup strategis sebagai perantara antara pedagang India dan Cina. Bahkan, sekitar abad ke-7 dan abad ke-9 utusan dari Jambi sudah berkunjung ke sana.
Pada abad ke-13 Kota Jambi sudah terkenal sebagai pelabuhan ekspor tekstil. Biasanya barang yang dibarter dengan kain impor adalah berbagai jenis getah pohon, cengkeh, hingga kapulaga.
Pedagang Gujarat menjadi "perantara" dengan negara-negara di bagian Pantai Timur Afrika seperti Yaman dan Mesir. Beberapa kain yang bernilai tinggi pun menjadi aksesoris masyarakat lokal dan menjadi hiasan.
Komoditas Lada
Di samping populernya kain belacu di tanah Sumatra, komoditas lada di Jambi memiliki peran yang cukup penting. Namun, lada sendiri bukan ditanam di Jambi, melainkan diboyong oleh pelancong dari negara India. (Pixabay)
Jambi juga menjadi sumber utama lada, karena didatangkan langsung dari dataran tinggi Minangkabau yang diangkut menggunakan kapal melewati Sungai Batanghari untuk melakukan transaksi dengan pedagang Inggris dan juga Belanda.Belajar dari pengalaman, Inggris akhirnya berhasil mendirikan pabrik dan gudang untuk menyimpan stok kain yang berharga dan bisa mengolah hasil lada, meski kedudukan perdagangan masih dikuasai seutuhnya oleh Belanda.