Kilas Balik Pelabuhan Belawan Tempo Dulu, Jadi Pelabuhan Terbesar di Hindia Belanda
Pada tahun 1983, pPelabuhan ini dinobatkan jadi pelabuhan terbesar di Hindia Belanda.
Kawasan Sumatera Timur dulunya menjadi sentra perdagangan dari berbagai daerah dan negara melalui jalur laut.
Kilas Balik Pelabuhan Belawan Tempo Dulu, Jadi Pelabuhan Terbesar di Hindia Belanda
Pulau Sumatera tempo dulu merupakan wilayah yang cukup strategis dalam jalur perdagangan.
Pelabuhan menjadi tempat berlangsungnya pertukaran barang maupun jasa dari berbagai negara dan memiliki peranan penting pada saat itu.
-
Kenapa Pelabuhan Muara penting bagi Belanda? Keberadaan Pelabuhan Muara di Kota Padang cukup dirasakan dampaknya oleh pemerintah Hindia-Belanda. Pasalnya, pelabuhan ini dan pelabuhan Reede Pulau Pisang menjadi tempat berlangsungnya kegiatan ekspor-impor maupun pelayaran.
-
Mengapa Pelabuhan Buleleng jadi situs sejarah? Karena terletak di ujung utara, pelabuhan tersebut menjadi pusat lalu lintas Pulau Bali dari luar pulau bahkan luar negeri. Sekarang, pelabuhan Buleleng menjadi situs wisata sejarah yang bisa dikunjungi para wisatawan dengan banyaknya monumen bersejarah di sekitar pelabuhan.
-
Apa peran Pelabuhan Muara di masa lampau? Pelabuhan Muara atau Muaro memiliki peran penting dan menjadi pelabuhan tertua di Kota Padang. Pelabuhan ini dibangun di sebuah kawasan yang secara tradisi telah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk tempat bersandarna kapal-kapal lokal.
-
Dimana lokasi pelabuhan Cirebon tempo dulu? Gambar: bekas pelabuhan Muara Jati Cirebon yang dulu jadi salah satu pemasok rempah.
-
Mengapa Belanda membuka Sabang sebagai dermaga? Karena kealamian pelabuhan dengan perairan yang dalam dan terlindungi alam dengan baik, pemerintah Hindia Belanda pada saat itu memutuskan untuk membuka Sabang sebagai dermaga yang mulai beroperasi pada 1881.
-
Dulu, di mana kapal-kapal dari Sungai Bengawan Solo bersandar? Sebelum memasuki kawasan perdagangan, kapal-kapal dari Sungai Bengawan Solo bersandar dulu di Gandekan
Labuhan Deli adalah tempat tersohor di Sumatera Timur yang menjadi cikal bakal lahirnya Pelabuhan Belawan. Dulunya, kawasan tersebut berada di bawah kekuasaan pemerintah Kerajaan Deli yang begitu makmur.
Pelabuhan inilah menjadi saksi perdagangan komoditas dari berbagai daerah di Nusantara yang akan dikirim hingga ke negara-negara Eropa sana.
Bahkan, banyak imigran mancanegara yang datang ke Labuhan Deli hanya sekedar untuk berdagang.
Berlangsung Sejak 1890
Melansir dari beberapa sumber, Pelabuhan Deli dibangun pada tahun 1890-an yang berfungsi untuk kapal-kapal besar bisa bersandar sehingga bisa memindahkan komoditas seperti tembakau dan rempah-rempah dari kereta.
Aktivitas perdagangan di Labuhan Deli semakin ramai hingga puncaknya pada awal abad 20 yang terbuka untuk para pedagang Pribumi dan imigran mancanegara, salah satunya pedagang asal Tiongkok untuk menjual berbagai macam komoditi.Lambat laun, Labuhan Deli berkembang dan namanya makin dikenal oleh para pedagang diseluruh seantro negeri. Pelabuhan ini memegang peran penting dalam menghubungkan jalur perdagangan lokal hingga antar benua.
Tak dipungkiri, kawasan Deli semakin terkenal dan "viral" pada saat itu. Banyak pedagang-pedangan yang nekat mengadu nasib dan menjual komoditas yang mereka miliki di tempat ini.
Pindah Lokasi
Pada tahun 1915, Labuhan Deli harus dipindahkan menuju Belawan yang letaknya berada tepat di tepi Sungai Belawan. Pemindahan ini disebabkan Sungai Deli semakin dangkal dan menyulitkan kapal-kapal besar untuk bersandar.
Sejak saat itu, pihak kolonial Belanda mulai memanfaatkan Pelabuhan Belawan untuk bersandar kapal-kapal besar yang membawa sebagian besar komoditi dari Nusantara ke luar negeri.
Pelabuhan Terbesar
Pelabuhan Belawan pun semakin berkembang dari waktu ke waktu. Intensitas kapal-kapal bersandar di sana semakin meningkat. Sampai akhirnya pada tahun 1938, Pelabuhan ini dinobatkan menjadi pelabuhan terbesar di Hindia Belanda.
Aktivitas kapal-kapal besar yang bersandar di Pelabuhan Belawan semakin meningkat, tentunya kawasan Belawan menjadi begitu makmur. Banyak sekali pertukaran barang dan jasa di tempat ini.
Namun sayang pada tahun 1940-1942, kegiatan ekspor terhenti karena kerap sekali mendapatkan serangan bom dari pesawat-pesawat milik tentara Jepang.