Asal Usul Pelabuhan Merak Banten, Dulu Dipakai Belanda untuk Redam Pemberontakan Rakyat
Begini cerita awal pelabuhan Merak yng dipakai Belanda untuk meredam pemberontakan rakyat.
Begini cerita awal pelabuhan Merak yng dipakai Belanda untuk meredam pemberontakan rakyat.
Asal Usul Pelabuhan Merak Banten, Dulu Dipakai Belanda untuk Redam Pemberontakan Rakyat
Sabtu (6/4), antrean sejauh 8 kilometer terjadi di Tol Tangerang menuju Pelabuhan Merak. Kendaraan didominasi para pemudik yang hendak pulang kampung menuju Pulau Sumatera melalui penyeberangan selat Sunda.
Selama musim mudik lebaran, pelabuhan Merak memang jadi lokasi penyeberangan utama antar Jawa dengan Sumatera melalui jalur darat.
-
Apa yang terjadi di Pelabuhan Merak? Kepadatan mulai terjadi di kawasan Pelabuhan Merak, Banten, oleh rombongan pemudik yang ingin berpergian lewat jalur laut.
-
Kapan Belanda pertama kali datang ke Banten? Dilandir dari laman bataviadigital.perpusnas.go.id, pasukan Belanda mulanya mendarat di Pelabuhan Banten pada 1596.
-
Mengapa Belanda membangun pertahanan di Banten? Meriam tersebut turut menggambarkan adanya jejak pertahanan militer di wilayah perairan laut Jawa, di mana ketika itu Daendels membangun antisipasi militer di selat Sunda untuk menghalau pasukan Inggris.
-
Kenapa Belanda menguasai wilayah Batak? Selain menguasai wilayah, Belanda pun juga membawa pengaruh budaya baru, yaitu penyebaran agama kristen yang tergabung dalam gerakan Rijnsche Zending dan tokoh penyebarannya yaitu Nommensen.
-
Kenapa Pelabuhan Muara penting bagi Belanda? Keberadaan Pelabuhan Muara di Kota Padang cukup dirasakan dampaknya oleh pemerintah Hindia-Belanda. Pasalnya, pelabuhan ini dan pelabuhan Reede Pulau Pisang menjadi tempat berlangsungnya kegiatan ekspor-impor maupun pelayaran.
-
Mengapa Pelabuhan Buleleng jadi situs sejarah? Karena terletak di ujung utara, pelabuhan tersebut menjadi pusat lalu lintas Pulau Bali dari luar pulau bahkan luar negeri. Sekarang, pelabuhan Buleleng menjadi situs wisata sejarah yang bisa dikunjungi para wisatawan dengan banyaknya monumen bersejarah di sekitar pelabuhan.
Namun bagaimana sejarah pelabuhan ini? Konon pelabuhan Merak memang disiapkan pemerintah Belanda untuk menyambung akses antar pulau.
Di samping membantu mobilitas angkutan barang dari Jawa ke Sumatera dan sebaliknya, ada juga motif politis yakni untuk meredam pemberontakan rakyat.
Selain itu, pelabuhan Merak juga sempat berangkat dari sebuah dermaga sederhana dari pohon kelapa karena keterbatasan teknologi di masa silam.
Sampai sekarang, pelabuhan ini jadi salah satu yang tersibuk untuk melayani penyeberangan antar pulau terutama di musim mudik lebaran seperti sekarang.
Yuk intip sekilas tentang sejarah pelabuhan Merak yang sudah ada sejak 1912 silam.
Dibangun untuk Pemerataan Ekonomi di Sumatera
Mengutip tulisan Halwi Dahlan dari Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung berjudul Pelabuhan Penyeberangan Merak menyebutkan bahwa peran pelabuhan Merak mulanya untuk pemerataan ekonomi di wilayah pulau Sumatera.
Kala itu, pengiriman bahan makanan, industri sampai sandang mengalami kesulitan sebelum adanya pelabuhan. Namun dibangunnya pelabuhan Merak, kegiatan pengiriman barang menjadi tepat waktu.
“Kebutuhan sandang dan pangan diangkut berdasarkan kebutuhan timbal balik antara Batavia dengan Sumatera,” kata Halwi
Membuka Kerja Sama Dagang
Tak dipungkiri, kerja sama dagang memerlukan akses pendistribusian komoditas yang dijajakan. Selain mudah menjangkau pasar, akses ini juga memudahkan terserapnya barang jualan yang kala itu masih didominasi rempah dan kain.
Adanya pelabuhan Merak di abad ke-20 seakan membantu para pedagang untuk tetap betah berjualan di pulau Jawa dan Sumatera karena barang mereka mampu termobilisasi dengan baik ke pembelinya.
“Pelabuhan Merak pertama kali dioperasikan pada tahun 19121 oleh pemerintah Hindia Belanda dengan tujuan menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera,” ujarnya
Meredam Pemberontakan Rakyat
Selain berperan di sektor ekonomi, Belanda rupanya memiliki tujuan terselubung dalam membangun pelabuhan Merak.
Jika sebelum ada pelabuhan, mobilitas antar pulau bisa dilakukan tanpa terbatas, namun saat ada pelabuhan Merak maka hal tersebut sudah tidak dibebaskan.
Pemerintah Belanda melalui jawatan penyeberangan membatasi orang-orang dari Jawa maupun Sumatera untuk menyeberang. Yang boleh melintas hanyalah warga sipil yang tidak punya pengaruh di masyarakat.
Hanya kalangan non politik dan yang dipercaya oleh pemerintah Belanda yang boleh menyeberang antar pulau. Ini untuk menghindari bersatunya rakyat dari aspek sosial, politik dan pemberontakan untuk melawan Belanda.
“Masyarakat pribumi yang dapat menyeberang menggunakan fasilitas pelabuhan hanya mereka yang mendapat izin dari pemerintah Hindia Belanda itupun dengan ketentuan yang sangat ketat,” katanya.
Pernah Menggunakan Pohon Kelapa
Di awal kemerdekaan, pelabuhan Merak juga pernah mengalami masa-masa kritis.
Ketika itu terjadi pendangkalan di kawasan selat Sunda yang di dalamnya termasuk pantai Merak yang dipenuhi pasir.
Dari sini, kapal-kapal besar diharuskan berlabuh di jarak yang cukup jauh dari dermaga yang sudah ada.
Ketika itu pihak pengelola yakni PJKA (perusahaan jawatan kereta api) yang juga menaungi transportasi penyeberangan kewalahan karena belum memiliki peralatan yang menunjang aktivitas pelabuhan
Akhirnya, dermaga darurat dibuat menggunakan pohon kelapa dengan harapan bisa membantu mobilitas antar pulau.
“Pelabuhan Merak waktu masih di bawah PJKA menggunakan batang-batang kelapa sebagai dermaga karena kapal-kapal penyeberangan tidak dapat merapat sebab dangkalnya pantai Merak,” tambahnya.