Istilah "Masuk Angin" Sering Digunakan Namun Mengapa Tak Tergolong Kondisi Medis?
Istilah "masuk angin" sering dipakai untuk menyebut kondisi tubuh yang kurang sehat. Namun, dalam dunia medis, istilah ini tidak dianggap sebagai penyakit.
Masuk angin adalah istilah yang sering dipakai oleh masyarakat Indonesia untuk menggambarkan kondisi tubuh yang kurang sehat. Namun, istilah ini tidak diakui dalam dunia medis. Menurut dr. Rianti Maharani, M.Si, AIFO-K, seorang dokter yang ahli dalam bidang jamu dan herbal medik, kondisi yang disebut masuk angin sebenarnya mencerminkan sekumpulan gejala atau sindrom yang muncul akibat berbagai penyebab. "Nah, ketika kita mengalami yang namanya sakit kepala, pusing, kadang-kadang sakit kepala dan pusing itu beda, kemudian ada demam, jadi greges itu kan mulai gejala tanda demam. Kemudian ada juga pilek, batuk," ungkap dr. Rianti dalam konferensi pers di Jakarta pada Kamis, 12 Desember 2024.
"Jadi sebetulnya itu adalah tanda, alarm tubuh kita kalau kita sedang tidak baik-baik saja. I'm not okay, secara fisik maupun mental," tambahnya. Menurut penjelasannya, munculnya alarm dari tubuh dapat dipicu oleh kelelahan atau perjalanan yang melelahkan. Perubahan suhu atau cuaca yang mendadak juga dapat memicu tubuh untuk beradaptasi. "Proses adaptasi itu kadang-kadang mengarah pada peradangan. Jadi ini sebenarnya cuma gejala bahwa ada yang tidak fit," jelas dr. Rianti.
-
Apa pengertian masuk angin? Menurut KBBI, masuk angin artinya adalah sakit meriang.
-
Apa yang dimaksud dengan masuk angin? Masuk angin adalah istilah yang umum digunakan untuk menggambarkan sejumlah gejala yang muncul pada tubuh, terutama di bagian perut dan saluran pencernaan, akibat perubahan cuaca atau faktor lainnya.
-
Kenapa masuk angin terjadi? Masuk angin sendiri sebenarnya adalah saat tubuhmu dipenuhi dengan gas yang diproduksi secara berlebih oleh lambung.
-
Kapan masuk angin biasanya terjadi? Kondisi cuaca beberapa hari belakangan membuat malam hari terasa dingin dengan tiupan angin yang cukup kencang. Kondisi ini bisa membuat kita rentan mengalami masuk angin. Terutama saat malam hari, masuk angin bisa mengganggu tidur dan kualitas istirahat kita.
-
Apa saja gejala masuk angin? Gejala masuk angin umumnya tidak serius, tetapi dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Beberapa gejala yang umum terjadi meliputi: - Pusing- Demam- Perut kembung- Mual- Radang tenggorokan- Pilek dan hidung tersumbat- Batuk- Lemas-Nyeri otot dan sendi- Diare- Cenderung sering buang gas.
Lebih lanjut, dr. Rianti menekankan bahwa istilah masuk angin bukanlah nama dari suatu penyakit tertentu. Namun, jika tidak segera ditangani, kondisi ini bisa berkembang menjadi penyakit yang lebih serius. "Contoh, pilek, batuk, bisa merambat jadi ISPA. Nah, itu makanya harus ditangani segera sebelum berlanjut," tambahnya. Dr. Rianti berkomitmen untuk terus memberikan dukungan dan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya memanfaatkan pengobatan herbal. Menurutnya, pengobatan herbal dapat membantu meningkatkan kesehatan dan mengatasi gejala-gejala tersebut dengan lebih baik.
Farhana Nariswari, Puteri Indonesia 2023, menceritakan pengalamannya menghadapi masalah kesehatan ketika tidak dalam kondisi prima. Untuk mengatasi situasi tersebut, ia mengikuti saran dari dokter, yaitu dengan beristirahat dan memperhatikan asupan makanan, alih-alih langsung mengonsumsi obat. dr. Rianti mendukung pendapat dokter yang merawat Farhana. Ia menjelaskan bahwa tubuh memiliki sistem pertahanan yang dapat memulihkan diri dengan istirahat yang cukup serta pemenuhan nutrisi yang tepat. Namun, ia juga mengamati bahwa terkadang daya tahan tubuh dapat menurun.
"Kadang-kadang daya tahan tubuh lemah karena aktivitas yang padat dan kurangnya waktu untuk beristirahat, sehingga kita bisa jatuh sakit. Namun, ada banyak potensi herbal yang dapat kita manfaatkan untuk meredakan gejala tersebut. Kita dapat belajar dari nenek moyang kita yang pada masanya belum mengenal obat modern. Herbal ini telah teruji selama lebih dari tujuh generasi," ungkap dr. Rianti. "Bukti empiris menunjukkan bahwa Indonesia sebelumnya telah menggunakan obat herbal, seperti jamu. Oleh karena itu, herbal ini memang sudah teruji secara turun-temurun. Kita seharusnya melestarikannya, terutama karena bersifat alami, yang mungkin memberikan efek lebih baik dalam proses pemulihan tubuh, terutama untuk mengatasi gejala awal masuk angin" tambahnya.
Beda Obat Herbal dan Obat yang Dijual di Apotek
Dr. Rianti menjelaskan bahwa terdapat perbedaan antara obat herbal dan obat yang dijual di apotek, di mana masing-masing memiliki manfaatnya sendiri. Ia percaya bahwa obat herbal mampu mengatasi berbagai keluhan yang dialami seseorang. "Kalau obat konvensional, kita mengenal satu nama obat untuk satu jenis keluhan. Betul, nggak? Misalnya, obat pilek. Ketika batuk, apakah obat pilek bisa digunakan? Tentu tidak. Kalau kita mengalami gejala batuk, pilek, dan demam, berarti ada tiga obat yang dibutuhkan, yakni obat batuk, obat pilek, dan obat demam," ungkap dr. Rianti.
Lebih lanjut, ia menambahkan, "Tapi dengan herbal, satu tanaman herbal bisa digunakan untuk mengatasi tiga keluhan sekaligus. Kenapa? Karena di dalam satu tanaman obat terdapat berbagai senyawa aktif. Contohnya jahe merah." Dr. Rianti juga menginformasikan bahwa jahe merah mengandung senyawa seperti gingerol dan shogaol yang memiliki banyak manfaat berdasarkan penelitian. Pertama, senyawa tersebut berfungsi sebagai anti-peradangan untuk mengatasi gejala awal peradangan tubuh seperti masuk angin. Kedua, jahe merah berperan sebagai immunomodulator atau peningkat daya tahan tubuh. Ketiga, ia dapat membantu meredakan keluhan batuk dan pilek.
PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) melalui anak perusahaannya, Kalbe Consumer Health, telah meluncurkan inovasi terbaru bernama Mixagrip Herbal Greges. Yogi Maringgi, selaku Head of Category di Kalbe Consumer Health, menjelaskan bahwa obat sirup herbal ini dirancang untuk mengatasi masalah masuk angin dengan mengandung bahan-bahan seperti jahe merah, biji adas, cabai jawa, daun mint, daun meniran, dan madu. "Market untuk gejala masuk angin ini sangat besar. Bahkan, seperti yang tadi terlihat, masuk angin lebih sering terjadi dibandingkan sakit lainnya. Jadi, pasar untuk itu sangat besar," ungkap Yogi. Ia juga menambahkan bahwa mereka telah melakukan riset dengan bertanya kepada generasi muda mengenai pengalaman mereka saat mengonsumsi obat untuk masuk angin.
Dalam penelitian tersebut, banyak yang merasakan ketidaknyamanan di tenggorokan, rasa pedas, dan beberapa dari mereka mencampurkan obat tersebut dengan teh hangat atau air hangat untuk membuat rasa lebih dapat ditoleransi dan memberikan kenyamanan bagi tenggorokan. Berdasarkan hasil riset ini, Mixagrip mengembangkan produk dengan rasa jahe, lemon, dan madu yang diharapkan dapat mendukung masyarakat untuk hidup lebih sehat. Setiap bahan yang digunakan tidak hanya berfungsi untuk meredakan gejala masuk angin, tetapi juga berperan dalam meningkatkan sistem imunitas dan menjaga daya tahan tubuh. "Bahan herbal ternyata nggak hanya kata-kata, tapi pembuktiannya sudah dilakukan melalui riset, misalnya jahe merah yang tak hanya mengatasi masuk angin namun dapat mengatasi gejala mual," tambah Rianti.