Menelusuri Jejak Kerajaan Aru, Penguasa Perairan di Sumatra Terkenal dengan Negeri Perompak
Kerajaan ini memiliki kekayaan alam dan tanah yang subur serta dikenal sebagai penguasa perairan di bagian utara Selat Malaka.
Kerajaan ini memiliki kekayaan alam dan tanah yang subur serta dikenal sebagai penguasa perairan di bagian utara Selat Malaka.
Menelusuri Jejak Kerajaan Aru, Penguasa Perairan di Sumatra Terkenal dengan Negeri Perompak
Kerajaan Aru merupakan sebuah kerajaan yang pernah berdiri dan sempat berkuasa di wilayah pesisir Timur Sumatra sekitar abad ke-13 sampai 16 masehi. Meski berkuasa dan salah satu kerajaan besar, namun keberadaannya dipandang buruk.
Kerajaan ini dikenal sebagai perompak atau bajak lautnya di perairan Sumatra khususnya di Selat Malaka. Selain berkuasa di daratan, Kerajaan Aru juga menguasai wilayah perairannya.
-
Apa nama lain untuk pulau Sumatera? Jauh sebelum Ibnu Batutah melakukan perjalanan, pulau ini memiliki beberapa julukan, yaitu Taprobana, Sumoltra, Zamoltra, hingga Al-Rammi.
-
Mengapa Paropo disebut 'Ranu Kumbolo'-nya Sumatra Utara? Paropo ini mirip dengan Danau Ranu Kumbolo yang ada di Gunung Semeru. Banyak orang bilang, Ranu Kumbolo adalah salah satu danau tercantik di Indonesia. Itulah kenapa Paropo sering disebut sebagai 'Ranu Kumbolo'-nya Sumatra Utara.
-
Siapa tokoh dalam legenda Pulau Kemaro? Mengutip dari keratonpalembang.com, Pulau Kemaro menjadi saksi kisah percintaan antar dua insan yaitu Siti Fatimah, anak Putri Raja Palembang dan anak Raja Cina bernama Tan Bun An.
-
Siapa pendiri Kerajaan Samudera Pasai? Kesultanan Samudera Pasai didirikan pada abad ke-13 yang dipimpin oleh seseorang yang saleh bernama Meurah Silu. Ia juga menjadi raja dari Kesultanan Samudera Pasai yang bergelar Sultan Malik Al-Saleh atau Malikulsaleh.
-
Kenapa pelabuhan Merak dibangun untuk pemerataan ekonomi di Sumatera? Kala itu, pengiriman bahan makanan, industri sampai sandang mengalami kesulitan sebelum adanya pelabuhan.
-
Mengapa Kesultanan Perlak terkenal? Wilayah Perlak cukup terkenal sebagai penghasil jenis kayu Perlak yang biasa digunakan untuk membuat kapal. Selain lokasi strategis, hasil alam di wilayah ini sangatlah melimpah, salah satunya kayu Perlak.
Secara umum, penduduk asli Aru masih menganut kepercayaan Animisme dan Hinduisme. Masih timbul pertanyaan di mana letak kota dari Kerajaan Aru ini. Ada yang menyebut jika berdasarkan temuan arkeologi, kerajaan ini sempat berpindah-pindah tempat.
Kerajaan Aru pun dipandang bukanlah sebuah kerajaan kecil, tempat ini dihuni banyak penduduk dan juga berderet kapal-kapal dipinggirannya. Simak jejak Kerajaan Aru yang dirangkum merdeka.com berikut ini.
Negeri Kaya Raya
Mengutip YouTube Jeringo, seorang pelaut Portugis bernama Tome Pires pernah menggambarkan sosok raja negeri Aru yang menjadi penguasa terbesar di Sumatra. Kerajaan ini juga menguasai aliran-aliran sungai di sekitar wilayahnya.
Dalam konteks materiel, Kerajaan Aru termasuk kaya raya, hal ini dikarenakan seluruh hasilnya berasal dari merompak kapal-kapal pedagang yang melintas. Mereka tak segan-segan untuk merampas semua benda yang bisa menjadi nilai jual.
Dikenal sebagai kerajaan perompak, citranya di kerajaan-kerajaan lain pun sangatlah buruk dan banyak musuhnya, tak terkecuali kerajaan tetangga, yaitu Malaka
Catatan Tome Pires pada Suma Oriental menyebut jika Kerajaan Aru tidak akan bisa hidup tanpa hasil dari merompak kapal lain. Alhasil, banyak sekali kerajaan yang tidak bisa berhubungan baik dengannya.
Hasil Bumi yang Melimpah
Di samping Kerajaan Aru yang terkenal dengan bajak lautnya, kerajaan ini memiliki potensi kekayaan alam yang begitu melimpah. Kerajaan ini salah satu penghasil beras terbaik di Nusantara.
Selain itu, wilayah Aru juga memiliki hasil alam berupa buah-buahan dan hewan ternak yang melimpah. Kerajaan Aru juga memiliki hasil hutan yang kaya, mulai dari rotan, madu, kamper, hingga kemenyan.
Kekayaan alam ini rupanya tidak dimanfaatkan dengan baik oleh Kerajaan Aru. Mereka cenderung mengandalkan sistem bajak laut dan perompak yang kemungkinan besar hasilnya bisa langsung dirasakan tanpa proses yang lama.
Ditakuti dan Disegani
Sebelumnya, Kerajaan Aru sempat menjadi negara perdagangan yang andal. Setelah runtuhnya Sriwijaya, banyak negeri jajahannya yang bebas dan terlibat perdagangan internasional, termasuk Kerajaan Aru.
Pada abad ke-14, mimpi buruk sempat menimpa Kerajaan Aru lantaran seluruh hasil bumi yang menjadi andalan pun gagal panen.
Dari situlah, pemimpin Kerajaan Aru mengubah strategi dari perdagangan menjadi perompak.
Letak geografis Kerajaan Aru yang berada di Deli Tua sangat menguntungkan mereka untuk melancarkan aksinya. Namanya pun sangatlah ditakuti dan juga dibenci oleh kerajaan di sekitarnya.
Masa Keruntuhan
Ketika Samudra Pasai dikalahkan oleh Portugis, Kerajaan Aru menjadi yang terkuat. Mereka juga menjalin hubungan baik dengan satu-satunya negara, yaitu Portugis.
Pamor dan kekuatan Aru mulai memudar ketika Kesultanan Aceh semakin berkembang, menjadi mimpi buruk bagi mereka. Saat Kesultanan Aceh menyerang Aru, sang pemimpin yang dibenci itu akhirnya terbunuh.
Pada abad ke-16, wilayah Kerajaan Aru ini hanya menjadi rebutan antara Kesultanan Aceh dan Johor. Setelah Sultan Iskandar Muda naik tahta, Kerajaan Aru pun berakhir. Ya, Kesultanan Aceh menggempur wilayah Aru dan akhirnya mereka berubah nama menjadi Kesultanan Deli.