Sosok Sultan Malikussaleh, Pemimpin Pertama Kesultanan Samudera Pasai
Sultan pertama Samudera Pasai ini konon menjadi raja pertama yang bisa membaca Al-Qur'an pada abad ke-13.
Sultan pertama Samudera Pasai ini konon menjadi raja pertama yang bisa membaca Al-Qur'an pada abad ke-13.
Sosok Sultan Malikussaleh, Pemimpin Pertama Kesultanan Samudera Pasai
Kesultanan Samudera Pasai merupakan salah satu kerajaan dengan corak Islam pertama di Indonesia yang terlatak di Provinsi Aceh. Dulunya kawasan ini cukup disegani dalam bidang pusat pengembangan Islam sekaligus sebagai tempat pusat perdagangan.
Kesultanan Samudera Pasai didirikan pada abad ke-13 yang dipimpin oleh seseorang yang saleh bernama Meurah Silu. Ia juga menjadi raja dari Kesultanan Samudera Pasai yang bergelar Sultan Malik Al-Saleh atau Malikulsaleh.
-
Siapa pemimpin pertama Maladewa? Orang pertama yang resmi berkuasa di Maladewa adalah seorang putra raja dari India, yang dikirim oleh ayahnya untuk memimpin kepulauan tersebut.
-
Siapa pemimpin pertama Kerajaan Mataram Kuno? Bukti pertama kali mengenai keberadaan Kerajaan Mataram Kuno berasal dari Prasasti Canggal. Kerajaan Mataram Kuno merupakan salah satu kerajaan termasyhur yang pernah berdiri di tanah Jawa.
-
Siapa pemimpin Kerajaan Sriwijaya pertama? Mengulik sedikit tentang sejarah, Kerajaan Sriwijaya berdiri pada tahun 7 masehi yang dipimpin oleh Dapunta Hyang Sri Janayasa atau Sri Janayasa sebagai raja pertamanya.
-
Siapa pendiri Sumatra Thawalib? Buah pemikiran modern itu terbentuklah Sumatra Thawalib yang menjadi sekolah Islam modern pertama yang berdiri di Indonesia.
-
Siapa pendiri Kerajaan Mataram Islam? Panembahan Senapati (Danang Sutawijaya atau Dananjaya) adalah pendiri Kerajaan Mataram Sultanate.
-
Siapa Gubernur Pertama Sumatra Utara? Jadi Gubernur Pertama sekaligus Ketua DPRD Sumatra Utara, Ini Sosok Putra Keturunan Batak Mandailing Namanya jarang dikenal banyak orang. Tetapi jasa besarnya memimpin Sumatra Utara pasca kemerdekaan patut diacungi jempol.
Tak hanya andal di bidang perdagangan, kerajaan ini juga pandai dan lihai dari menyebarkan ajaran-ajaran Islam. Para Sultan yang menduduki takhta kerajaan sangatlah taat kepada agama.
Saat ini, Malikussaleh dijadikan sebuah nama di berbagai tempat, seperti bandara, institut agama Islam negeri hingga perguruan tinggi.
Kunjungan Ibnu Batutah
Mengutip dari beberapa sumber, Ibnu Batuah yang merupakn seorang pengembara itu sempat mengunjungi Samudera Pasai pada abad 14. Ia melihat kapal Sultan Pasai sedang berada di Cina. Memang, pada catatan Cina menyebutkan bahwa utusan dari Samudera Pasai kerap datang untuk menyerahkan upeti.
Tak hanya itu, Ibnu Batutah juga terkagum-kagum dengan Samudera Pasai, karena siklus perdagangannya yang maju dan ditandai dengan alat pembayaran berupa mata uang emas.
Kemudian, ia dibuat tercengang dengan penemuan kota besar yang indah yang dikelilingi dengan dinding dan menara kayu.
Malikussaleh sebagai pendiri dari Kesultanan Samudera Pasai tentunya memiliki tangan yang ajaib. Ia juga menjadi sosok ikon peradaban masyarakat yang adil, sejalan dengan konsep syariah.
Tak heran jika Kesultanan Samudera Pasai sangat kental dengan budaya dan tradisi Islam yang sudah mengakar di dalam diri mereka.
Menikah Dengan Putri Kerajaan Perlak
Sultan Malikussaleh pun menikah dengan putri dari Kerajaan Perlak bernama Gangang Sari. Dari pernikahan itu mereka dikarunai seorang anak bernama Sultan Malik Az-Zahir I. Putranya inilah yang memegang peran penting untuk kelangsungan Kesultanan Samudera Pasai.
Ketika Sultan Malik Az-Zahir I memimpin kerajaan, Samudera Pasai mengalami masa keemasan. Ia menjadi pelopor yang mengenalkan pertama kali penggunaan emas di lingkungan kerajaan.
Warisan dari ayahnya itu terus berlanjut dan nama Samudera Pasai pun semakin terkenal di kalangan para pedagang. Wilayah ini menjadi salah satu pusat perdagangan dan peradaban di Nusantara.
Sosok Cendekiawan
Sultan Malikussaleh menjadi sosok yang berpengaruh dan cendekiawan karena beliaulah yang meletakkan nilai-nilai fundamental pada masa berdirinya Kerajaan Samudera Pasai. Bahkan sudah menjadi pusat penyebaran ajaran-ajaran agama Islam.
Tak hanya itu, Samudera Pasai juga memegang peranan penting dalam aktivitas perdagangan dari dan ke luar negeri. Pada saat itu, kerajaan ini terkenal dengan komoditas ladanya yang sekali ekspor hingga 10.000 bahara setiap tahunnya.
Selain itu, dengan tekad kuat Malikussaleh, kerajaan ini juga memberikan kedudukan istimewa kepada pedagang pulau Jawa, sehingga kedua belah pihak memiliki hubungan yang istimewa khususnya di bidang perdagangan.
Menyatukan Diri
Pada tahun 1511-1523, rantai warisan Kerajaan Samudera Pasai terhenti setelah diserang oleh tentara kolonial Portugis dan ditawan di Malaka.
Kemudian, putri Sultan Malikussaleh menikah dengan Sultan Kerajaan Aceh ke-13 bernama Sultan Alaidin Riyatsyah Al-Qahar. Atas pernikahan ini, Kesultanan Samudera Pasai akhirnya resmi menyatukan diri dengan Kerajaan Aceh Darussalam.