Mengenal Sejarah Dirham, Mata Uang Tertua yang Pernah jadi Alat Tukar Kerajaan Samudra Pasai
Mata uang emas ini sudah menjadi mata uang sejak zaman Kerajaan Samudra Pasai dan menjadi Dirham tertua yang pernah ada di Nusantara.
Mata uang emas ini sudah menjadi mata uang sejak zaman Kerajaan Samudra Pasai dan menjadi Dirham tertua yang pernah ada di Nusantara.
Mengenal Sejarah Dirham, Mata Uang Tertua yang Pernah jadi Alat Tukar Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudra Pasai merupakan salah satu kerajaan yang berada di wilayah Aceh. Secara geografis, kerajaan ini tepat berada di pesisir Utara Sumatra atau di sekitaran wilayah Lhokseumawe dan Kabupaten Aceh Utara.
Konon menurut para peneliti, Kerajaan Samudra Pasai ini sudah berdiri sejak tahun 1267 oleh Meurah Silu yang bergelar Sultan Malik as-Saleh. Kerajaan ini memiliki peristiwa sejarah yang cukup panjang, hal ini dibuktikan dengan beberapa penemuan makam-makam raja pada tahun 710 masehi.
-
Di mana kata 'duit' pertama kali dikenal? Berdasarkan katalog koleksi Museum Bank Indonesia dalam Lintasan Masa Numismatika Nusantara: Koleksi Museum Bank Indonesia (2015) sejarah kata ‘duit’ mulai dikenal pada masa kolonial Belanda.
-
Kapan koin tertua ditemukan? Beberapa koin berasal dari tahun 274 Masehi dan di era Kaisar Aurelian.
-
Dimana Ayat Seribu Dinar Berasal? Doa ayat seribu dinar ini sebenarnya berasal dari salah satu surat dalam Alquran yaitu At Talaq ayat 2-3:
-
Kapan koin pertama kali ditemukan? Alat Pembayaran Kapan dan di mana koin pertama kali ditemukan masih menjadi perdebatan. Tapi koin pertama yang digunakan sebagai alat pembayaran muncul pertamakali sekitar abad ke-6 dan ke-5 SM.
-
Siapa yang menerbitkan koin 'duit' dengan aksara Arab-Melayu? Menjelang akhir kekuasaan VOC, koin duit juga dicetak dengan tulisan aksara Arab-Melayu yang dibaca 'Duwit'.
-
Kapan koin kuno ditemukan? Awalnya dia mengira menemukan koin cokelat tua, ternyata itu adalah penemuan emas yang sangat berharga.
Selain makam raja, jejak peninggalan lainnya yang diduga berasal dari Kerajaan Samudra Pasai adalah Deureuham atau disebut Dirham. Mungkin, bagi sebagian orang mengetahui bahwa Dirham merupakan mata uang negara Arab. Tetapi, Dirham sudah digunakan menjadi alat tukar pada saat itu.
Simak rangkaian sejarah Dirham sebagai alat tukar di zaman Kerajaan Samudra Pasai yang dihimpun dari beberapa sumber berikut ini.
Mulainya Transaksi Niaga
Di Kepulauan Sumatra proses perniagaan sudah terjadi ratusan tahun lalu. Seluruh alat tukar dalam transaksi pada saat itu masih menggunakan mata uang asing seperti Dolar Spanyol dan Ringgit Meriam.
Sejak abad ke-13, sudah terjalin hubungan perdagangan antara China, India dan Kerajaan Samudra Pasai. Mereka datang untuk berdagang menggunakan kapal-kapal dan menggunakan mata uang perak bernama Ketun.
Kemudian, orang-orang dari negara Portugis pun menciptakan mata uang ringgit bergambar tiang yang disebut dengan Ringgit Spanyol. Namun, orang-orang Aceh biasa menyebut mata uang tersebut dengan nama Ringgit Meriam.
Selain itu, tak sedikit kerajaan-kerajaan pada masa itu turut mengeluarkan jenis-jenis mata uang sendiri yang nantinya digunakan menjadi alat tukar dalam perdagangan.
Mata Uang Dirham
Mengutip buku "Deureuham Aceh, Mata Uang Emas Tertua di Nusantara" karya Sudirman (2018), mata uang Deureuham atau Dirham adalah mata uang emas pertama dan dinobatkan sebagai Dirham tertua.
Mata uang ini resmi diterbitkan pada masa pemerintahan Muhammad Mallik Al-Zahir (1297-1326). Mata uang ini juga sempat ditiru oleh Kerajaan Banda Aceh pada zaman Sultan Alaudin Riayatsyah Al-Kahar.
Mata uang Dirham ini terbuat dari logam emas dengan bentuk kecil, tipis, bulat, dan memiliki garis tengah 1 cm. Beratnya pun tidak lebih dari 9 gram dan kandungan emasnya sebesar 18 karat. Terdapat tulisan-tulisan Arab dengan tekstur timbul di setiap sisinya.
Berubah dari Masa ke Masa
Mata uang Dirham dari masa ke masa terdapat beberapa kali perubahan, mulai dari kadar emas yang dikurangi hingga motif dan corak yang tersemat di setiap sisi Dirham.
Tak hanya Samudra Pasai, Kerajaan Aceh saat itu juga mengeluarkan alat tukar yang serupa. Akan tetapi, perubahan-perubahan tersebut tidak mempengaruhi nilai tukarnya.
Proses pembuatan Dirham pun harus melewati serangkaian yang panjang. Dimulai dari tambang emas, kemudian dilebur di Teumpeun atau bengkel dengan menggunakan tungku dari tanah liat. Kemudian, barulah Dirham itu dicetak sesuai dengan nilainya.