Peneliti Temukan Teks Tersembunyi di Bawah Lapisan Emas Alquran Berusia 1.200 Tahun, Ini Maknanya
Ini salah satu manuskrip Alquran paling terkenal, yang dikenal dengan nama Alquran Biru.

Baru-baru ini para peneliti dari Museum Nasional Zayed berhasil mengungkap teks yang tersembunyi di bawah lapisan rumit daun emas pada halaman Alquran Biru, salah satu manuskrip Alquran yang paling terkenal.
Alquran Biru adalah salinan Alquran yang berasal dari tahun 800-900 Masehi. Manuskrip ini terkenal karena halaman-halamannya yang berwarna biru atau nila, hiasan perak dan kaligrafi Kufi berwarna emas yang terbuat dari lembar kulit kambing.
Palet warnanya diperkirakan merujuk pada manuskrip berlapis emas yang diwarnai ungu yang dibuat di Kekaisaran Bizantium di dekatnya.
Teksnya ditulis dalam aksara Kufi. Seperti dalam Alqur'an awal lainnya, aksara ini sulit dibaca karena huruf-hurufnya telah dimanipulasi untuk membuat setiap baris memiliki panjang yang sama, dan tanda-tanda yang diperlukan untuk membedakan antar huruf telah dihilangkan.
Halaman-halaman tersebut diperiksa menggunakan teknik pencitraan multispektral, sebuah teknik yang dapat mengungkap teks dan gambar yang memudar seiring waktu dan tidak lagi terlihat oleh mata manusia.
Para tim peneliti menemukan potongan ayat dari Surah An-Nisa dibawah lapisan ornamen daun emas. Ornamen dalam contoh ini mungkin telah dimasukkan untuk mengoreksi kesalahan kaligrafer itu sendiri. Mengingat biaya pembuatan manuskrip cukup mahal.
Jika kaligrafer membuat kesalahan akan membutuhkan biaya yang terlalu tinggi untuk membenarkan tulisan dengan memulai dari awal pada selembar kulit domba bari yang diwarnai dengan nila, karenanya teks ditutupi dengan pola yang rumit, seperti dikutip dari laman Arkeonews, Selasa (19/11).
Terbuat dari Kulit Domba

"Penelitian inovatif tentang Alquran Biru memberikan pandangan baru tentang asal-usul dan produksi manuskrip penting ini dan menggarisbawahi peran museum dalam kehidupan budaya dan akademis di UEA dan sekitarnya," jelas Mai Al Mansouri, kurator di Museum Nasional Zayed dalam siaran persnya.
Naskah ini awalnya terdiri dari 600 lembar yang terbuat dari kulit domba. Naskah ini dikaitkan dengan Iran atau Tunisia pada abad ke-9, tempat sebagian besar manuskrip tersebut dikatakan masih ada. Beberapa ahli berpendapat, manuskrip ini kemungkinan dibuat di Spanyol di era Kekhalifahan Umayyah, pada zaman dinasti Kalbid di Sisilia, atau Irak di era Kekhalifahan Abbasiyah.
Saat ini, hanya sekitar 100 halaman yang dapat ditemukan dalam koleksi pribadi dan museum di seluruh dunia, lima di antaranya akan dipajang di Museum Nasional Zayed. Selanjutnya, halaman Alquran Biru ini akan ditampilkan di galeri Through Connections di Museum Nasional Zayed.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti