12 Daerah di Sulsel Dilanda Banjir dan Tanah Longsor, 2 Orang Meninggal
Berdasarkan data, ada 12 kabupaten/kota terdampak bencana hidrometeorologi.
Cuaca ekstrem yang terjadi di Sulawesi Selatan dalam tiga hari terakhir menyebabkan setidaknya 12 kabupaten/kota terdampak bencana banjir dan longsor. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulsel mendata ada dua orang warga meninggal dunia akibat bencana tersebut.
Kepala Pelaksana BPBD Sulsel, Amson Padolo mengatakan, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Makassar sudah mengeluarkan peringatan terkait cuaca ekstrem yang akan terjadi. Berdasarkan data, kata Amson, ada 12 kabupaten/kota terdampak bencana hidrometeorologi.
"Ada 12 daerah yang terjadi bencana banjir dan longsor. Dua belas daerah itu seperti Barru, Soppeng, Parepare, Makassar, Gowa, Takalar, Jeneponto, Maros, Pinrang, Sidrap, Bone dan Pangkep,” ujarnya melalui pesan WhatsApp, Minggu (22/12).
Mantan Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Sulsel ini mengatakan, di Kota Makassar setidaknya ada tiga kecamatan yang terendam banjir. Tiga kecamatan tersebut selalu menjadi langganan banjir.
"Di Makassar, banjir terjadi di beberapa lokasi di antaranya kawasan Paccerakkang, BTP, dan Antang. Lokasi-lokasi tersebut merupakan wilayah langganan banjir akibat kondisi geografisnya yang rendah,” bebernya.
Sementara di Kabupaten Soppeng, ada tujuh kecamatan yang terendam banjir. Di Soppeng satu warga dilaporkan meninggal dunia, satu rumah warga hanyut terbawa arus sungai, dan 10 rumah lainnya tertimbun longsor.
“Soppeng di laporan ada tujuh kecamatan terendam banjir. Ada tujuh kecamatan yang terdampak banjir dan longsor, yaitu kecamatan Lalabata, Donri-Donri, Ganra, Liliriaja, lalu kecamatan Marioriwawo, Lilirilau, dan Marioriawa," tuturnya.
Adapun banjir di Kabupaten Pangkep dan Barru memutus jalan Trans Sulawesi, sehingga berdampak kemacetan panjang. Tak hanya itu, banjir di Kabupaten Barru menyebabkan satu warga meninggal dunia.
"Sampai saat ini dua orang warga yang meninggal dunia. Di Barru ada satu dan di Soppeng juga satu orang," kata dia.
Sedangkan di Kabupaten Maros, banjir dan longsor juga terjadi di Kecamatan Camba. Bahkan, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang melintas harus terjebak macet akibat terputusnya jalur poros Maros-Bone.
Siap Evakuasi Korban Bencana
Kepala BPBD Makassar, Achmad Hendra Hakamuddin menyampaikan kesiapannya dalam menangani bencana banjir di kota berjuluk Angin Mammiri ini.
"Kami sudah siap-siaga, melakukan kegiatan sesuai arahan Pak Gubernur. Hal yang paling prioritas kita lakukan adalah melakukan evakuasi," ungkapnya.
Achmad menekankan pentingnya asesmen data untuk intervensi para OPD Kota Makassar serta sinergi dengan instansi-instansi provinsi.
"Dengan memberikan bantuan sesuai dengan data asesmen, kami memastikan bantuan tersebut tepat guna sesuai kebutuhan masyarakat, ibu-ibu mendapat apa, anak-anak mendapat apa," urainya.
Dalam situasi seperti ini, kolaborasi antara pemerintah daerah dan pusat menjadi kunci dalam menangani bencana secara efektif demi keselamatan masyarakat.
Minta Pemda Siap Siaga
Penjabat (Pj) Gubernur Sulsel, Prof Zudan Arif Fakrulloh, memberikan apresiasi atas langkah cepat yang diambil oleh Pemerintah Kota. Dia mencatat bahwa Pemkot Makassar telah mengambil tindakan yang sangat baik dalam menghadapi banjir yang terjadi.
"Alhamdulillah Pemkot sudah bergerak dengan sangat bagus, BPBD dan Dinas Sosial bekerja sama dengan Provinsi dan dari Kementerian Sosial," kata dia.
Zudan juga mengingatkan seluruh kepala daerah di Sulsel untuk tetap bersiaga beserta jajarannya.
"Mereka agar tidak meninggalkan tempat, para kepala daerah untuk tetap berada di wilayah masing-masing menemani masyarakatnya," tegasnya.
Dia menambahkan bahwa laporan dari berbagai daerah menunjukkan cuaca sedang ekstrem.
"Oleh karena itu, kita harus betul-betul siaga. Tahap pertama tanggap darurat adalah melakukan penyelamatan-penyelamatan, memperhatikan peta bencananya dan mengutamakan keselamatan warga," ucapnya.