Kisah Benteng Van Der Capellen, Dibangun saat Pecahnya Perang Rakyat di Sumatra Barat
Provinsi Sumatra Barat dulunya salah satu wilayah yang menjadi incaran Kolonial Belanda.

Provinsi Sumatra Barat dulunya salah satu wilayah yang menjadi incaran Kolonial Belanda.

Kisah Benteng Van Der Capellen, Dibangun Saat Pecahnya Perang Rakyat di Sumatra Barat
Pada masa kolonial Belanda, wilayah Sumatra Barat dikenal dengan wilayah yang memiliki potensi hasil bumi yang melimpah sekaligus berharga. Mulai dari hasil pertanian, perkebunan, sampai pertambangan berupa emas.
Tak heran pemerintah Hindia Belanda saat itu sangat tertarik untuk menguasai wilayah ini apapun caranya.
Akan tetapi, masyarakat Minangkabau saat itu memiliki hubungan kekerabatan yang begitu erat sehingga memicu perlawanan dari warga pribumi.
Sampai pada akhirnya terjadi konflik antar masyarakat Minangkabau antara Kaum Adat dan Kaum Agama.
Mereka tak segan-segan untuk melakukan peperangan fisik. Pihak Kaum Adat yang meminta bantuan kepada Belanda dalam menyelesaikan konflik ini.
Agar garis pertahanan tetap kuat, Belanda pun akhirnya membangun benteng pertahanan bernama Van Der Capellen di Batusangkat, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat.
Berdiri Tahun 1824
Mengutip dari beberapa sumber, Benteng Van Der Capellen ini berdiri sekira tahun 1824 bertepatan dengan Perang Paderi. Benteng ini difungsikan oleh tentara Belanda sebagai tempat pertahanan di Batusangkar ketika perang pecah.
Bangunan ini memiliki ketebalan dinding kira-kira 75 cm dan kurang lebih 4 meter dari dindingnya dibuat semacam parit dan tanggul pertahanan yang melingkar mengelilingi bangunan.
Secara geografis, bangunan benteng ini berada di dataran paling tinggi di Pusat Kota kurang lebih 500 meter di atas permukaan laut.
Benteng ini diambil dari nama Gubernur Jenderal Belanda yang menjabat pada waktu itu bernama Godert Alexander Gerard Philip baron van der Capellen.

Permudah Pengusaan Belanda
Rupanya, benteng ini tidak hanya sebagai bangunan pertahanan tentara Belanda ketika Perang Paderi Pecah. Mereka juga memanfaatkan benteng ini untuk menguasai wilayah Batusangkar secara militer dan politis dengan mudah.
Faktanya, pemerintah Belanda cukup kesulitan menguasai daerah tersebut karena berbagai halangan sehingga menuntut mereka untuk mendirikan benteng pertahanan.
Terlepas dari membangun benteng pertahanan, pemerintah Belanda juga memanfaatkan pecah belah Kaum Agama dan Kaum Adat ini untuk menguasai wilayah Tanah Datar dan sekitarnya. Konflik ini berakhir dengan Operasi Militer Belanda.
Pasca Kemerdekaan
Keberadaan Benteng Van Der Capellen ini sampai meletusnya Perang Dunia II. Ketika tentara Jepang berhasil merebut wilayah Sumatra Barat, Belanda harus mundur dari Batusangkar.
Pada rentang tahun 1943-1945, benteng ini dikuasai oleh Badan Keamanan Rakyat (BKR). Ketika tentara Indonesia sudah mengusir tentara Jepang, benteng ini lalu dikuasai oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR) sampai tahun 1947.
Benteng ini sempat digunakan oleh IKIP Padang untuk aktivitas belajar dan mengajar yang diresmikan oleh Prof. M.Yamin. Kemudian, benteng ini sempat dijadikan sebagai markas Angkatan Perang Republik Indonesia dan sempat beberapa kali menjadi markas Polri di Tanah Datar.
Benteng ini sebagian sudah direnovasi oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala pada tahun 2008. Lalu direnovasi ke bentuk orisinilnya pada tahun 2009.