Menguak Sejarah Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar, Sisa Kejayaan Industri Gula Tanah Jawa yang Tersisa
PG Tasikmadu adalah salah satu sisa-sisa kejayaan industri gula di Jawa. Tak hanya sebagai pabrik, kini tempat itu dijadikan sebagai destinasi wisata.
Pada zaman dahulu kala, industri gula begitu menjamur di Pulau Jawa. Pabrik-pabrik gula berdiri di banyak daerah. Bahkan dulu ada seorang kolongmerat asal Semarang bernama Oei Tiong Ham yang mendapat julukan “Raja Gula Asia” karena perusahaan gula yang ia kelola begitu maju dan menjadi komoditi penting pada perdagangan dunia.
Kini, sisa-sisa kejayaan itu masih ditemukan di beberapa tempat. Salah satunya di Pabrik Gula (PG) Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Dikutip dari Kemdikbud.go.id, PG Tasikmadu merupakan satu dari sejumlah pabrik gula yang didirikan pada masa kolonial dan masih bertahan hingga kini.
-
Apa yang masih utuh di Pabrik Gula Tasikmadu? Salah satu lokomotif yang tersimpan di sana adalah Lokomotif TM 6. Lokomotif ini menjadi yang terbesar di Pabrik Gula Tasikmadu. Sementara di samping kanannya ada Lokomotif TM 5 dan sebuah lokomotif diesel. Sementara di sebelah kirinya ada satu unit gerbong penumpang yang terbuat dari kayu.
-
Apa yang membuat Pabrik Gula Karangsuwung penting? Pabrik Gula Karangsuwung jadi salah satu pabrik tertua di Indonesia.
-
Dimana rel-rel Pabrik Gula Tasikmadu dikirim? 'Rel-rel ini sebagian besar sudah dikirim ke Pabrik Gula Geneng atau Pabrik Gula Soedhono di Ngawi untuk digunakan sebagai ancak, yaitu semacam jembatan untuk melintasnya truk tebu,' terang pemilik kanal YouTube ahmad arif 29.
-
Dimana Pabrik Gula Karangsuwung berada? Ini adalah penampakkan Pabrik Gula Karangsuwung yang melegenda di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
-
Siapa yang membangun Pabrik Gula Karangsuwung? Unit pertamanya dibangun pada 1854 di Desa Karangsembung, Kecamatan Sindang Laut, Kabupaten Cirebon oleh badan usaha Belanda, NV Maatchappij tot Expoitatie der Suiker Onderneming Karangsoewoeng.
-
Siapa yang mendirikan Pabrik Gula Tanjung Tirto? Pabrik Gula Tanjung Tirto dibangun pada tahun 1874 oleh Tuan Wolter Broose van Groneau. Dia adalah menantu dari pemilik perkebunan di daerah Kalasan dan Beran bernama Frederik Willem Wieseman.
Sekarang pabrik itu dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX. Berbagai benda-benda tua warisan kolonial pun masih dapat dijumpai di PG Tasikmadu.
Berikut selengkapnya:
Sejarah Pabrik Gula Tasikmadu
Pabrik Gula Tasikmadu didirikan pada tahun 1871 oleh KGPAA Mangkunegara IV. Pada saat itu, terdapat 202 pabrik gula yang beroperasi di Pulau Jawa. Saat itu, Pulau Jawa merupakan produsen gula nomor dua terbesar di dunia di bawah Kuba.
Pada saat itu, berlangsung sistem cultuur stelsel atau tanam paksa di Pulau Jawa. Perkebunan-perkebunan besar dikelola oleh penguasa kolonial. Tidak sembarang penguasa boleh mendirikan pabrik. Namun karena statusnya sebagai penguasa setempat, Mangkunegara IV diperbolehkan Belanda untuk membangun pabrik sendiri. Saat itu ia mendirikan dua pabrik gula. Pabrik gula yang ia dirikan selain PG Tasikmadu adalah PG Colomadu yang masih berada di kawasan Kabupaten Karanganyar.
“Pabrik ini peliharalah, meskipun tidak membuat kaya, tapi bisa menghidupi dan memberikan perlindungan sebagai jiwa rakyat,” kata Mangkunegara IV dalam sambutannya saat mendirikan PG Tasikmadu.
Pengadaan Lokomotif Tebu
Keberadaan PG Tasikmadu menjadi salah satu faktor yang merangsang pertumbuhan perekonomian di daerah-daerah sekitarnya. Apalagi hasil panen dari tebu-tebu yang diolah di pabrik itu akan menjadi produk gula yang akan dikirim ke pasar dunia. Pada saat itu, hasil panen tebu dibawa dari ladang ke pabrik gula menggunakan pedate yang ditarik sapi, kerbau, atau kuda. Dengan cara itu terdapat keterbatasan dalam hal jarak tempuh dan kecepatan.
Oleh karena itu pihak pabrik meimpor lokomotif uap kuno beserta lori-lorinya untuk kemudahan aktivitas pengangkutan tebu. Di PG Tasikmadu, lokomotif uap itu didatangkan langsung dari sebuah pabrik asal Jerman pada tahun 1908. Selain itu, mereka juga membuat jalur kereta api khusus tebu yang menghubungkan ladang tebu, pabrik, serta stasiun kereta api terdekat. Dengan adanya penunjang rel kereta yang memadai, proses produksi di PG Tasikmadu semakin mudah dan cepat.
Jadi Tempat Wisata
Walaupun berbagai fasilitas sudah berusia tua lebih dari satu abad, namun hingga kini PG Tasikmadu masih beroperasi. Biasanya pabrik gula itu beroperasi 24 jam tanpa jeda pada musim giling tebu yang berlangsung mulai bulan Mei hingga Oktober.
Dikutip dari Kemdikbud.go.id, pada tahun 2017, kapasitas giling tebu di PG Tasikmadu adalah 31.500 kuintal (3.150 ton) per hari. Dari jumlah tersebut sebesar 2.000-an kuintal (200 ton) menjadi gula.
Selain beroperasi sebagai pabrik, PG Tasikmadu juga beroperasi sebagai tempat wisata. Pihak pengelola pabrik menawarkan wisata sejarah dan edukasi keliling kebun dan pabrik menggunakan kereta wisata. Selain itu di area pabrik juga terdapat fasilitas wisata seperti kolam renang, flying fox, jembatan gantung, rumah pohon, taman lalu lintas, serta pohon rindang yang teduh sehingga membuat wisatawan lama berlama-lama berada di sana.