Melihat Kehidupan Nelayan Pesisir Utara Jawa di Masa Kolonial, Alami Kondisi Serba Sulit
Masuknya modal asing dan kapitalisme modern mendorong munculnya pranata ekonomi baru di kalangan masyarakat nelayan.
Masuknya modal asing dan kapitalisme modern mendorong munculnya pranata ekonomi baru di kalangan masyarakat nelayan.
Melihat Kehidupan Nelayan Pesisir Utara Jawa di Masa Kolonial, Alami Kondisi Serba Sulit
Pada tahun 1743 Masehi, daerah pesisir pantai utara Jawa yang sebelumnya masuk wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram Islam mulai dikuasai VOC.
Kondisi ini menandai era baru kehidupan para nelayan di kawasan tersebut. Mereka mau tak mau harus mengikuti kebijakan yang diterapkan oleh perusahaan Belanda.
-
Kenapa nelayan Kebumen tenggelam? Saat itu korban bersama rekannya, Parwono (42), hendak berangkat dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pasir menuju ke tengah laut menggunakan “perahu katir“ untuk menangkap ikan. Namun dalam perjalanan perahu tersebut dihantam gelombang hingga terbalik. Sodiran tenggelam di laut dan akhirnya hilang.
-
Apa yang dikeluhkan nelayan Indramayu kepada Ganjar? Mereka mengeluh harus menyetor uang keamanan kepada preman.
-
Apa yang membuat nelayan Kebumen tenggelam? Namun dalam perjalanan perahu tersebut dihantam gelombang hingga terbalik. Sodiran tenggelam di laut dan akhirnya hilang.
-
Apa yang terjadi pada nelayan Aco? Belum lama ini viral seorang nelayan terombang-ambing selama 3 jam di tengah laut bersama dua putra dan iparnya. Kapal yang mereka tumpangi dihantam ombak dan badai saat mencari ikan.
-
Di mana nelayan Kebumen tenggelam? Sodiran tenggelam di laut dan akhirnya hilang. Sedangkan Parwono berhasil diselamatkan oleh nelayan lain yang berada di sekitar lokasi kejadian.
-
Apa yang dibuat istri Nelayan Banyuwangi saat musim paceklik? Di Blimbingsari, misalnya, para istri nelayan membuat produk olahan ikan bakar. Para istri nelayan di sejumlah kecamatan di Banyuwangi didampingi untuk mengembangkan usahanya saat musim paceklik ikan.
Selain itu, eksistensi kapal-kapal tradisional mulai digantikan dengan model kapal barat yang dinilai lebih mudah bermanuver.
Kegiatan perdagangan menggunakan perahu-perahu kecil dan sedang tetap populer meskipun untuk perdagangan jarak jauh sudah dikuasai bangsa asing yaitu Inggris dan Belanda.
Dilansir dari Kemdikbud.go.id, monopoli harga kayu jati oleh pemerintah kolonial mengakibatkan nelayan tradisional kesulitan untuk bersaing dengan perusahaan galangan kapal asing. Kondisi ini semakin mempersulit ekonomi mereka.
Dalam disertasinya, akademisi Doktor Pujo Semedi Hargo Yuwono mengangkat kehidupan nelayan di Pekalongan di masa kolonial.
Pada saat itu, masuknya modal asing, perusahaan asing, serta kapitalisme modern mendorong munculnya pranata ekonomi baru di kalangan masyarakat nelayan.
Salah satu biang masalah dari kondisi baru tersebut adalah munculnya para pemungut cukai yang ingin meraup keuntungan sebesar-besarnya.
Mereka merangkap menjadi rentenir, menyediakan uang pinjaman yang diputar di tengah masyarakat nelayan, sekaligus memonopoli perdagangan garam.
Masalah itu semakin diperparah dengan menurunnya populasi ikan di Laut Jawa secara bertahap. Pada tahun 1865, estimasi tangkapan ikan di pantai utara Jawa sekitar 258.502 ton. Tapi pada tahun 1904 menyusut jadi hanya 77.000 ton saja.
Dilansir dari Kemdikbud.go.id, penurunan tangkapan ikan, tekanan tengkulak, dan penguasaan komoditas untuk kegiatan ekonomi membuat masyarakat nelayan Jawa masa kolonial praktis tidak dapat berkembang menjadi masyarakat yang lebih makmur. Bahkan kondisi demikian masih dapat dilihat di masa kini.
Peran Besar Perahu Kecil
Meski tidak lagi menguasai lautan, para nelayan di pesisir utara Jawa tetap berinteraksi dengan laut. Mereka tetap berlayar di zona-zona tangkap tradisional mereka dan mempertahankan metode penangkapan ikan yang sudah dijalankan sejak dahulu.
Saat itu, ada beragam jenis perahu berukuran kecil yang digunakan para nelayan seperti perahu kolek, tembon, mayang, dan janggolan. Perahu mayang misalnya, desainnya tidak banyak berubah sejak abad ke-18.
Eksistensi perahu tradisional itu tak lepas dari keberhasilan desain perahu tersebut dalam menjawab tantangan geografis.