Kisah Teruo Nakamura, Prajurit Jepang yang 30 Tahun Bersembunyi di Hutan Pulau Morotai
Selama 30 tahun ia mengira pulau yang ia duduki masih dikuasai sekutu.
Selama 30 tahun ia mengira pulau yang ia duduki masih dikuasai sekutu.
Kisah Teruo Nakamura, Prajurit Jepang yang 30 Tahun Bersembunyi di Hutan Pulau Morotai
Pada pertengahan tahun 1974, Luther Goge, seorang warga Desa Pilowo, Pulau Morotai, Kabupaten Maluku Utara datang ke Markas Komando Sektor Kepolisian (Makosek) Pulau Morotai. Ia melaporkan tentang adanya seorang prajurit Jepang tua yang tinggal pada sebuah hutan yang berada di kaki Pegunungan Galoka.
-
Di mana Pertempuran Okinawa terjadi? Pertempuran Okinawa berlangsung selama hampir tiga bulan, dari April hingga Juni 1945, di Pulau Okinawa, Jepang.
-
Dimana pertempuran Okinawa terjadi? Okinawa, sebuah pulau strategis di Jepang Selatan, menjadi lokasi pertempuran ini.
-
Siapa yang terlibat dalam pertempuran Okinawa? Pertempuran Okinawa melibatkan pasukan Sekutu yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan pasukan Kekaisaran Jepang.
-
Siapa pemimpin pasukan Jepang di Indonesia? Pasukan Jepang yang dipimpin oleh Letnan Jenderal Hitoshi Imamura berhasil menggantikan kekuasaan Belanda setelah melakukan invasi yang cepat dan efektif.
-
Apa yang terjadi di Pertempuran Okinawa? Pertempuran Okinawa merupakan salah satu pertempuran terbesar dan paling berdarah dalam Perang Dunia II.
-
Bagaimana pertempuran Okinawa berlangsung? Pertempuran Okinawa terkenal karena sengitnya pertempuran darat, serangan udara, dan pendaratan pasukan amfibi, serta karena jumlah korban jiwa yang sangat tinggi dari kedua belah pihak.
Dalam laporannya pada polisi, Luther mengatakan bahwa ayahnya, Baicoli, bersahabat dengan prajurit Jepang itu selama puluhan tahun.
Baicoli kerap mengunjungi tempat tinggal prajurit itu saat berburu sambil membawa bahan-bahan makanan yang dibutuhkan seperti gula, garam, ataupun teh.
Kegiatan Baicoli itu pada awalnya tidak diketahui sama sekali oleh keluarganya. Hingga pada suatu hari sebelum meninggal ia berwasiat kepada Luther anaknya beruntuk melanjutkan hubungan persahabatan yang ia bangun sekian lama dengan prajurit Jepang itu.
Setelah ayahnya meninggal, Luther melanjutkan hubungan persahabatan itu dengan sang prajurit. Namun lama-lama ia khawatir dengan keadaan prajurit itu. Ia pun kemudian menceritakan kisah persahabatannya itu dengan pihak kepolisian.
Pada awalnya Kapten Polisi Lawalata selaku Dansek tidak mempercayai cerita Luther. Ia meneruskan laporan tersebut kepada Komandan Pangkalan Udara TNI AU Morotai.
Laporan itu langsung diteruskan ke Markas Besar TNI AU di Jakarta yang langsung menghubungi Kedutaan Besar Jepang di Jakarta.
Pada awal November 1974 Kedutaan Besar Jepang meminta bantuan pemerintah Indonesia untuk mengorganisasi sebuah misi pencarian. Misi itu kemudian dilakukan oleh TNI AU dengan beranggotakan 20 orang dan dipimpin oleh Kapten Supardi AS.
Tim berangkat pada 18 Desember 1974 pagi dan misi keberangkatan itu dirahasiakan dari penduduk sekitar. Tim berjalan dari pagi sampai petang dari pusat kota di Pulau Morotai sampai ke kawasan hutan di Desa Pilowo.
Kondisi prajurit Jepang itu saat ditemukan hanya memakai baju yang terbuat dari karung goni. Tubuhnya tinggi besar dan terawat.
Tempat tinggalnya hanya berupa gubuk seluas 2x2 meter, terbuat dari kayu, dan beratap rumbia.
Di dalam gubuk, terdapat tumpukan kayu yang sudah melengkung karena sehari-hari digunakan untuk tidur sang prajurit.
Dialah Teruo Nakamura, seorang prajurit Jepang yang hidup bersembunyi selama 30 tahun di hutan Pulau Morotai. Saat ditemukan, ia masih menyimpan sepucuk senapan Ariskan serta 14 buah peluru aktif.
Ia langsung diamankan pihak TNI AU menuju pangkalan mereka dengan menggunakan speedboat. Penemuan Nakamura membuat warga Pulau Morotai heboh.
Di Lanud Morotai, ia dicek kesehatannya. Hasilnya kesehatannya sangat baik meski telah 30 tahun bersembunyi di dalam hutan.
Dalam pengakuannya, Nakamura mengatakan bahwa ia bertahan di hutan untuk menghindari penangkapan sekutu yang menyerang Morotai pada awal tahun 1945.
Ia masih beranggapan pulau tersebut masih dikuasai sekutu karena melihat pesawat-pesawat TNI AU sering terbang di atas Morotai, yang ia sangka sebagai pesawat milik Amerika Serikat.
Setelah penemuan itu, Nakamura langsung dibawa ke Jakarta. Namun setelah diwawancarai lebih lanjut, Teruo Nakamura punya nama asli Attun Palalin. Ia berasal dari Pulau Formosa, Taiwan, yang sebelum Perang Dunia II masuk jajahan Kekaisaran Jepang.
Nakamura ingin langsung dideportasi ke Taiwan tanpa singgah di Jepang. Setelah melalui perundingan alot, ia akhirnya dibawa ke negara kelahirannya dan bertemu kembali dengan istri dan keluarganya.
Teruo Nakamura alias Attun Palalin alias Lee Guang-Hui meninggal dunia karena kanker paru-paru di kampung halamannya pada 15 Juni 1979.