Yatim Piatu sejak Kecil, Begini Perjuangan Pria Asal Tuban hingga Jadi Menteri Dalam Negeri
Pendidikannya sempat terhenti setelah sang ayah meninggal dunia
Pendidikannya sempat terhenti setelah sang ayah meninggal dunia
Yatim Piatu sejak Kecil, Begini Perjuangan Pria Asal Tuban hingga Jadi Menteri Dalam Negeri
Sempat Putus Sekolah
Basuki Rahmat merupakan buah hati dari pernikahan Raden Soedarsono Soemodihardjo dan Soeratni. Mengutip buku Basoeki Rachmat dan Supersemar (1998) karya Dasman Djamaluddin, ayah Basuki merupakan asisten residen setempat. Basuki lahir di Kecamatan Senori pada 4 November 1921. Kebersamaan Basuki dengan kedua orang tuanya tak berlangsung lama. Saat usianya menginjak empat tahun, ibunya, Soeratni meninggal dunia. Selanjutnya, saat ia berusia 11 tahun, sang ayah meninggal dunia. Sepeninggal sang ayah, pendidikan Basuki sempat terhenti.
-
Siapa Gubernur Pertama Sumatra Utara? Jadi Gubernur Pertama sekaligus Ketua DPRD Sumatra Utara, Ini Sosok Putra Keturunan Batak Mandailing Namanya jarang dikenal banyak orang. Tetapi jasa besarnya memimpin Sumatra Utara pasca kemerdekaan patut diacungi jempol.
-
Siapa Gubernur Sumatera pertama? PPKI pun menunjuk Teuku Muhammad Hasan, putra asal Sigli ini ditetapkan menjadi gubernur untuk memimpin wilayah Provinsi Sumatera yang ber-ibukota di Medan.
-
Bagaimana Sunan Pojok menjadi Bupati Tuban? Pangeran Pojok sukses menjadi panglima perang menumpas Kadipaten Tuban. Atas prestasi itu, Sultan Agung mengangkat dirinya sebagai Bupati Tuban.
-
Siapa pahlawan nasional asal Batak selain Dr. Ferdinand Lumban Tobing? Ia merupakan orang Batak kedua yang ditetapkan sebagai pahlawan nasional setelah Sisingamangaraja XII.
-
Siapa Gubernur pertama Jawa Timur? Tokoh penting yang pertama kali menjabat sebagai seorang Gubernur Jawa juga dinobatkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia.
Selanjutnya, Basuki tinggal bersama adik ayahnya di Yogyakarta. Ia menempuh pendidikan SMP dan SMA di sana. Basuki lulus dari SMA pada tahun 1942, saat Jepang mulai menduduki Indonesia.
Karier Militer
Pada tahun 1943, selama pendudukan Jepang di Indonesia, Basuki bergabung dengan Tentara Pembela Tanah Air (PETA), yang didirikan tentara Jepang untuk melatih tentara tambahan menghadapi invasi tentara Amerika Serikat ke Pulau Jawa. Basuki diangkat menjadi Komandan Kompi PETA. Usai Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Basuki bergabung dengan kelompok milisi yang dipersiapkan untuk membentuk tentara Angkatan Darat Indonesia.
Pada Oktober 1945, Basuki mendaftar menjadi anggota TKR di Kota Ngawi, Jawa Timur. Ia kemudian ditempatkan di KODAM VII/Brawijaya (kini Wilayah Militer V/Brawijaya). Mengutip buku Siapa Dia?: Perwira Tinggi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (1998) karya Harsja W. Bachtiar, Basuki pernah menduduki sejumlah jabatan penting militer. Mulai dari Komandan Batalyon di Ngawi (1945–1946), Komandan Batalyon di Ronggolawe (1946–1950), Komandan Resimen di Bojonegoro (1950–1953), Kepala Staf Panglima Tentara dan Teritorium V/Brawijaya (1953–1956), dan Panglima Daerah Militer V/Brawijaya (1956).
Pada bulan September 1956, Basuki dipindahkan ke Melbourne, Australia. Di sana ia bertugas sebagai atase militer di Kedutaan Besar Republik Indonesia. Basuki kembali ke Indonesia pada bulan November tahun 1959 dan menjabat sebagai Asisten IV/Logistik di bawah Kepala Staf Angkatan Darat Abdul Haris Nasution. Pada tahun 1960, Basuki kembali ke KODAM VII/Brawijaya dan menjabat sebagai Kepala Staf sebelum akhirnya menjadi Panglima pada tahun 1962.Tokoh Penting Supersemar
Mengutip Instagram @tuban_bercerita, Mayjen Basuki Rahmat dan tiga rekannya memegang peran sentral atas terbitnya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Surat ini merupakan surat perintah yang ditandatangani Presiden Sukarno pada tanggal 11 Maret 1966. Konon, melalui surat itu Soekarno memberikan mandat kepada Soeharto, selaku Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib), untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk mengatasi situasi keamanan dan kestabilan yang saat itu memburuk.
Sebagai jenderal paling senior, Basuki dipercaya membawa surat keputusan tersebut dan diperintahkan menyampaikannya kepada Soeharto. Penyerahan Supersemar secara de facto memberi Soeharto kekuasaan eksekutif. Ia pun segera membentuk Kabinet yang lebih menguntungkan baginya.
Basuki RahmatMendagri
Sejak Kabinet pertama Soeharto pada bulan Maret 1966 hingga ketika Soeharto secara resmi menjadi presiden pada bulan Juni 1968, Basuki ditunjuk sebagai Menteri Dalam Negeri.
Basuki Rahmat meninggal dunia akibat sakit jantung pada usia yang masih terbilang muda yakni 40 tahun. Ia iberi gelar Pahlawan Nasional sehari setelah meninggal, yakni pada tanggal 9 Januari 1969.