Pesan Terakhir Kapten Muslihat saat Gugur di Bogor, Minta Istri Beri Nama Anak 'Tubagus Merdeka' saat Melahirkan
Tekadnya yang kuat membuat dirinya berani maju secara terbuka untuk menghadapi sekutu. Muslihat tak peduli meski hujan peluru terjadi di sana.
Patung Kapten Muslihat gagah berdiri di simpang jalan dekat Taman Topi, Kota Bogor, Jawa Barat. Ia merupakan sosok pahlawan yang amat berpengaruh, di masa perang revolusi pasca kemerdekaan 1945.
Baginya, Belanda yang sudah kalah tak boleh kembali di tanah air. Negara-negara sekutu yang ikut merebut Indonesia pun ia pukul mundur, meski akhirnya gugur usai dihujani timah panas oleh penjajah.
-
Kenapa Pak Cilong menamai Bogor dengan Tunggul Kawung? Nama ini juga menguatkan sisi Bogor yang kokoh dan sukar terusik karena jika ada yang berani akan mendapatkan balasannya.
-
Siapa ayah dari Mutiara Baswedan? Inilah Mutiara Baswedan, putri sulung Anies Baswedan dari pernikahannya dengan Fery Farhaty Ganis.
-
Bagaimana kata-kata 17 Agustus dari tokoh Sumut bisa dibagikan? Kata-kata 17 Agustus dari Tokoh Nasional bisa dibagikan saat perayaan HUT Kemerdekaan RI.
-
Apa arti nama Bogor menurut Pantun Pak Cilong? Pak Cilong menceritakan lewat pantun bahwa nama Bogor tercipta dari Tunggul Kawung (pohon aren). Menurutnya penamaan ini memiliki makna yang mendalam, tersirat bahwa Bogor merupakan kota yang menyala melintas zaman.
-
Apa pesan sang ayah untuk Taruni Akpol? Isinya yakni soal perjuangan hidup, cita-cita, hingga sosok ayah bagi putra-putrinya.
-
Apa kutukan Mpu Purwa untuk Tunggul Ametung? Mpu Purwa marah mengutuk Tunggul Ametung. Kutukan itu berbunyi bahwa Tunggul Ametung akan mati karena keris.
Ada satu momen yang terkenang bagi sang istri yang tengah hamil tua di masa silam. Sebelum menghembuskan nafas, Kapten Muslihat meminta agar kelak anaknya lahir bisa diberi nama Tubagus Merdeka.
Tokoh militer ini jadi salah satu teladan keberanian karena tak gentar memukul mundur pasukan penjajah, meski dihalangi berkali-kali.
Pejuang Revolusi di Bogor dan Sekitarnya
Meski lahir di Banten, sosok kapten yang bernama asli Tubagus Muslihat ini banyak melakukan kegiatan militernya di wilayah Bogor, Jawa Barat.
Mengutip nfbs-bogor.sch.id, di masa penjajahan Jepang (1942-1945), Muslihat mulai bergabung dengan pasukan Pembela Tanah Air (PETA). Namun, karena PETA bentukan Jepang, ia akhirnya bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Di PETA, karirnya mulai menanjak. Berkat keberaniannya melawan musuh, ia mendapat gelar Shodancho (komandan). Saat bergabung dengan TKR, Muslihat banyak memukul mundur pasukan Inggris yang mengekor dengan Belanda untuk kembali merebut Indonesia.
Dari Pegawai Kehutan hingga Rumah Sakit jadi Kapten di Militer
Jika dilihat asal usulnya, karir militer Muslihat berasal sejak ia tergabung dengan PETA dan TKR.
Sebelum itu, dirinya bekerja sebagai Balai Penelitian Kehutanan di Gunung Batu, Jawa Barat. Kemudian, ia berpindah kerja menjadi juru rawat di Rumah Sakit Kedung Halang, Bogor.
Akhirnya, militer membuatnya jatuh cinta sehingga ia fokus menekuni bidang tersebut, sekaligus geram dengan kemunculan kembali Belanda di masa perang revolusi kemerdekaan.
Kapten yang Turun Langsung ke Medan Perang
Kedatangan Belanda dan NICA pada Oktober 1945, membuatnya makin marah. Ketika itu, Muslihat sudah menjadi Komandan Kompi IV Batalion II Tentara Keamanan Rakyat. Sebagai pemimpin pasukan, ia tak mau berlindung di balik anak buahnya.
Kapten Muslihat banyak turun ke medan peperangan, salah satunya saat melancarkan serangan ke markas sekutu yang kini menjadi gedung Polresta Bogor Kota.
Pekikan kata “Merdeka” bersahutan di mana-mana, hujan timah panas juga terjadi di sana. Ketika itu, Muslihat memang mencoba berlindung sampai rentetan tembakan berhenti untuk selanjutnya menyerang.
Namun karena tekadnya yang kuat untuk melawan penjajah, ia memberanikan diri maju ke arah pasukan sekutu secara terbuka untuk balas menembakinya.
Menurut salah satu veteran kemerdekaan yang saat itu ikut berjuang bersama Muslihat, kapten tersebut sempat ditembaki di bagian perutnya. Namun ia masih terus maju, hingga tembakan terakhir mengenai pinggangnya dan ia terkapar.
Sampaikan Pesan Wasiat ke Istrinya yang Tengah Mengandung
Mengutip Wikipedia, Kapten Muslihat yang tengah sekarat itu kemudian menyampaikan pesan kepada pasukan yang mengangkatnya.
Ia berwasiat agar istirnya yang tengah hamil untuk menamai sang anak dengan Tubagus Merdeka. Tubagus sendiri merupakan gelar kehormatan dari Kesultanan Banten, sehingga kelak anaknya menjadi sosok yang disegani.
Gugurnya Muslihat jelas membuat sang istri terpukul. Ia tak menyangka pamitnya Muslihat saat awal kehamilan menjadi pamit yang terakhir. Ia juga sedih, lantaran suaminya tak bisa menyaksikan sang anak lahir.
Berkat jasanya yang besar, namanya kini diabadikan menjadi nama jalan dan sosoknya dikenang melalui sebuah patung yang digambarkan tengah menunjuk ke arah musuh.