Meninggal di Usia Muda, Begini Perjuangan Lettu Soejitno Anak Bupati Tuban Melawan Musuh Masyarakat
Ia tewas sesaat setelah melakukan serangan kepada tentara penjajah
Ia tewas sesaat setelah melakukan serangan kepada tentara penjajah
Meninggal di Usia Muda, Begini Perjuangan Lettu Soejitno Anak Bupati Tuban Melawan Musuh Masyarakat
Latar Belakang
Lettu R.M. Soejitno Koesoemobroto lahir di Tuban pada 4 November 1925. Ia merupakan putra R. M. A. A. Koesoemobroto, bupati Tuban ke-37. Semasa hidupnya, ia mengalami tiga zaman yaitu zaman penjajahan Belanda, Jepang, dan Kemerdekaan RI.
-
Siapa yang Sujiwo Tejo dorong untuk berjuang demi Bojonegoro? Presiden Jancukers itu juga mengajak warga merasa bangga memiliki Bojonegoro. Ia mendorong seluruh aspek masyarakat menumbuhkan dan memperkuat rasa berjuang dan mengutamakan kepentingan bersama demi kemajuan Bojonegoro.
-
Bagaimana cara Sujiwo Tejo menghibur warga di Bojonegoro? Pada kesempatan tersebut, Sujiwo Tejo melantunkan sejumlah tembang andalannya. Mulai dari Utang Roso, Sugih Tanpa Bondo, Ingsun, dan Anyam-anyaman Nyaman.
-
Siapa pahlawan yang berjuang melawan penjajah di Sumatera Utara? Djamin Ginting adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia yang berasal dari Tanah Karo, Sumatra Utara.
-
Bagaimana Sunan Pojok menjadi Bupati Tuban? Pangeran Pojok sukses menjadi panglima perang menumpas Kadipaten Tuban. Atas prestasi itu, Sultan Agung mengangkat dirinya sebagai Bupati Tuban.
-
Kenapa Gubernur Suryo berjuang untuk rakyat Jawa Timur? Ia dikenal sebagai pelindung rakyat. Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo atau yang dikenal dengan Gubernur Suryo punya rekam jejak panjang di dunia pemerintahan. Sebelum diangkat menjadi gubernur pertama Jawa Timur, ia pernah menjabat Bupati Magetan dan Su Cho Kan Bojonegoro.
-
Siapa orang tua Jeje Soekarno? Untuk yang belum mengetahuinya, Jeje adalah anak Donna Harun dari pernikahannya dengan Hendra Rahtomo, cucu Soekarno.
Itulah modal utama bagi dirinya untuk turun ke medan tempur melawan penjajah. Mengutip situs resmi Desa Tumbrasanom Kabupaten Bojonegoro, Lettu Soejitno mengikuti perkembangan organisasi angkatan darat mulai dari BKR, TKR, TRI, hingga ABRI. Lettu Soejitno
Perjuangan
Kawasan Glendeng yang merupakan perbatasan Bojonegoro dan Tuban jadi salah satu lokasi pertempuran antara tentara penjajah dengan pribumi. Di sinilah, Lettu Soejitno gugur ketika usianya baru 23 tahun.
Baku tembak antara tentara penjajah di sisi utara Bengawan Solo (Tuban) melawan tentara pribumi di sisi selatan (Bojonegoro) tak terelakkan. Kedua belah pihak yang dipisahkan sungai Bengawan Solo selebar 80 meter saling menyerang. Pada 13 Januari 1949, Regu Sutrisno dan Regu Harjono diperintahkan memperkuat seksi Soewolo mempertahankan penyeberangan Glendeng. Hari berikutnya, 14 Januari 1949, Belanda berhasil menyeberangi Bengawan dan menduduki Desa Glendeng. Hal ini membuat pertahanan pasukan Indonesia menjauhi penyeberangan.Pada sore hari tanggal 14 Januari 1949, Lettu Soejitno berangkat menuju pertahanan di Kaliketek untuk menemui komandan pertahanan kota, Lettu Bambang Soemantri. Mengetahui kondisi dan situasi kota keseluruhan, Soewolo dan pasukannya bergerak menuju Desa Glendeng.
Keesokan harinya, tanggal 15 Januari 1949, Soemantri dan Soejitno dikawal regu Haryono, serta Sersan Nurwulan Bintara kelompok komando kompi berangkat menyusul Soewolo ke Glendeng. Sesampainya di barat Glendeng, tampak di seberang, pasukan Belanda sibuk mengatur konstruksi jembatan untuk dilewati melintasi Bengawan Solo menuju Bojonegoro.
Melihat Belanda tengah sibuk, Soejitno mengambil senapan mesin Lewis yang dibawa Harjono dan menembakkannya ke arah musuh di seberang.
Nahas, tanpa sepengetahuannya ternyata di wilayah selatan, yakni di Glendeng, Belanda telah memperkuat pertahanan dan mengamankan proses pemasangan jembatan. Soejitno dilempari sebutir granat yang kemudian meledak di dekatnya. Tak hanya itu, mengutip Instagram @tuban_bercerita, peluru juga mengenai badan Soejitno. Ia pun gugur di lokasi perlawanan. Tembakan terus menghujani lokasi jenazah Soejitno, Sumantri dan regu Harjono yang mengawalnya pun tidak bisa mengambil dan merawat jenazah saat itu juga.Penghargaan
Berkat jasanya, Lettu Soejitno diabadikan menjadi patung di Alun-alun Bojonegoro serta nama sebuah jalan raya di wilayah setempat.