Lobi Penjajah agar Tak Sewenang-Wenang pada Rakyat Jawa Timur, Begini Sosok Gubernur Suryo
Gubernur Suryo melobi penjajah agar tak sewenang-wenang pada rakyat Jawa Timur. Perjuangannya mengharukan.
Ia dikenal sebagai pelindung rakyat.
Lobi Penjajah agar Tak Sewenang-Wenang pada Rakyat Jawa Timur, Begini Sosok Gubernur Suryo
Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo atau yang dikenal dengan Gubernur Suryo punya rekam jejak panjang di dunia pemerintahan. Sebelum diangkat menjadi gubernur pertama Jawa Timur, ia pernah menjabat Bupati Magetan dan Su Cho Kan Bojonegoro.
(Foto: Wikipedia)
-
Apa cita-cita Jenderal Surono? Surono meninggalkan pekerjaannya sebagai juru tulis. Dia mendaftar ke Bogor dan diterima sebagai Shodancho atau komandan peleton. Setingkat letnan dalam ketentaraan. Setelah dilantik pada Bulan Desember 1943, Surono ditempatkan di Daidan Cilacap.
-
Siapa Gubernur pertama Jawa Timur? Tokoh penting yang pertama kali menjabat sebagai seorang Gubernur Jawa juga dinobatkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia.
-
Siapa pahlawan yang berjuang melawan penjajah di Sumatera Utara? Djamin Ginting adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia yang berasal dari Tanah Karo, Sumatra Utara.
-
Bagaimana Brigjen Suryo berhasil lolos dari penangkapan? 'Ya, kamu mau apa?' tegas brigjen Suryo. Tentu saja ini hanya akal-akalan sang Panglima agar bisa lolos dari gerombolan tersebut. Kapten tersebut terlihat bingung. Dia diam saja tidak mengambil tindakan apa-apa.Kesempatan ini digunakan Brigjen Suryo untuk cepat-cepat meninggalkan tempat tersebut.'Kapten, saya mau ke Semarang, kamu tinggal di sini!' perintahnya.
-
Siapa gubernur residen Sumatra Barat pada masa penjajahan Jepang? Era kolonialisme Jepang, sosok birokrat yang satu ini menduduki jabatan sebagai gubernur residen Sumatra Barat.
Tempuh Jalan Damai
Dua bulan pasca kemerdekaan Indonesia, Gubernur Suryo membuat perjanjian genjatan senjata dengan komandan pasukan Inggris, Brigadir Jenderal Mallaby. Keduanya bertemu di Surabaya pada 26 Oktober 1945.
Gubernur Suryo ingin rakyat Jawa Timur hidup damai tanpa konflik bersenjata melawan penjajah. Sayangnya, semangat arek-arek Suroboyo melawan penjajah membara dan terjadilah pertempuran tiga hari di Surabaya pada 28-30 Oktober yang membuat Inggris terdesak.
Saking panasnya situasi di Surabaya, Presiden Sukarno memutuskan datang langsung untuk mendamaikan kedua belah pihak.
Jenderal Mallaby Tewas
Rupanya gencatan senjata yang disepakati Gubernur Suryo dan Jenderal Mallaby tidak diketahui sepenuhnya oleh pejuang pribumi. Akibatnya, kontak senjata antara pribumi dengan pasukan Inggris tetap terjadi hingga menewaskan Jenderal Mallaby.
Pasukan Inggris marah besar. Komandan pasukan bernama Jenderal Mansergh mengultimatum rakyat Surabaya menyerahkan semua senjata paling lambat pada 9 November 1945. Jika tidak, ia bertekad menghancurkan Surabaya.
Presiden Soekarno menyerahkan sepenuhnya keputusan di tangan pemerintah Jawa Timur, akan menolak atau menyerah kepada Inggris. Menerima mandat presiden, Gubernur Suryo berpidato tegas di RRI bahwa Arek-Arek Suroboyo akan melawan ultimatum Inggris sampai darah penghabisan.
(Foto: SMAN 13 Semarang)
Pertempuran Surabaya
Pertempuran besar antara rakyat Jawa Timur melawan Inggris di Surabaya meletus mulai 10 November 1945. Pertempuran itu berlangsung selama tiga pekan dan menjadikan suasana Kota Surabaya mencekam.
Saat situasi mulai mereda, Gubernur Suryo meninggalkan Surabaya untuk membangun pemerintahan darurat di Mojokerto.
Tewasnya Sang Pahlawan
Pada 10 September 1948, mobil RM Suryo dicegat orang tak dikenal di tengah hutan Peleng Kabupaten Ngawi. Dua perwira polisi yang lewat ikut ditangkap. Tiga orang tersebut ditelanjangi lalu diseret ke dalam hutan dan dibunuh.
(Foto: Bappelitbang Ngawi)
Keesokan harinya, ketiga mayat tersebut ditemukan oleh seorang pencari kayu bakar. Jenazah Gubenur Suryo kemudian dimakamkan di tanah kelahirannya, Magetan. Ia dikebumikan di Sasono Mulyo, Sawahan, Kabupaten Magetan.
(Foto: Google Maps Rifqi Muhammad)