Sosok Panglima Kodam Bukit Barisan Pertama Ini Ikut Pemberontakan PRRI, Berujung Dicopot dari Jabatan
Ia terlibat dalam perlawanan kebijakan pemerintah lalu bergabung dengan PRRI.
Sosok pria berdarah Batak ini dinobatkan menjadi Panglima Tentara Bukit Barisan Pertama dan perannya dalam dunia politik begitu berpengaruh.
Sosok Panglima Kodam Bukit Barisan Pertama Ini Ikut Pemberontakan PRRI, Berujung Dicopot dari Jabatan
Dia berpangkat Kolonel, perawakan yang dingin layaknya orang Batak pada umumnya itu sudah cukup malang melintang dalam dunia kemiliteran Indonesia apalagi di Sumatra Utara.
Tak hanya bergelut di bidang kemiliteran saja, pria ini juga pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri dalam kabinet PRRI.
-
Siapa Letnan Kolonel yang menjadi Mendagri era PRRI? Sosok Dahlan Djambek, Letnan Kolonel yang Menjadi Mendagri Era Kabinet PRRI Sumatera Barat memiliki banyak sekali tokoh-tokoh besar yang begitu berpengaruh khususnya di bidang kemiliteran.
-
Kenapa Kolonel Ahmad Husein membentuk PRRI di Padang? Pembentukan PRRI ini adalah melawan seluruh kebijakan pemerintah pusat yang dianggap tidak bisa memberikan atau menaruh perhatian lebih kepada daerah-daerah di luar Jawa.
-
Siapa pemimpin Rampokan Macan di Blitar? Di Blitar, pagelaran ini dipimpin Patih Djojodigdo, pelaksana administratur tertinggi di bawah Bupati Raden Warso Koesomo yang bertugas pada tahun 1877-1895.
-
Siapa yang memimpin perlawanan di Banten? Perang Banten pada 1628-1629, yang dipimpin oleh Sultan Hasanudin yang ketika itu menjadi pemimpin kerajaan.
-
Siapa Panglima Kostrad yang digantikan Maruli Simanjuntak? Sebelumnya, Maruli menjabat sebagai Pangdam IX/Udayana masa jabatan dari tahun 2020 hingga 2022 lalu. Namanya santer diisukan menjadi kandidat pengganti Jenderal Dudung Aburachman.
-
Kapan Maruli Simanjuntak menjadi Pangkostrad? Benar saja, per tanggal 31 Januari 2022 ia diangkat menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat ke-43 menggantikan Jenderal Dudung yang kini Kepala Staff Angkatan Darat.
Peran besarnya terhadap sistem dan kebijakan pemerintah pasca Kemerdekaan Indonesia juga patut untuk disimak. Ia rupanya bergabung dalam Pemerintahan Revolusioner Indonesia (PRRI) serta pemutusan hubungan wilayah militer di Sumatra Utara dengan Pemerintah Pusat.
Masa Muda
Pria ini lahir di Tarutung, Silindung, Bataklanden, Tapanuli Utara pada tanggal 13 Septembet 1916. Masa kecilnya dimulai ketika ia menempuh pendidikan dasar di HIS Narumonda, dilanjutkan ke sekolah Chr. HIK atau sekolah guru di Solo.
Sang ayah bekerja sebagai mandor perkebunan di Pulo Tao, Samosir. Dia berhasil menyelesaikan pendidikan pada tahun 1938. Ia menikah dengan seorang wanita asal Solo dan dikarunai lima orang anak.
Sebelum detik-detik Perang Dunia II meledak, pria gagah ini sempat menjadi guru di HIS Solo dan Cirup, Bengkulu.
Pendidikan Gyugun
Sebelum menjadi tentara Bukit Barisan, dia sempat pendidikan Gyugun ketika Jepang menduduki Indonesia dan berhasil lulus dengan pangkat Letnan Dua.
Setelah itu, dia langsung bertugas di Batalion Gyugun Sumsel bagian pendidikan dan pelatihan.
Komandan TKR dan Panglima Bukit Barisan
Pasca kemerdekaan, ia ditunjuk menjadi Komandan Divisi Palembang Ulu dengan pangkat Kolonel. Saat itu juga, TNI masih bernama Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Ia menjadi Komandan Divisi I/Lahat membawahi 4 resimen dan 15 Batalion di Sumatra Selatan.Saat TKR berubah menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI), ia menjabat Komandan Divisi VII Garuda yang membawahi wilayah Lampung, Bengkulu, Palembang, dan Jambi.
Ketika Agresi Militer Belanda II, Sumatra menjadi daerah pemerintahan darurat yang dipimpin oleh AK Gani sebagai Gubernurnya, ia pun menjadi wakilnya.
Tahun 1950, dirinya naik jabatan menjadi Panglima Komando Tentara Teritorium-I Bukit Barisan.
Terlibat PRRI
Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia atau PRRI begitu menjamur di Pulau Sumatra. Tak sedikit tokoh-tokoh besar nan penting ikut tergabung di dalamnya termasuk sosok Panglima Bukit Barisan ini.
Ia merasa tidak puas dengan kebijakan dan sistem pemerintahan yang berjalan pada saat itu.
Ia memutuskan untuk menyetop hubungan wilayah Sumut dengan pemerintah pusat pada tahun 1956 di Medan. Namun, ia tetap setia dengan Dwitunggal Soekarno-Hatta.
Pada struktur kabinet Ali Sastroamidjojo, dirinya di copot dari jabatannya dan menunjuk wakilnya, Djamin Gintings untuk mengamankan situasi yang sempat panas.
Lakukan Perlawanan
Ia bersama pasukan setianya tidak ikut dalam pertempuran di Medan saat dibawah arahan Djamin Gintings. Malahan, ia bersama pasukannya justru mundur dari medan pertempuran.
Setelah pindah dari Medan, ke Tapanuli Tengah, lalu ke Bukittinggi, ia bersama pasukannya melawan secara gerilya dan bekerja sama dengan PRRI di bawah Letkol Achmad Husein.
Sosoknya yang tegas, melakukan perlawanan di saat dirinya tidak puas, menjadi ciri dan karakter selama hidupnya. Siapakah dia? beliau adalah Maludin Simbolon.
Tahun 1961, Maludin beserta staffnya menyerahkan diri ke Panglima Kodam dan menjadi akhir perlawanan dirinya terhadap kebijakan pemerintah.