Mengenal Sosok Kolonel Ahmad Husein, Pimpinan Militer yang Membentuk PRRI di Kota Padang
Pejuang asal Padang ini pencetus lahirnya pemberontakan untuk mengkritik pemerintahan rezim Soekarno yang dianggap inkonstitusional.
Pejuang asal Padang ini pencetus lahirnya pemberontakan untuk mengkritik pemerintahan rezim Soekarno yang dianggap inkonstitusional.
Mengenal Sosok Kolonel Ahmad Husein, Pimpinan Militer yang Membentuk PRRI di Kota Padang
Pemberontakan yang berujung lahirnya Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) memicu terjadinya perang saudara yang tidak dapat terhindarkan. Pulau Sumatra menjadi salah satu basis para tokoh-tokoh besar yang beralih kepada PRRI.
Salah satu tokoh dari Padang yang berkutat di bidang kemiliteran adalah Kolonel (Purn.) Ahmad Husein. Ia merupakan sosok di balik terbentuknya PRRI di Padang kala itu. Pembentukan ini tak lepas dari kritik kepada pemerintah Soekarno yang inkonstitusional.
(Foto: Wikipedia)
-
Siapa Letnan Kolonel yang menjadi Mendagri era PRRI? Sosok Dahlan Djambek, Letnan Kolonel yang Menjadi Mendagri Era Kabinet PRRI Sumatera Barat memiliki banyak sekali tokoh-tokoh besar yang begitu berpengaruh khususnya di bidang kemiliteran.
-
Siapa Panglima Kodam Bukit Barisan Pertama yang ikut PRRI? Sosok pria berdarah Batak ini dinobatkan menjadi Panglima Tentara Bukit Barisan Pertama dan perannya dalam dunia politik begitu berpengaruh. Dia berpangkat Kolonel, perawakan yang dingin layaknya orang Batak pada umumnya itu sudah cukup malang melintang dalam dunia kemiliteran Indonesia apalagi di Sumatra Utara.
-
Siapa ketua PSP Padang pada tahun 1950? Akhirnya, nama PSP resmi digunakan untuk pertama kalinya. PSP langsung diketuai oleh Ismael Lengah pada tahun 1950 sampai 1953.
-
Siapa yang memimpin perlawanan di Padang? Sikap KNIL ini memicu perlawanan dari rakyat pemuda.
-
Mengapa Presiden Soekarno mendirikan PDRI? Dalam situasi darurat ini, Presiden Soekarno memberikan mandat kepada Mr. Sjafruddin Prawiranegara untuk mendirikan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi, Sumatera Barat. Tindakan tersebut memastikan keberlangsungan pemerintahan Indonesia serta menjadi simbol perlawanan terhadap penjajah.
-
Siapa yang berjuang mempertahankan kemerdekaan di Padang? Bagindo Aziz Chan sendiri adalah tokoh penting bagi Kota Padang saat pihak kolonial Belanda menjajah wilayah tersebut.
Pria yang lahir di Padang, Sumatra Barat pada 1 April 1925 ini banyak mengkritik pemerintah pusat di Jakarta terkait kebijakan yang merugikan daerah. Tak hanya itu, Ahmad Husein juga ikut berjuang pada revolusi Indonesia, menjaga ibu kota darurat yang berada di Bukittinggi.
Selain mengkritik pemerintah pusat, Ahmad Husein juga cukup mendalami dunia kemiliteran sejak usia muda. Bahkan, selama pendidikan ia terkenal sebagai orang yang jago menembak.
Karier Militer
Ahmad Husein merupakan anak dari Abdoel Kahar, seorang pemilik apotek di Rumah Sakit Militer Padang dan Usahawan Muhammadiyah dan ibundanya bernama Sa'adiyah. Husein sempat merasakan pendidikan formal di HIS Padang hingga tahun 1938, kemudian melanjutkan sekolah di MULO Bukittinggi dan tamat tahun 1941.
Setelah Jepang takluk, ia memilih menjadi anggota dari Badan Keamanan Rakyat (BKR) di Padang. Di sana ia terlibat aktif dalam perekrutan para pemuda yang bergabung BKR.
Masa hidup Husein memang tak bisa dari dunia kemiliteran. Sampai-sampai ia terjun langsung dalam mengamankan ibu kota sementara di Bukittinggi di bawah pimpinan Sjafruddin Prawiranegara pada tahun 1948-1949.
Divisi Banteng
Singkat cerita, setelah kemerdekaan Indonesia, tubuh kemiliteran mengalami reorganisasi yang melahirkan sebuah kelompok bernama Divisi Banteng. Ahmad Husein rupanya ikut aktif dalam kelompok tersebut.
Selama terjadinya peristiwa Agresi Militer Belanda I & II, ia bersama dengan tentara-tentara lainnya juga ikut berjuang dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Setelah itu, Ahmad Husein merasa sangat kecewa dengan Soekarno. Hal ini diakibatkan jika Soekarno terlalu fokus melakukan pembangunan di Pulau Jawa. Sementara, di luar Pulau Jawa sama sekali tidak diperhatikan, malah mereka sudah berjuang mati-matian dalam mempertahankan kemerdekaan.
Berangkat dari kekecewaannya itu, pada 15 Februari 1958, Ahmad Husein mendeklarasikan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia atau PRRI.
Pembentukan PRRI ini adalah melawan seluruh kebijakan pemerintah pusat yang dianggap tidak bisa memberikan atau menaruh perhatian lebih kepada daerah-daerah di luar Jawa. Mengutip esi.kemdikbud.go.id, PRRI didukung oleh pihak asing terutama amunisi serta senjata, salah satunya melalui Amerika Serikat dan CIA.
Keluhan Tidak Didengar
Melalui Divisi Banteng, Ahmad Husein dan kawan-kawan menuntut adanya perubahan mulai dari tentang otonomi, sistem pemerintahan desentralisasi, pengaturan keuangan antara pusat dan daerah yang seimbang dan beberapa tuntutan lainnya.
Alhasil, seluruh tuntutan Divisi Banteng kepada pemerintah pun tidak ada tanggapan serius. Mereka memutuskan untuk tidak mengirimkan hasil daerah lagi ke pusat. Mereka justru menggunakan uang pendapatan daerah itu untuk pembangunan.
Lebih dari itu, mereka juga enggan membagi hasil alamnya kepada pemerintah, malah melakukan barter dengan luar negeri. Dengan sistem seperti ini, pembangunan di Sumatera begitu terasa. Bahkan, Divisi Banteng dianggap menjadi kelompok yang terbaik pada waktu itu.
Kembali ke Pangkuan Ibu Pertiwi
Gejolak konflik perang saudara antara kelompok dengan pemerintah sendiri berjalan lebih kurang selama tiga tahun. Rayuan ini pun dilayangkan oleh Kepala Staf Angkatan Darat, A.H. Nasution.
Ahmad Husein pun setuju untuk kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi beserta seluruh pasukannya pada tahun 1961. Mereka mendapat jaminan amnesti dan abolisi dari pemerintah.
Kembalinya Ahmad Husein bersama pasukannya itu sangat disambut hangat oleh para petinggi militer saat itu. Ahmad Husein pun meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 28 November 1998 pada usia 73 tahun.