Alimin bin Prawirodirjo, Tokoh PKI yang Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional Indonesia
Seorang tokoh pergerakan nasional asal Surakarta ini terlibat aktif dalam pergerakan nasional Indonesia dan organisasi politik.
Seorang tokoh pergerakan nasional asal Surakarta ini terlibat aktif dalam pergerakan nasional Indonesia, organisasi politik maupun ikut serta dalam berdirinya PKI.
Alimin bin Prawirodirjo, Tokoh PKI yang Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional Indonesia
Namanya mungkin tidak begitu dikenal masyarakat Indonesia, bahkan jarang sekali muncul di buku-buku sejarah.
Namun, peran selama hidupnya cukup memberikan pengaruh besar terhadap bangsa dan negara ini.
Alimin Prawirodirjo adalah salah satu tokoh yang namanya jarang ditulis dalam sejarah Indonesia.
Padahal, ia merupakan salah satu tokoh aktif dalam pergerakan nasional dan terlibat dalam berbagai organisasi politik. (Foto: Wikipedia)
-
Siapa yang memimpin PPKI? Sejak kekelahan Jepang atas Sekutu, ia menjadi anggota dari Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) bersama Ahmad Subarjo, Kasman Singodimedjo, dan tokoh-tokoh penting lainnya.
-
Siapa yang dikenal sebagai Bapak Pergerakan Nasional Indonesia? Gara-gara Nama Semasa kecil. dokter yang dikenal sebagai Bapak Pergerakan Nasional Indonesia ini dikenal dengan nama panggilan Tom.
-
Apa senjata Abah Anom melawan PKI? 'Senjata kalian tidak akan bisa membunuh saya. Saya tidak takut dengan senjata kalian. Saya hanya takut kepada Allah,' ungkapnya kepada para pembunuh tersebut.
-
Siapa Arifin, pahlawan di Jalan Arifin? Tak banyak yang tahu nama Arifin yang satu ini merupakan sosok yang rela berkorban jiwa raga demi kemerdekaan Indonesia.
-
Dimana kejadian tokoh PKI kebal peluru itu terjadi? Komandan Batalyon Kala Hitam Mayor Kemal Idris dan seorang perwira peninjau dari Australia melihat langsung ada tokoh PKI tak mempan ditembak.
Lahir di Surakarta, Jawa Tengah pada tahun 1889, pria yang kerap disapa Alimin ini terlahir dari kalangan keluarga miskin.
Saat dirinya masih anak-anak, ia sempat menadapat beberapa keping uang dari G.A.J Hazeu atau Penasihat Urusan Pribumi.
Namun, hati Hazeu tersentuh ketika Alimin membagikan uang yang diberikannya itu kepada teman-teman sejawatnya.
Kemudian Alimin diangkat anak oleh Hazeu dan mendapatkan pendidikan formal.
Aktif dalam Pergerakan Nasional
Dilansir dari berbagai sumber, sejak usia remaja Alimin sudah menunjukkan semangatnya dalam pergerakan nasional.
Ia sudah tergabung dalam koran Djawa Moeda sebagai wartawan serta bergabung dengan organisasi Budi Utomo.
Setelah muncul Sarikat Islam yang lebih jelas visi misinya dalam konsep anti-penjajah, Alimin pun kemudian bergabung dengan organisasi tersebut. Ia juga sempat tinggal satu kos bersama dengan H.O.S Tjokroaminoto.
Setelah itu Alimin bersama dengan Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo bergabung dengan Insulinde dan juga sebagai editor di jurnal bernama Modjopahit di Batavia.
Ia juga sempat merorganisir para buruh pelabuhan dan pelaut serta mendirikan Sarekat Buruh Pelabuhan.
Bergabung Partai Komunis
Tahun 1914 telah dibentuk Indische Sociaal-Democratische Vereeniging atau Ikatan Sosial-Demokrat Hindia di Surabaya.
Saat itu masih belum banyak masyarakat yang mendukung, maka ISDV membangun relasi dengan Insulinde dan juga Sarekat Islam.
Di bawah kepemimpinan Semaun, ISDV berubah nama menjadi Partai Komunis Indonesia dan Alimin memutuskan untuk bergabung.
Saat itu, Alimin langsung mendapat kepercayaan menjadi pimpinan wilayah Jakarta.
Tahun 1926, Alimin pergi ke Singapura untuk berunding dengan Tan Malaka dalam menyiapkan pemberontakan. Tapi sebelum Alimin kembali, pemberontakan sudah meletus lebih dulu. Ia bersama Musso ditangkap polisi Inggris.
Setelah bebas dari penjara, ia pergi ke Mosko dan bergabung dengan Komintern. Tak lama berselang ia bertemu dengan Ho Chi Minh dan diajak ke Guangzhou.
Sejak itu ia terlibat secara ilegal dalam mengajari dan mendidik kader komunis di Vietnam, Laos, dan Kamboja.
Gelar Pahlawan Nasional
Meski dirinya sempat ikut terlibat dalam politik Komunis yang mungkin saat ini cukup sensitif dan dilarang, namun pada saat itu ia cukup berpengaruh dalam memberikan dampak dalam pergerakan nasional Indonesia.
Setelah ia sudah tidak aktif lagi dalamm organisasi PKI, Alimin menikah dengan Hajjah Mariah dan dikaruniai dua orang anak. Alimin wafat di Jakarta pada tahun 1964.
Bertepatan dengan hari wafatnya Alimin, Presiden Soekarno telah menetapkan namanya sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. Jenazah Alimin kemudian dimakamkan di Taman Makam pahlawan Kalibata, Jakarta.